Jepang Protes Menu Penutup dalam Pertemuan Presiden Korsel dan Kim Jong-un

Jepang memprotes rencana pilihan hidangan penutup KTT pemimpin Korea Utara dan presiden Korea Selatan.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 26 Apr 2018, 09:36 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2018, 09:36 WIB
Ilustrasi Korea Utara (AFP)
Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Jepang memprotes pilihan hidangan penutup yang akan disajikan dalam pertemuan tingkat tinggi antara pemimpin Korea Utara dan presiden Korea Selatan atau Inter-Korea Summit pada Jumat, 27 April 2018 mendatang.

Kementerian Luar Negeri Jepang 'memprotes keras' rencana panitia pertemuan yang akan menyajikan mousse mangga dengan garnish topping menampilkan pulau-pulau sengketa di Semenanjung Korea, demikian seperti dikutip dari BBC (25/4/2018).

Dalam rencana tersebut, kursi kenari yang akan digunakan selama KTT juga menampilkan peta pulau-pulau yang sama.

Pulau-pulau yang dimaksud tengah dipersengketakan oleh Korea Selatan dan Jepang. Wilayah itu dikendalikan oleh Seoul, tetapi, Tokyo turut mengklaimnya.

Jepang menduduki Semenanjung Korea dari 1910 - 1945, sampai Negeri Sakura kalah pada akhir Perang Dunia II.

Ketegangan atas status dua pulau utama dan sekitar 30 batu kecil itu, yang dikenal sebagai Dokdo dalam bahasa Korea dan Takeshima dalam bahasa Jepang, tetap berlanjut sampai saat ini.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Sajian Kesukaan Kim Jong-un

Kim Jong-un jenguk korban kecelakaan bus wisata
Kim Jong-un jenguk korban kecelakaan bus wisata. Insiden itu terjadi di provinsi Hwanghae Utara, Korea Utara (AFP PHOTO/KCNA VIA KNS)

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in akan bertemu di perbatasan kedua negara di Panmunjom pada Jumat, 27 April 2018.

Menu untuk santap malam pra-pertemuan telah disiapkan, menyertakan hidangan khas dari kedua Korea.

Panitia juga akan menyajikan Kim Jong-un kuliner kesukaan masa mudanya, Rosti atau Roshcti khas Swiss.

Roshcti merupakan makanan yang terbuat dari bahan utama kentang. Tradisionalnya, sajian itu merupakan menu yang biasa dimakan oleh petani dan para kerah biru di Bern, dan seiring waktu, populer di seantero Negeri Alpen.

Masyarakat Swiss mendeklarasikan (self-declare) makanan itu sebagai kuliner nasional negaranya.

Tak jelas figur yang mengusulkan agar menu itu disajikan kepada Kim Jong-un.

Tapi, jika makanan itu memang dipilih secara khusus oleh pihak Korea Selatan, maka, hal tersebut dapat dianggap sebagai 'langkah diplomasi' Negeri Ginseng untuk 'memenangkan hati' Kim Jong-un jelang Inter-Korea Summit.

Lagipula, cukup beralasan jika menu itu dipilih sebagai sajian diplomasi. Karena, berbagai laporan menyebut bahwa Kim Jong-un menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Swiss, menempuh pendidikan dasar hingga tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya