Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat dan Israel secara resmi keluar dari UNESCO --badan PBB urusan pendidikan, sains dan kebudayaan-– tepat pada tanggal 1 Januari 2019 jam 00.01. Itu merupakan titik puncak proses selama lebih dari satu tahun di tengah keprihatinan bahwa organisasi itu mendorong bias anti-Israel.
Penarikan ini sebagian besar bersifat prosedural, namun merupakan pukulan baru bagi UNESCO yang didirikan bersama dengan AS pasca Perang Dunia II untuk mendorong perdamaian.
Pemerintahan Trump menyampaikan pemberitahuan mundurnya AS dari UNESCO pada Oktober 2018, yang diikuti Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak lama kemudian, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (2/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
UNESCO, yang berkantor di Paris, dikecam oleh para kritikus sebagai wadah yang bias anti-Israel karena mengecam pendudukan Israel terhadap Yerusalem Timur, menyatakan situs-situs kuno Yahudi sebagai situs warisan Palestina, dan memberikan keanggotaan penuh kepada Palestina tahun 2011.
Utusan Khusus Israel, Danny Danon pada Selasa 1 Januari 2019 mengatakan negaranya "tidak akan menjadi anggota sebuah organisasi yang tujuannya adalah bertindak menentang kami, dan telah menjadi alat yang dimanipulasi oleh musuh-musuh Israel."
Sementara itu, AS telah menuntut "reformasi fundamental" di badan yang sangat dikenal karena program Warisan Budaya untuk melindungi situs-situs kebudayaan dan tradisi.
UNESCO juga berupaya memulihkan pendidikan bagi anak perempuan, mempromosikan pemahaman tentang horor akibat holocaust dan membela kebebasan media.
Simak video pilihan berikut:
Pemangkasan Anggaran UNESCO
Dalam hal keuangan, mundurnya AS dan Israel dari UNESCO tidak memberi dampak besar karena badan itu telah menghadapi pemangkasan anggaran besar-besaran sejak tahun 2011 ketika Amerika dan Israel sama-sama berhenti membayar iuran setelah Palestina dinyatakan sebagai anggota penuh badan itu.
Sejak saat itu Amerika, yang sebelumnya menyumbangkan sekitar 22 persen dari total anggaran UNESCO, telah menunggak iuran 600 ribu dolar yang sedianya dibayar pada UNESCO. Ini juga menjadi salah satu alasan keputusan Presiden Trump untuk menarik Amerika dari UNESCO. Sementara Israel kini berhutang sekitar tiga juta dolar.
Direktur Jendral UNESCO Audrey Azoulay menjabat tepat setelah Trump mengumumkan mundurnya AS.
Azoulay, yang keturunan Yahudi dan Maroko, telah memimpin peluncuran situs pendidikan holocaust dan pedoman pendidikan pertama PBB tentang gagasan melawan anti-Semitisme; gagasan yang mungkin merupakan jawaban terhadap keprihatinan Amerika dan Israel.
Para pejabat mengatakan banyak hal yang disebut Amerika sebagai alasan mundur dari UNESCO sebenarnya tidak berlaku lagi.
Keberadaan 12 teks tentang Timur Tengah yang diloloskan UNESCO misalnya, merupakan hasil kesepakatan antara Israel dan negara-negara Arab yang menjadi anggota.
Beberapa tahun terakhir ini Israel marah terhadap beberapa resolusi yang mengesampingkan dan menghilangkan hubungan sejarah negara itu dengan Tanah Suci dan pengakuan resmi atas situs-situs Yahudi sebagai situs warisan Palestina.
Kementerian Luar Negeri Amerika belum dapat dikontak karena berhenti beroperasi.
Sebelumnya, Kemlu AS mengatakan kepada pejabat-pejabat UNESCO bahwa Amerika berniat tetap terlibat di UNESCO sebagai "negara pengamat" bukan anggota pada isu-isu "non-politik" yang mencakup perlindungan situs Warisan Dunia, upaya memperjuangkan kebebasan pers dan mendorong kolaborasi dan pendidikan sains.
AS dapat kembali masuk menjadi anggota UNESCO dalam pertemuan dewan eksekutif April 2019.
AS pernah mundur dari UNESCO sebelumnya, yaitu pada masa pemerintahan Ronald Reagan tahun 1984 karena menilai UNESCO telah salah dikelola, korup dan digunakan untuk memajukan kepentingan Uni Soviet. AS bergabung kembali dengan UNESCO pada tahun 2003.
Advertisement