Liputan6.com, Yangcheng - Seorang pria dari Yangcheng, China, He Pengwei memutuskan untuk menikahi kekasihnya yang berasal dari Ukraina, Inesa. Namun, saat lamaran, ia terkejut bukan kepalang. Sebab, perempuan pujaannya itu sama sekali tak meminta mahar atau "bride price".
Bride price adalah uang yang dibayarkan keluarga pria kepada keluarga wanita, yang jumlahnya sesuai dengan permintaan calon pengantin perempuan.
Di Makassar, misalnya, bride price disebut "uang panaik" -- sebenarnya bride price berbeda dengan mahar, namun banyak yang menyebutnya dengan mahar.
Advertisement
Dalam sebuah wawancara dengan portal berita China.com, ayah He, He Jianguo, mengatakan bahwa gadis Ukraina itu tak meminta uang tersebut.
"Keluarga perempuan tak memintanya, dan tidak meminta kami untuk membelikannya rumah ataupun mobil," ujar He Jianguo.
Ia menambahkan, anaknya menggelar pesta pernikahan sederhana di China yang hanya butuh satu minggu untuk mempersiapkannya.
Baca Juga
"Kerabat kami mengatakan, mereka tak pernah melihat calon pengantin laki-laki yang menikah semudah itu sebelumnya," imbuh dia.
Dikutip dari Straits Times, Kamis (15/3/2018), pasangan yang mengikat janji suci pada 8 Maret 2018 itu, menuai pujian dari banyak warga di kota asal He dan pengguna sosial media.
He dan Inesa bertemu di Beijing, China. Keduanya pun berpacaran selama satu tahun sebelum akhirnya menikah.
Menurut China.com, Inesa mengaku tertarik dengan He karena keramahan dan kebaikannya. Sementara He menyukai kekasihnya karena memiliki kepribadian yang riang dan santai.
Bride Price, Tradisi Umum di China
Bride price merupakan tradisi yang umum dilakukan di China. Bride price bisa berupa uang atau harta benda, seperti mobil atau flat, yang harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Banyak pasangan dari negara-negara Asia menjalankan tradisi ini. Namun, negara-negara Eropa tak melakukannya.
Menurut South China Morning Post, He dan Inesa akan membangun bisnisnya di Yancheng dan akan berkunjung ke Ukraina dua tahun kemudian untuk menggelar pesta pernikahan ala Ukraina di sana.
Inesa yang pindah ke Beijing empat tahun lalu, mengaku terkesima dengan budaya China. "Cuacanya enak dan orang-orangnya baik. Mertuaku memperlakukanku dengan sangat baik," ujar dia.
He, juga mengaku sangat senang.
"Kami memiliki hubungan yang sangat baik. Meski terjadi perselisihan, kami sangat saling toleran. Aku sangat beruntung bertemu perempuan yang sangat baik."
Advertisement