Liputan6.com, New York - Ledakan terjadi sekitar pukul 07.20, Senin 11 Desember 2017, di lorong yang menghubungkan dua stasiun kereta bawah tanah (subway) di New York, Amerika Serikat.
Ledakan terjadi di dekat Terminal Bus Port Authority, yang tak jauh dari Times Square.
Baca Juga
Polisi yang mendatangi lokasi kejadian menemukan seorang pria dalam kondisi luka bakar parah di tubuhnya. Pemuda 27 tahun bernama Akayed Ullah itu diduga sebagai pelaku ledakan.
Advertisement
Penyelidikan awal di lokasi kejadian mengindikasikan, Ullah mengenakan perangkat bahan peledak berkekuatan rendah yang terimprovisasi yang dipasang ke tubuhnya. Seperti dikutip dari CNN, Senin (11/12/2017).
Selain terduga pelaku, tiga orang lainya juga dikabarkan mengalami luka-luka ringan.
Wali Kota New York, Bill De Blasio mengonfirmasi terjadinya upaya teror.
"Teroris tak akan menang. Kita adalah New Yorkers (warga New York)," kata dia seperti dikutip dari BBC.
Sejumlah media AS mengungkapkan, terduga pelaku membawa bom pipa yang dilekatkan ke tubuhnya. Saat meledak di tengah jam sibuk, panik pun terjadi.
Wali Kota De Blasio mengatakan, tersangka diduga beraksi sendirian.
Sebuah foto yang beredar di media sosial menunjukkan seorang pria yang tergeletak. Pakaiannya sobek, tubuh bagian atasnya luka-luka.
Terminal Bus Port Authority memiliki sistem transportasi terpadu. Lokasi tersebut melayani sekitar 65 juta orang penumpang tiap tahunnya.
Terkait Isu Yerusalem?
Secara terpisah, sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Sanders mengatakan, informasi terkait dugaan upaya teror telah disampaikan pada Presiden AS Donald Trump. Belum diketahui bagaimana Trump akan meresponsnya.
Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kirstjen Nielsen juga telah mengetahui soal kondisi terkini di New York.
"Seperti biasa, kami mengingatkan publik tentang 'If You See Something, Say Something'. Segala hal yang mencurigakan atau tak biasa harus dilaporkan ke aparat keamanan," kata juru bicara kementerian, Tyler Houlton.
Hingga berita ini diturunkan, belum jelas apa motif pelaku memicu ledakan.
Namun, tak lama sebelum kejadian, Donald Trump bikin geger dunia gara-gara secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Padahal status Yerusalem saat ini masih status quo. Klaim atas kota suci tiga agama tersebut -- Yahudi, Kristen, Islam -- menjadi salah pemicu konflik Israel dan Palestina.
Sejumlah pemimpin dunia dan analis memperingatkan, langkah tersebut gegabah. Selain memundurkan upaya damai dalam skema solusi dua negara (two states solution), pengakuan Donald Trump bisa memicu perlawanan, termasuk dari organisasi teror.
Advertisement