Kanada Tampung Dokter Suriah Korban Kebijakan Donald Trump

Khaled Almilaji, dokter asal Suriah, harus menelan pahitnya kebijakan Donald Trump yang memaksa dirinya tak bisa bertemu dengan sang istri.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 30 Jun 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2017, 14:00 WIB
Khaled Almilaji dokter asal Suriah yang dilarang masuk Amerika Serikat pasca-kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump diberlakukan (AP)
Khaled Almilaji dokter asal Suriah yang dilarang masuk Amerika Serikat pasca-kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump diberlakukan (AP)

Liputan6.com, Toronto - Ini adalah salah satu kisah warga Suriah di AS yang terdampak akibat perintah eksekutif Donald Trump yang melarang warga dari enam negara muslim untuk masuk ke Amerika Serikat. 

Nasib nahas menimpa  Khaled Almilaji, seorang dokter Suriah yang bekerja di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York dan tengah mengejar studi pascasarjana di salah satu universitas Ivy League di AS. Sebagai dokter PBB, ia wajib bolak-balik Suriah-AS. 

Dikutip dari laman The Guardian, Jumat (30/6/2017), hidupnya berubah kala Trump meneken kebijakan anti-imigran muslim pada Januari 2017

Sejak awal mula kebijakan tersebut diteken, Almilaji selalu gagal masuk AS menyusul negaranya masuk dalam larangan tersebut.

Pria berusia 35 tahun itu tiba di Toronto, Kanada, bulan ini. Beberapa hari sebelum Mahkamah Agung AS membuka jalan bagi warga muslim yang ingin masuk ke Negeri Paman Sam tersebut.

Meskipun AS telah memberlakukan izin bagi mereka yang memiliki kepentingan pendidikan, seperti bagi Almilaji, Kanada adalah lokasi yang lebih aman bagi dirinya untuk bisa melakukan perjalanan ke Turki dalam misi kemanusiaannya.

"Ini adalah kesempatan baik bagi saya untuk tinggal di Kanada. Tinggal di Toronto akan membuka kesempatan yang jauh lebih mudah untuk melanjutkan pendidikan dan pekerjaan yang saya tekuni. Terlebih negara ini tak melarang saya untuk bolak-balik jika diharuskan untuk melakukan misi kemanusiaan di Turki," ujar Almilaji.

Kisah berawal pada tahun 2016, Almilaji dan istrinya yang bernama Jehan Mouhsen pindah ke Rhode Island. Di sana ia mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana di bidang kesehatan masyarakat di salah satu Ivy League, yaitu Universitas Brown (Brown University).

Nasibnya berubah pada Januari 2017, Trump melakukan uji coba pertama kebijakan yang melarang muslim masuk AS. Di saat itulah kekuatan cinta suami istri itu diuji.

Saat kebijakan itu diberlakukan, Almilaji tengah berada di Suriah guna memberikan vaksin kepada 1,4 juta anak-anak untuk mengurangi wabah polio.

Almilaji yang lahir di Aleppo tak dapat masuk kembali ke AS. Padahal sang istri yang juga berprofesi sebagai dokter tengah hamil lima minggu. Karena kebijakan itulah visa Almilaji dicabut oleh pemerintah AS tanpa alasan yang jelas. Ia dan sang istri tak dapat bertemu semenjak saat itu. 

Seorang pengacara yang memberi masukan kepada Almilaji mengatakan, jika ia kembali ke AS maka ia tak boleh bepergian lagi ke Suriah.

Khaled Almilaji dan istri saat berfoto bersama setelah resmi pindah ke Toronto Kanada (AP)

"Saya tak dapat meninggalkan pekerjaan yang telah menjadi panggilan hati saya. Dedikasi ini saya tunjukkan kepada mereka yang menderita selama berada di Suriah," ujar Almilaji.

"Jika saya tak melayani mereka, maka saya hanya akan menjadi orang yang sia-sia," ujarnya.

Tak diam begitu saja, pihak Universitas Brown berusaha untuk membantu mengurus visanya, tapi gagal. Alhasil jalan tengah yang diambil. Pihak universitas menghubungi Universitas Toronto untuk melakukan transfer dan memberikan rekomendasi untuk Almilaji.

Menanggapi hal tersebut pihak Universitas Toronto mengabulkan permintaan tersebut dan mengatakan bahwa Almilaji melakukan tindakan kemanusiaan yang sepatutnya didukung.

"Sebagai sosok yang memiliki pengalaman di bidang kesehatan masyarakat dan telah diakui secara global, Almilaji akan memperkaya latar belakang mahasiswa kami," ujar Howard Hu, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Toronto.

Bak mendapat durian runtuh, tak hanya memperoleh izin pindah universitas, pria berparas tampan itu mendapatkan beasiswa untuk masa studinya.

Tak hanya itu, bahkan sebuah perusahaan swasta memberikannya biaya hidup untuk dirinya dan istri.

Pasangan yang mengharapkan kelahiran bayi perempuan ini akhirnya dipertemukan kembali pada awal bulan Juni 2017 di Toronto.

Almilaji akhirnya bisa menemani sang istri untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk pertama kalinya.

"Sungguh hal yang sangat menakjubkan," ujar Almilaji penuh kegembiraan.

Kebijakan anti-imigran muslim mulai berlaku

Pada Kamis, 29 Juni 2017, perintah eksekutif Donald Trump terkait larangan enam negara muslim masuk ke Amerika Serikat mulai berlaku. Itu berarti warga dari Suriah seperti Almilaji dan warga Iran, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman akan menghadapi kendala lebih hebat lagi jika ingin berkunjung ke Negeri Paman Sam.

Hal itu dikarenakan keputusan MA memberi syarat bagi warga negara dari enam negara muslim itu. Praktik dari kebijakan Trump itu mengharuskan para pemohon visa dari negara-negara itu wajib memiliki hubungan bonafid dengan keluarga dekat di AS atau memiliki keperluan bisnis serta pendidikan.

Aturan tersebut mulai diberlakukan sejak hari ini pukul 20.00 waktu Washington.

Keluarga dekat di sini berarti orangtua, pasangan, anak, menantu, saudara kandung dan tiri. Namun, tidak berlaku jika kerabat berupa kakek/nenek, paman atau bibi, keponakan, ipar, kerabat jauh atau cucu.

Pernyataan hubungan itu harus dibuat secara formal, didokumentasikan dan tidak dibentuk untuk tujuan menghindari aturan itu.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya