Pengakuan Putin soal Sepak Terjangnya Sebagai Agen KGB Soviet

Dalam buku kumpulan wawancara, Putin mengaku, KGB tertarik untuk mengumpulkan segala informasi yang berhubungan dengan musuh.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Agu 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2017, 07:21 WIB
Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin menunjukkan ikan yang didapat saat memancing selama liburan mini di kawasan Siberia Tyva. Foto dirilis oleh biro pers Kremlin, pada 5 Agustus 2017. (Alexei Nikolsky / Sputnik, Foto Kolam Kremlin via AP)

Liputan6.com, Moskow - Jauh sebelum menjadi presiden Rusia, Vladimir Putin menghabiskan lima tahun di Dresden, Jerman Timur, sebagai seorang agen badan intelijen Uni Soviet (KGB).

"Tidak ada yang namanya mantan agen intelijen," kata pepatah Rusia. Demikian dikutip dari laman RBTH Indonesia, Jumat (11/8/2017).

Tampaknya, pepatah itu memang benar. Putin tidak mungkin membual tentang karier KGB-nya, yang mencakup tahun-tahun yang ia habiskan di Dresden (1985 – 1989) di markas KGB di Republik Demokratik Jerman (RDJ atau Jerman Timur).

Namun, pekerjaannya sebagai agen KGB selama lima tahun di Jerman Timur menyisakan banyak pertanyaan. Hampir tak ada informasi mengenai operasi apa yang ia ikuti dan agen asing mana yang menjadi mitra kerjanya.

Pekerjaan yang Lumayan Rutin

Saat ditugaskan ke Jerman Timur oleh atasannya di KGB, Putin masih seorang agen muda (33 tahun). Pada saat itu, dia sudah menikah dengan Lyudmila (sekarang mantan istrinya) dan dikaruniai seorang putri, Maria (anak perempuannya yang kedua, Yekaterina, lahir di Dresden pada 1986).

Setelah menyelesaikan pelatihan di Akademi Intelijen Luar Negeri di Moskow, Putin, yang fasih berbahasa Jerman, sebenarnya punya pilihan. Dia bisa menunggu beberapa tahun untuk dikirim ke Jerman Barat atau dia bisa pergi ke Jerman Timur segera. Dia memilih pilihan kedua.

Dalam buku kumpulan wawancara, First Person, Putin ingat bahwa KGB tertarik untuk mengumpulkan segala informasi yang berhubungan dengan musuh strategis mereka -- NATO.

Ia dengan santai menyebut pekerjaannya 'lumayan rutin', dan menjabarkan hal-hal yang biasa ia lakukan, seperti merekrut informan, mengumpulkan informasi, dan mengirim semua data yang diterima ke Moskow.

Pada 2017, dalam sebuah wawancara dengan Rossiya 24, sebuah saluran televisi milik pemerintah, Putin mengatakan bahwa semua pekerjaannya dalam dunia intelijen asing berkaitan erat dengan intelijen ilegal. Putin sendiri, tentu saja, adalah seorang pegawai resmi KGB. Namun, ini berarti dia berkomunikasi dengan mata-mata ilegal dan membantu mereka tetap berhubungan dengan markas pusat.

Sebagai presiden Rusia, Putin kerap mengingat masa pengabdiannya di Jerman, dan sang presiden tidak pernah melupakan rekan lamanya. Misalnya, pada 2017, dia secara pribadi mengunjungi dan memberi selamat kepada mantan bosnya Lazar Moiseev, yang merupakan mantan Wakil KGB di bawah Polisi Keamanan Negara Jerman Timur (Stasi), pada ulang tahunnya yang ke-90.

Minum Bir dan Bertetangga dengan Agen Stasi

Istri Putin kala itu, Lyudmila, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa keluarga mereka terkesan dengan kebersihan dan keteraturan orang Jerman. Sementara bagi Putin, ia mengaku bahwa berat badannya naik sekitar 12 kilogram selama berada di Jerman. Menurutnya, itu semua berkat bir Jerman yang rutin ia minum untuk melepas penat setelah hari-hari yang berat bekerja di KGB. Setelah kembali ke Rusia, dia kehilangan berat badannya itu -- mungkin karena bir Rusia pada tahun 1990-an kurang enak.

Menurut Lyudmila, mereka biasa makan malam bersama keluarga serta mengundang rekan-rekan Putin dari kantor dan juga orang-orang Jerman. Tentu saja, ada beberapa agen Stasi di antara mereka karena Uni Soviet dan Jerman Timur adalah sekutu. Seorang agen Stasi bahkan tinggal tepat di sebelah rumah Putin.

Keluarganya tidak menikmati kehidupan yang mewah, kata Putin. Satu-satunya tabungan yang berhasil mereka kumpulkan adalah untuk membeli sebuah mobil, yang saat itu merupakan masalah besar di negara-negara penganut Sosialisme. Dalam sebuah wawancara, Lyudmila mengatakan bahwa agen Stasi tampaknya menghasilkan lebih banyak uang daripada rekan-rekan KGB mereka.

Putin dan Massa yang Mengamuk

Namun, segala berubah bagi Stasi ketika Tembok Berlin runtuh dan Jerman kembali bersatu pada 1989. Pada 5 Desember 1989, Putin melihat kerumunan warga yang marah menyerbu kantor Kementerian Keamanan Negara setempat, yang berada di jalan yang sama dengan markas KGB, dan menyadari bahwa markasnya pun akan segera diserang. Putin mencoba menghubungi kantor KGB di Moskow, tapi tidak ada yang menjawab. Jadi, ia harus mengambil langkah demi menjaga markas.

Sebagaimana yang diingat Siegfrid Dannat, seorang warga yang menjadi bagian dari kerumunan itu, seorang perwira Rusia berjalan meninggalkan gedung dan mendekati gerbang yang tertutup.

Dia dengan tegas menyatakan bahwa massa harus menjauh dari markas KGB karena bangunan itu masuk dalam wilayah Soviet dan petugas bersenjata siap untuk menembak jika ada orang yang memaksa masuk.

Dannat mengatakan bahwa petugas tersebut bersikap sopan dan berbicara bahasa Jerman dengan fasih. Kata-katanya menenangkan massa (tidak ada yang mau terjadi pertumpahan darah) sehingga orang-orang meninggalkan markas KGB dengan sendirinya.

Putin tidak punya banyak waktu untuk menikmati kemenangannya. Selama beberapa hari, dia dan rekan-rekannya sibuk menghancurkan seluruh dokumen yang berhubungan dengan aktivitas KGB di Jerman Timur. Dokumen yang paling berharga dipindahkan ke Moskow, sedangkan yang lainnya dibakar.

"Kami membakar banyak dokumen siang dan malam," kata Putin.

"Kami membakar begitu banyak kertas sampai merusak oven," tambahnya.

Setelah itu, Putin dan keluarganya meninggalkan Dresden. Misinya berakhir, begitu pula kehadirannya KGB di Jerman.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya