Bandara Dubai Pakai Bahasa Jawa untuk Informasi Penerbangan

Emirates menekankan, penggunaan bahasa yang mereka gunakan bukan sekadar bahasa Jawa, tetapi bahasa Jawa halus.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 05 Agu 2017, 11:22 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2017, 11:22 WIB
Emirates Airlines. (http://www.tripsta.co.uk)
Emirates Airlines. (http://www.tripsta.co.uk)

Liputan6.com, Dubai - Sejumlah penumpang di Bandara Internasional Dubai dibuat heran ketika mendengar informasi penerbangan yang menggunakan bahasa Jawa halus.

''Nuwun sewu, bapak-bapak soho ibu-ibu, penerbangan Emirates EK tigo-gangsal-wolu dateng Jakarta sak meniko bade,'' demikian bunyi pengumuman penerbangan EK 358 rute Dubai menuju Jakarta di Bandara Dubai yang dikenal sebagai bandara internasional tersibuk di dunia.

Dikutip dari laman BBC Indonesia (5/8/2017), menurut Divisional Vice President dari Emirates, Walter Riggans, alasan penggunaan bahasa tersebut dipakai untuk memudahkan penumpang yang tidak memahami bahasa Inggris atau Arab saat proses naik ke pesawat.

"Hal ini dilakukan agar penumpang di Bandara Dubai yang tidak bisa berbahasa Inggris atau Arab bisa merasa nyaman. Bersama pihak bandara, kami memasukkan 26 bahasa dalam sistem untuk dipakai di setiap pintu keberangkatan, sehingga supervisor yang bertugas bisa memilih bahasa sesuai penumpang yang akan terbang," ujar Riggans.

"Ini sangat membantu mempercepat proses naik pesawat," tambahnya.

Emirates juga menekankan, penggunaan bahasa yang mereka gunakan bukan sekadar bahasa Jawa, tetapi bahasa Jawa halus.

Sejumlah penumpang -- yang memahami bahasa Jawa -- malah tertawa lepas saat mendengar pengumuman di ruang tunggu.

"Kaget benar, boarding announcement-nya pakai bahasa Jawa. Saya ketawa-ketawa bareng orang Indonesia yang lain,'' kata Wahyu Pratomo, seorang warga Bandung.

Saat ini hanya ada dua bandara yang menggunakan pengumuman informasi penerbangan dengan bahasa Jawa. Selain Bandara Internasional Dubai, Bandara Adisutjipto di Yogyakarta juga memberlakukannya mulai 17 Juli lalu.

Sulit Dideskripsikan

Meski dapat dikatakan sebagai bahasa yang memiliki penutur terbanyak di Indonesia -- mencapai 90 jutaan orang -- menurut Ketua Umum Wikimedia Indonesia Biyanto Rebin, bahasa Jawa dan budayanya cenderung tidak terawat. Eksistensinya sudah mulai luntur.

"Kondisi bahasa Jawa agak memprihatinkan. Di kota-kota besar banyak orang yang sudah beralih bahasa. Penutur bahasa Jawa malah mengajarkan anak-anaknya berbahasa Indonesia. Rujukan mereka lebih ke Bahasa Indonesia, budaya nasional, kemudian budaya asing," ujar Biyanto.

Pria kelahiran Salatiga ini juga mengatakan, bahasa Jawa mengandung unsur budaya yang tidak bisa dideskripsikan dengan bahasa lain.

Biyanto mencontohkan dengan satu kata guyonan Jawa yaitu 'keunduran'. Ia menjelaskan, keunduran adalah kondisi saat mobil mundur dan menabrak sesuatu.

"'Dari contoh itu sangat susah dideskripsikan. Jadi, beberapa pernak-pernik budaya ini bisanya dideskripsikan secara apik dalam bahasa-bahasa asli dan budaya pendukungnya," ujar Biyanto.

Saking takutnya bahasa Jawa luntur, Biyanto juga melakukan preservasi bahan pustaka lewat Wikipedia Bahasa Jawa.

"Kita mengakomodasi bahasa yang digunakan oleh orang Jawa, baik yang Malaysia keturunan Jawa, Suriname, atau yang lain. Semua bisa menyumbang," kata Biyanto.

"Sampai Mei 2017, sudah ada 50 ribu artikel untuk Wikipedia Bahasa Jawa," tambahnya.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya