Korut Tolak Ajakan Dialog Korsel, Ini Kata Dubes Jepang

Korea Utara tak merespons ajakan Korea Selatan untuk berdialog di tengah ketegangan yang dalam beberapa bulan terakhir semakin meningkat.

oleh Citra Dewi diperbarui 23 Jul 2017, 15:07 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2017, 15:07 WIB
Ilustrasi Korea Utara (AFP)
Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah ketegangan yang sedang terjadi, Korea Selatan beberapa kali mengungkapkan keinginannya untuk dapat berdialog dengan Korea Utara. Presiden Korsel Moon Jae-in sendiri telah lama menunjukkan isyarat bahwa dirinya menginginkan hubungan yang "dekat" dengan Pyongyang.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Choo-suk mengusulkan agar pembicaraan itu dilakukan pada 21 Juli 2017.

Jika terwujud dialog rencananya akan dilakukan di Tongilgak, yakni sebuah bangunan milik Korut di kompleks Panmunjom yang terletak di zona demiliterisasi (DMZ) antar-kedua negara.

Tujuan akhir dari perundingan tersebut diharapkan dapat mengakhiri konfrontasi militer yang mendominasi hubungan antardua Korea selama beberapa dekade. Langkah perdana yang dinilai dapat dilakukan untuk membangun kepercayaan antara Korut dan Korsel salah satunya adalah menghentikan siaran propaganda di sepanjang wilayah perbatasan.

Namun hingga tanggal itu tiba, Korea Utara tetap bergeming. Perundingan yang selama ini diharapkan dapat terlaksana pun tak dapat terwujud.

Menanggapi hal tersebut, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii mengatakan, saat ini bukan saatnya untuk melakukan dialog dengan Korut.

"Kita harus mengetahui apa yang dilakukan Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir, mereka melakukan uji coba rudal beberapa kali dan jatuh di zona ekonomi Jepang. Di mana aktivitas tersebut telah dilarang oleh PBB," ujar Dubes Ishii di kediamannya pada 21 Juli 2017.

"Pertama kita harus memberikan banyak tekanan terhadap Korea Utara, dan menggunakan pengaruh China terhadap Korea Utara dan tentu saja kesempatan dialog selalu terbuka lebar."

"Namun ini bukan waktunya untuk dialog, ini adalah waktu untuk menegakkan implementasi resolusi PBB," imbuh dia.

Meski demikian, pilihan menggunakan kekuatan militer adalah opsi terakhir yang akan dilakukan. Dubes Ishii pun kembali menegaskan, saat ini dunia internasional harus menekankan resolusi PBB untuk mengatasi ketegangan yang disebabkan Korea Utara tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya