Liputan6.com, Suva - Sejumlah warga Selandia Baru yang berlibur di Fiji dikabarkan merasakan gempa berkekuatan 8,2 SR yang melanda Samudera Pasifik hari ini, 19 Agustus 2018.
Menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), titik pusat gempa terletak di laut, di kedalaman lebih dari 563 km, sekitar 364,8 km dari timur Ibu Kota Suva, Fiji.
Meski berada di titik yang sangat dalam dan jauh dari pulau berpenghuni, magnitudo gempa yang tergolong besar tetap menyebabkan goncangan yang signifikan di wilayah berpenduduk terdekat, yakni Fiji.
Advertisement
Warga Selandia Baru, Cara Michael, yang berada di Fiji bersama keluarganya, mengatakan "gedung-gedung bergoyang, membuat Anda merasa sedikit mabuk laut, tetapi berhenti setelah sekitar setengah menit".
"Meski begitu, semua orang cukup santai di sini seperti biasanya," kata Michael kepada New Zealand Herald, dilansir Minggu (19/8/2018).
Baca Juga
Salah seorang di Lautoka, kota terbesar kedua di Fiji, juga mengatakan bahwa mereka merasakan seluruh gedung bergoyang seperti tengah meregangkan diri.
James Wilson, warga Selandia Baru yang sedang berlibur, yang tengah berada di pulau utama Tongataou ketika juga merasakan getaran tersebut.
"Saya berada di dermaga Queen Sālote di Nuku'alofa, duduk di bangku dan bangku mulai bergoyang."
"Saya pikir itu hanya kaki saya yang keletihan usai latihan bersepeda, tapi sekarang tahu itu adalah gempa," kata Wilson.
Seorang warga Selandia Baru lain bernama Graham mengatakan bahwa dirinya berada di sebuah pulau kecil di Tonga di lepas pantai Nuku'alofa, Fiji ketika tanah mulai bergetar akibat gempa.
"Itu adalah guncangan besar yang membuat kami semua saling memandang dengan tak percaya, lalu mendadak kami langsung berpikir tentang tanah tinggi. Satu-satunya yang lebih tinggi dari permukaan laut adalah pohon kelapa. Kemudian mendengar tidak ada ancaman tsunami melalui internet, maka semua baik-baik saja di sini, di Tonga."
The Fiji quake is over 500 km deep so everyone is at least km away from the quake- much less damage. Big quakes cause tsunamis by changing the shape of the seafloor. If the fault is 500 km down, it’s not changing the seafloor and so no tsunami https://t.co/WMbBaza6Aj
— Dr. Lucy Jones (@DrLucyJones) August 19, 2018
Menurut Seismolog asal Amerika Serikat Lucy Jones, gempa Fiji terjadi di kedalaman lebih dari 500 km. Kerusakan yang terjadi pun, imbuhnya, tergantung dengan kedekatan jarak dengan titik lindu.
Lucy Jones menuturkan, gempa besar biasanya menyebabkan tsunami dan mengubah bentuk dasar laut. Jika patahannya sejauh 500 km, maka tak mengubah dasar laut sehingga tak ada tsunami.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Simak video pilihan berikut:
Gempa Susulan
Masih di hari yang sama, Fiji kembali diguncang gempa. Lindu yang berikutnya berkekuatan 6,8 skala Richter.
Prelim M6.8 Earthquake Fiji region Aug-19 04:28 UTC, updates https://t.co/Og9Klpho6v
— USGS Big Quakes (@USGSBigQuakes) August 19, 2018
"Prelim 6,8 skala Richter Gempa Fiji Agustus-19 04:28 UTC, pembaruan https://go.usa.gov/xUeF6," tulis Badan Survei Geologi AS, Minggu 19 Agustus 2018.
Kendati demikian kedua gempa bawah laut itu terlalu dalam untuk memicu tsunami besar. Pusat Peringatan Tsunami Pasifik atau PTWC mengungkaplkan, sejauh ini gelombang tsunami kecil telah terdeteksi tetapi tidak ada kerusakan yang dilaporkan.
Advertisement