Korban Banjir Capai 262 Orang, Kolombia Berstatus Darurat 

Status darurat negara dilakukan bersamaan dengan pemakaman pertama korban dari total 262 orang yang tewas dalam longsor Kolombia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 04 Apr 2017, 11:09 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2017, 11:09 WIB
Pemakaman korban banjir Kolombia. (AFP)
Pemakaman korban banjir Kolombia. (AFP)

Liputan6.com, Bogota - Pasca-terjangan banjir bandang dan longsor parah, Presiden Kolombia menyatakan status emergency di negaranya. Ia mengatakan, ekonomi, sosial dan ekologi dalam keadaan darurat ketika korban pertama longsor Mocoa dimakamkan.

Presiden Juan Manuel Santos mengatakan, seperti dilansir dari BBC, Selasa (4/4/2017), pemerintah memberikan santunan US$ 13,9 juta atau sekitar Rp 185 miliar untuk bantuan prioritas kemanusiaan.

Pada saat yang sama, tengah dilakukan pemakaman pertama korban banjir Kolombia dari total 262 orang yang tewas dalam longsor pada Sabtu, 1 April 2017. Sejauh ini pencarian korban hilang masih berlanjut.

Palang Merah setempat mengatakan kepada kantor berita AFP, mereka masih dalam rentang waktu 72 jam dan berpeluang menemukan korban dalam kondisi hidup. Namun, harapan itu memudar, masyarakat putus asa menemukan anggota keluarga yang tersapu lumpur, batu dan puing-puing yang melanda kota di barat daya berpenghuni 40.000 orang pada Sabtu dini hari.

Banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur semalaman, menyebabkan ketinggian air Sungai Mocoa dan tiga anak sungai lain meluap dan menyapu seluruh lingkungan di sekitarnya.

Ercy Lopez, wanita 39 tahun yang bertahan hidup dengan bergelantungan di sebuah pohon mengatakan, orang-orang masih mencari putrinya Diana Vanesa yang berusia 22 tahun. "Harapan menemukannya hidup-hidup sangat tipis sekarang," katanya.

Mereka yang berhasil selamat kini tengah menunggu bantuan kemanusiaan.

Media El Espectador di Spanyol melaporkan ada setidaknya 40 ton bantuan kemanusiaan darurat dalam perjalanan ke kota terdampak banjir, termasuk 2.000 bantuan makanan dan 1.000 tenda.

Sementara itu menurut El Pais, Presiden Santos mengatakan 7 ribu selimut dan 6 ribu tikar baru saja dibagikan.

Pada Minggu 2 April, kelompok pemberontak FARC Kolombia menawarkan diri untuk membantu membangun kembali kota yang prak-poranda akibat terjangan banjir bandang. Kendati demikian, keterlibatan mereka belum disetujui oleh pemerintah.

Pendeta Omar Parra kepada televisi Kolombia mengatakan, semua orang melakukan segala upaya untuk membantu.

"Bantuan ini terutama berasal dari paroki lain. Kami telah menciptakan sebuah komite darurat dan melakukan apa yang bisa dilakukan. Bantuan belum tiba, baru saja mulai berdatangan. Kami memahami bahwa baik pemerintah kota maupun daerah tengah menyiapkan bantuan untuk bencana itu, sehingga kami membantu lebih dahulu," tutur Pendeta Parra.

Presiden Santos juga telah berjanji akan berinvestasi untuk membuat Mocoa lebih baik daripada sebelumnya, dan menempatkan Menteri Pertahanan Luis Carlos Villegas untuk bertanggung jawab atas pembangunan kembali kota.

Meski demikian, kritikus Presiden Santos mengatakan seharusnya sudah dilakukan perlindungan daerah dari bencana tersebut oleh orang nomor satu di kolombia itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya