Klaim Israel: Iran Tembakkan 20 Roket ke Dataran Tinggi Golan

Juru bicara IDF Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan, tidak semua roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Mei 2018, 09:12 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2018, 09:12 WIB
Ilustrasi rudal
Ilustrasi rudal (iStock)

Liputan6.com, Damaskus - Pasukan Iran yang ditempatkan di Suriah, menembakkan sekitar 20 roket ke militer Israel di Dataran Tinggi Golan pada Kamis dini hari. Klaim tersebut disampaikan oleh pasukan pertahanan Israel (IDF).

Juru bicara IDF Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan, tidak semua roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel. Ia juga menekankan bahwa respons telah dilakukan tanpa memberika penjelasan lebih rinci.

"Sekitar pukul 12.10, 10 menit lewat tengah malam, pasukan Quds Iran menembakkan sekitar 20 proyektil -- kebanyakan kemungkinan roket tapi belum dapat dipastikan -- ke garis depan IDF di Dataran Tinggi Golan," kata Conricus seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (10/5/2018).

"Sejauh ini kami belum bisa mengungkapkan soal korban. Pengamatan awal menunjukkan adanya kerusakan kecil," imbuhnya.

Jika kelak dikonfirmasi, maka itu akan menandai untuk pertama kalinya Iran menembakkan roket lewat sebuah serangan langsung terhadap pasukan Israel.

Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel berada dalam kondisi siaga tinggi sejak Donald Trump mengumumkan, Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran.

"IDF melihat serangan Iran ini sangat berbahaya. Ini belum berakhir," kata Conricus.

Quds adalah unit khusus dari Korps Pengawal Revolusi Iran, yang menurut intelijen Israel ditugaskan untuk melakukan serangan pembalasan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Gejolak Pasca-Keluarnya AS dari Kesepakatan Nuklir Iran

Ilustrasi rudal Iran
Ilustrasi rudal Iran (AFP)

Israel telah memperingatkan, tidak akan mengizinkan Teheran untuk membentuk kehadiran militer permanen di Suriah.

Tel Aviv menuding Iran telah memindahkan drone dan rudal ke negara sekutunya itu.

Pasukan Iran sendiri telah dikirim untuk membantu pemerintah Suriah dalam perang saudara yang telah berlangsung tujuh tahun.

Langkah Donald Trump untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran disambut baik oleh Israel. Namun, di lain sisi memicu kekhawatiran terjadinya gejolak regional.

Hanya beberapa menit sebelum Donald Trump mengumumkan penarikan Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran pada hari Selasa, 8 Mei 2018, IDF mengklaim telah mengidentifikasi "aktivitas tidak biasa yang ditunjukkan pasukan Iran di Suriah". Mereka pun memutuskan menyiagakan tempat perlindungan dari bom di Dataran Tinggi Golan.

"Selain itu, sistem pertahanan telah dikerahkan dan pasukan IDF berada dalam siaga tinggi untuk serangan," kata Conricus. "IDF dipersiapkan untuk berbagai skenario dan memperingatkan bahwa setiap agresi terhadap Israel akan ditanggapi dengan tanggapan yang berat."

Beberapa jam usai pengumuman Donald Trump soal kesepakatan nuklir Iran, media pemerintah Suriah mengatakan bahwa sistem pertahanan udara negaranya telah menembak jatuh dua rudal Israel. Kelompok Observatorium Suriah, yang memantau konflik, mengatakan serangan itu menewaskan 15 orang, termasuk delapan warga Iran.

Israel tidak mengomentari penyerangan itu.

Pada bulan Februari, Israel mengklaim menembak drone bersenjata Iran yang menembus wilayah udaranya. Sejak saat itu angkatan udara Israel diyakini telah beberapa kali melancarkan serangan yang menargetkan militer Iran yang beroperasi di Suriah, termasuk serangan 9 April di pangkalan udara terbesar negara itu.

Tujuh warga Iran tewas dalam serangan 9 April. Teheran bersumpah akan membalas dendam.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, merupakan salah satu kritikus terbesar kesepakatan nuklir Iran. Ia mengatakan kepada kabinetnya pada hari Minggu bahwa dia "bertekad untuk memblokir agresi Iran terhadap kita bahkan jika ini berarti perjuangan".

"Lebih baik sekarang daripada nanti," katanya. "Kami tidak ingin eskalasi, tetapi kami siap untuk skenario apa pun."

Dataran Tinggi Golan diduduki Israel pada tahun 1967 lewat sebuah langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya