Liputan6.com, Evanston - Menurut studi terbaru, manusia terbentuk dari materi galaksi lain yang jaraknya miliaran kilometer dari Bumi. Berdasarkan penelitian, hal tersebut juga berlaku pada banyak benda-benda di sekitar kita, termasuk apa yang tersebar di Milky Way atau Galaksi Bima Sakti.
Studi tersebut menggunakan model komputer untuk mengetahui dari mana zat-zat di sekitar kita berasal.
Baca Juga
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa ledakan supernova menghempaskan materi dalam jumlah dari galaksi asalnya, menyebarkannya ke seluruh alam semesta akibat angin galaksi hebat yang terjadi pascafenomena itu terjadi.
Advertisement
Berdasarkan studi itu, para peneliti memperkirakan bahwa materi yang membentuk manusia, kemungkinan sudah memulai hidupnya pada masa lalu dan berasal dari galaksi yang amat jauh, lalu terbawa melalui alam semesta.
"Mengingat berapa banyak materi yang membentuk kita dari galaksi lain, kita dapat menganggap diri kita sebagai wisatawan angkasa luar atau imigran antargalaksi," ujar Daniel Angles-Alcazar dari pusat astrofisika Northwestern, seperti dikutip dari Independent, Jumat (28/7/2017).
"Kemungkinan sebagian besar materi yang ada di Bima Sakti berasal dari galaksi lain yang dikirimkan oleh angin kencang, melintasi ruang antargalaksi dan akhirnya menemukan rumah barunya di Bima Sakti," jelas dia.
Perpindahan antargalaksi adalah fenomena baru dan dapat mengubah pemahaman kita tentang bagaimana galaksi terbentuk.
"Studi ini mengubah pemahaman kita tentang bagaimana galaksi terbentuk dari Big Bang," ujar rekan penulis studi, Faucher-Giguere.
"Apa yang dimaksud oleh mode baru ini adalah, bahwa sampai satu setengah atom di sekitar kita -- termasuk di Tata Surya, di Bumi, dan di setiap masing-masing orang -- berasal bukan dari galaksi kita sendiri tapi galaksi lain, yang berjarak hingga satu juta cahaya," imbuh dia.
Meskipun materi tersebut menyebar melalui alam semesta dengan kecepatan ratusan kilometer per detik, jarak yang harus ditempuh materi itu membutuhkan waktu miliaran tahun.
Para ilmuwan melakukan studi tersebut dengan menyimulasikan pergerakan materi melalui alam semesta, dengan mengandalkan komputasi selama jutaan jam. Mereka mengembangkan gambaran rinci tentang alam semesta sejak awal -- yakni saat Big Bang -- hingga saat ini.
Simulasi tersebut menunjukkan bahwa materi bergerak dari galaksi kecil ke yang lebih besar, seperti Bima Sakti. Gas tersebut kemudian membentuk bintang dan membantu menjelaskan sebanyak 50 persen materi di galaksi kita.
"Asal muasal kita jauh lebih sedikit dari yang kita duga sebelumnya," ujar Faucher-Giguere.
"Studi ini memberi kita rasa bagaimana hal-hal di sekitar kita terhubung dengan benda-benda yang jauh ada di angkasa," imbuh dia.
Simak juga video berikut ini: