Eks PM Cantik Thailand Minta Suaka ke Inggris?

Sebelumnya, PM Thailand mengatakan bahwa Yingluck berada di Dubai. Namun, informasi berbeda kemudian muncul.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 29 Sep 2017, 16:05 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2017, 16:05 WIB
Eks PM Thailand Yingluck Shinawatra
Eks PM Thailand Yingluck Shinawatra (AP Photo/Sakchai Lalit, File)

Liputan6.com, Bangkok - Kabar terbaru tentang Yingluck Shinawatra (50) menyebutkan bahwa mantan Perdana Menteri Thailand itu tengah berada di London untuk mencari suaka politik di Inggris. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang anggota Partai Pheu Thai kepada CNN.

Sebelumnya, pada Rabu, 27 September lalu, Mahkamah Agung Thailand memvonis Yingluck lima tahun penjara atas kelalaiannya dalam skema subsidi beras. Skema ini merugikan negara miliaran dolar.

Putusan tersebut dijatuhkan secara in absentia mengingat perempuan yang memiliki nama panggilan Pu itu telah lebih dulu kabur dari Negeri Gajah Putih.

Yingluck yang merupakan PM ke-28 Thailand digulingkan melalui sebuah kudeta militer pada 2014. Sejak 2015, sosoknya telah dilarang bepergian ke luar negeri tanpa persetujuan pengadilan.

Demi menjawab teka-teki keberadaan Yingluck, pada Kamis, 28 September kemarin, PM Thailand Prayut Chan-ocha mengatakan bahwa perempuan yang juga dikenal sebagai pebisnis itu bersembunyi di Dubai, tempat di mana saudaranya, Thaksin Shinawatra, tinggal di pengasingan.

Namun, menurut salah seorang anggota Partai Pheu Thai, Yingluck telah meninggalkan Dubai menuju London pada dua pekan lalu. Sejauh ini Kementerian Dalam Negeri Inggris yang mengurus aplikasi suaka tidak bersedia berkomentar. Demikian seperti dikutip dari CNN pada Jumat (29/9/2017).

Pada 2016, Yingluck pernah berjanji akan menjalani proses persidangan. Ia juga menegaskan dirinya tidak punya niat untuk melarikan diri.

"Saya akan menghapi kasus saya. Semua mata tertuju pada saya. Saya punya tugas dan tanggung jawab untuk menjalani prosesnya. Saya jamin, saya tidak pernah terpikir untuk melarikan diri," kata Yingluck kala itu.

Program subsidi beras yang menyeret Yingluck ke meja hijau diperkenalkan ke publik pada 2011. Dalam skema itu, hasil panen petani dijanjikan akan dibayar lebih tinggi ketimbang harga pasar.

Kritikus menilai bahwa skema yang dianggap upaya meraih dukungan pemilih pedesaan tersebut menyia-nyiakan sejumlah besar dana publik, mencederai ekspor, dan membuat pemerintah menimbun beras dalam jumlah besar.

Yingluck sendiri mengklaim bahwa skema subsidi beras "bermanfaat bagi petani dan negara". Ia membantah tudingan kerugian dan menyebut tuduhan itu sebagai agenda politik oleh lawan-lawannya.

'Mengejutkan'

Kendati telah berjanji tidak melarikan diri, Yingluck tidak menampakkan batang hidungnya dalam persidangan yang digelar pada bulan Agustus. Dan menurut ahli politik Thitinan Pongsudhirak dari Chulalongkorn University, fakta ini mengejutkan publik Thailand.

"Cara ia bertutur, seolah menunjukkan bahwa ia bersedia menjalani persidangan," ucap Thitinan.

Thitinan berpendapat bahwa keputusan Yingluck untuk menghindari persidangan akan "menyenangkan" pemerintah militer negara itu.

"Mereka tidak ingin memasukkannya ke penjara, dalam skenario ini, (tadi ketidakmunculannya dalam persidangan) menempatkannya dalam kerugian dan memberikan mereka keuntungan," terang ahli politik itu.

Ketika dilantik pada tahun 2011, Yingluck mengukir sejarah sebagai PM wanita pertama Thailand. Tak hanya itu, ia juga menjadi sosok termuda yang memimpin negara itu dalam 60 tahun terakhir.

Thaksin Shinawatra, saudara laki-laki Yingluck, juga digulingkan sebagai PM dalam sebuah kudeta militer pada tahun 2006. Thaksin tinggal di pengasingannya di Dubai untuk menghindari tuntutan korupsi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya