Koin untuk Memperingati Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un Menuai Kritik

Koin untuk memperingati pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un, menuai kritik dan menjadi objek lelucon satir.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 23 Mei 2018, 13:31 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2018, 13:31 WIB
Koin memperingati pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un (AFP PHOTO via The Guardian)
Koin memperingati pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un (AFP PHOTO via The Guardian)

Liputan6.com, Washington DC - Koin yang diproduksi oleh pemerintah Amerika Serikat untuk memperingati pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, menuai kritik pedas dan menjadi objek lelucon satir berbagai pihak.

Pembuatan koin itu ditujukan sebagai suvenir dan kenang-kenangan atas KTT Korea Utara - AS yang mempertemukan Trump - Kim pada 12 Juni di Singapura.

Di muka benda pipih berbentuk lingkaran itu terdapat keterangan yang menggambarkan KTT nanti sebagai sebuah 'pembicaraan damai'.

Pada bagian yang sama, terdapat tampak samping wajah Donald Trump dan Kim Jong-un yang saling menghadap satu sama lain, lengkap dengan tulisan yang mendeskripsikan status keduanya; 'Presiden AS' dan 'Pemimpin Tertinggi Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK)'.

Langkah pemerintah AS untuk memproduksi koin itu dikritik banyak pihak, meski Gedung Putih mengatakan bahwa hal tersebut merupakan 'tradisi umum sejak 2003'.

Kritik berbagai pihak pun semakin relevan ketika KTT tersebut terancam batal, setelah kedua negara kembali mengumbar retorika agresif seputar denuklirisasi.

Kemunculan koin itu juga bertepatan ketika Trump bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Selasa 22 Mei. Pertemuan itu membahas tentang masa depan keberlangsungnan KTT Korea Utara - AS pada 12 Juni nanti.

KTT Korea Utara - AS terancam batal setelah Korea Utara bersikukuh tak mau menyepakati usulan Amerika untuk melakukan denuklirisasi dan perlucutan senjata.

Di sisi lain, Donald Trump merespons sikap Korea Utara dengan retorika agresif, menyebut rezim Kim Jong-un akan berakhir seperti Libya pada masa kepemimpinan Moammar Khadafi, jika tak menyepakati denuklirisasi.

Penulis dan kolumnis, Ed Krassenstein, mengunggah twit bernada kritik atas dinamika tersebut.

Adam Weinstein, analis dari National Iranian American Council juga mengunggah twit bernada serupa.

Di samping kritik, beberapa warganet merespons kemunculan koin itu dengan komentar bernada satir dan humor. Simak selengkapnya di halaman dua.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Netizen: Dagu Kim Jong-un Tampak Berlipat

Beberapa netizen menyebut, cara koin itu mempersonifikasikan kedua pemimpin negara, tampak sebagai sebuah upaya pengukuhan atas kultus kepribadian, tak hanya Kim Jong-un, namun juga Donald Trump.

Robert E Kelly, analis dari Busan University, mengunggah twit seperti di atas.

Ia juga mengunggah twit lanjutan sebagai berikut;

Sementara itu, Don Moynihan Direktur La Follette School of Public Affairs, menyebut bahwa langkah AS mendeskripsikan Kim Jong-un sebagai 'Supreme Leader' pada koin itu menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam mengafirmasi statusnya sebagai diktator.

Sedangkan yang lain menilai, cara AS menggambarkan Kim Jong-un 'dengan dagu berlipat' merupakan sebuah kelakar yang unik.

Gedung Putih mengeluarkan pernyataan pada hari Selasa mengatakan bahwa mereka "tidak memiliki masukan apa pun ke dalam desain dan pembuatan koin."

Raj Shah, wakil sekretaris pers Gedung Putih, mengatakan dalam sebuah pernyataan "produksi koin itu adalah praktik umum untuk suvenir yang akan dipesan setelah pengumuman publik tentang sebuah perjalanan (luar negeri presiden AS)".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya