Pemerintah AS Khawatir Rusia Kembali Campur Tangan dalam Pemilu

Kekhawatiran meningkat di pihak pemerintah Amerika Serikat, terkait campur tangan Rusia pada pemilu-pemilu selanjutnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Agu 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2018, 17:00 WIB
Bawa BenderaAS, Warga Gelar Aksi Solidaritas Penembakan di Virginia
Sejumlah warga yang tergabung dalam kelompok veteran berlari sambil membawa bendera Amerika Serikat untuk menunjukan solidaritas terkait penembakan di Virginia, AS (14/6). (Alex Wong/Getty Images/AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Belum lama ini, para pejabat tertinggi keamanan nasional Amerika Serikat (AS) berkumpul di salah satu ruang di Gedung Putih, untuk menyatakan keprihatinan atas upaya Rusia --dan kemungkinan beberapa negara lain-- ikut campur tangan dalam pemilu yang akan datang.

Dalam pertemuan yang langka itu, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Jumat (3/8/2018), mereka juga meyakinkan masyarakat bahwa langkah-langkah tegas dalam mengatasi isu campur tangan Rusia tengah dibahas serius oleh pemerintah. 

Direktur lembaga intelijen nasional, Dan Coats, menyadari "Rusia bukan satu-satunya negara yang tertarik untuk mencoba memengaruhi lingkungan politik dalam negeri AS."

Coats mengatakan Presiden Donald Trump "secara khusus telah mengarahkan kami agar fokus pada isu campur tangan dalam pemilu, dan memastikan hal tersebut jauh dari proses pelaksanaan pemilu."

Rusia, menurut Coats, "melakukan permainan tingkat tinggi pada 2016", dan hal tersebut diyakininya akan terkuak dalam waktu dekat. 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tudingan pada Trump

Gaya Donald Trump Saat Tanam Pohon Pemberian Presiden Prancis
Presiden AS Donald Trump berbicara sambil memegang sekop saat upacara penanaman pohon pemberian Presiden Prancis Emmanuel Macron di South Lawn Gedung Putih, Washington (23/4). (AFP Photo / Jim Watson)

Sementara itu, menurut Michael Cohen, bekas pengacara Donald Trump, kliennya itu disebut mengetahui tawaran pejabat Rusia untuk memberikan informasi merusak tentang rival Demokrat, Hillary Clinton, pada pilpres Amerika Serikat (AS) 2016 lalu.

Klaim tersebut merupakan kontra dari pernyataan Presiden Trump bahwa ia tidak menyadari pertemuan antara anak buahnya, termasuk putranya Donald Trump Jr dan menantunya, serta seorang agen Kremlin yang diketahu bernama Natalia Veselnitskaya.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Jumat 27 Juli, Cohen mengatakan, dia bersedia untuk bersaksi kepada Penasihat Khusus Robert Mueller, yang sedang menyelidiki kemungkinan kolusi antara Donald Trump dan Rusia selama kampanye presiden AS 2016.

Kuasa hukum Presiden Trump saat ini, Rudy Giuliani, membantah keras klaim Cohen, dan mengatakannya sebagai tudingan tidak beralasan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya