Pejuang Hamas Palestina Inginkan Bantuan Dana dalam Bentuk Bitcoin

Pertama kalinya, salah satu kelompok pejuang di Palestina, Hamas, meminta donasi dalam bentuk bitcoin. Kenapa?

oleh Siti Khotimah diperbarui 31 Jan 2019, 15:01 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2019, 15:01 WIB
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar (Khalil Hamra/AP Photo)
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar (Khalil Hamra/AP Photo)

Liputan6.com, Ramallah - Hamas, salah satu kelompok bersenjata yang berjuang untuk Palestina, tengah menghadapi kesulitan finansial. Pejuang yang telah tiga kali berperang dengan Israel tersebut meminta dukungan dalam bentuk bitcoin.

Hal itu disampaikan oleh Abu Obeida, juru bicara Ezzedine al-Qassam Brigades. Ia mengirim pesan yang meminta bantuan berupa mata uang virtual, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (31/1/2019).

 

Donasi bitcoin dibutuhkan oleh Hamas karena mereka tengah mendapatkan sanksi internasional. Dampaknya, sejumlah bank tidak ingin berurusan dengan organisasi tersebut. Israel dituduh sebagai phihak yang memotong akses keuangan ini.

Dalam kesempatan itu Obeida tidak menjelaskan mekanisme transaksi daring yang dapat dilakukan oleh para calon donatur bitcoin.

Ini adalah pertama kalinya, pasukan Hamas meminta bantuan finansial secara digital.

Simak video pilihan berikut:


Bitcoin dan Kontroversinya

Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)

Bitcoin adalah uang virtual yang populer baru-baru ini, dan disebut sebagai mata uang kripto (cryptocurrency).

Transaksi bitcoin dapat dilakukan secara anonim, di mana identitass pengirim tidak akan diketahui. Selain itu, alat tukar digital jenis ini tidak diawasi oleh pemerintah dan bank sentral.

Sebetulnya ada uang virtual lain, misalnya upbit yang diperkenalkan oleh Korea Selatan.

Meskipun demikian bitcoin menjadi uang kripto paling terkenal karena telah lebih dahulu dikenal konsumen dan mendapatkan eksposur dari media. Itu pula yang menyebabkan harga bitcoin menjadi lebih tinggi dibandingkan produk sejenisnya.

Bitcoin sendiri pernah mendatangkan kontroversi. Uang produk dunia digital itu dianggap mendukung keberadaan situs bawah tanah dan transaksi senjata serta obat terlarang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya