Meski Dinilai Penting, 5 Penemuan Angkasa Luar Ini Rupanya Tidak Terkenal

5 penemuan angkasa luar spektakuler yang sedikit dikenal publik pada tahun 2018.

oleh Afra Augesti diperbarui 14 Feb 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2019, 18:35 WIB
Kawah Salju di Planet Mars
Foto yang diabadikan oleh satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) menangkap gambar kawah bersalju di Planet Mars. (ESA)

Liputan6.com, New York - Sepanjang tahun 2018, para astronom dan antariksawan dari berbagai lembaga pemerintah dan independen telah membuat sejumlah penemuan menakjubkan terkait angkasa luar.

Para ahli dan ilmuwan tersebut juga dianggap telah membuat banyak kemajuan, beberapa di antaranya telah menarik perhatian dunia.

Namun, banyak penemuan angkasa luar lain yang rupanya tidak diketahui oleh publik, meskipun mereka tidak kalah spektakuler dan penting.

Mulai dari cryovolcanoes (sejenis gunung berapi yang memuntahkan volatil --mudah berubah menjadi gas atau uap-- seperti air, amonia atau metana, bukan batuan cair) hingga planet extragalactic (planet yang terletak di luar galaksi Bima Sakti), berikut penemuan terbaik yang berkenaan dengan angkasa luar, namun tidak populer, sebagaimana dikutip dari List Verse, Kamis (14/2/2019).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

1. Danau Berair di Mars

planet Mars
planet Mars (iStockPhoto)

Selama beberapa dekade, para ilmuwan memperdebatkan tentang dugaan adanya waduk besar berisi air yang ada di suatu tempat di Mars.

Karena kondisi ekstrem dari Planet Merah, komunitas ilmiah hanya berfokus pada pencarian endapan air bawah tanah, lantaran titik ini disinyalir bisa menjadi satu-satunya lokasi yang mampu mempertahankan kehidupan di planet itu.

Dengan suhu minus 62 derajat Celcius di permukaan Mars, para astronom mengklaim mampu menemukan adanya beberapa aliran air yang super asin. Sementara itu, sisa benda cair tersebut sepertinya membeku di lapisan es yang ada di Mars, seperti di lapisan es kutub.

Namun hal yang mengejutkan banyak orang adalah para ilmuwan dari European Space Agency (ESA) pada Juli 2018 mendeteksi --untuk pertama kalinya-- sebuah cekungan besar berisi zat cair yang berada di bawah permukaan Mars.

Dengan menggunakan instrumen radar dari wahana pengorbit Mars Express, tim peneliti tersebut menemukan bukti kuat terkait keberadaan danau air yang panjangnya 20 kilometer di dekat kutub selatan Mars. Danau ini terkubur sejauh 1,5 kilometer di bawah es dan kedalamannya kurang lebih 1 meter.

Masih belum diketahui mengapa air berbentuk cairan di reservoir itu, di mana suhunya bisa mencapai titik terendah yakni minus 68 derajat Celcius.

Tetapi, ada kemungkinan bahwa cairan itu merupakan kombinasi antara tekanan besar pada kedalaman tersebut, kantong udara bawah tanah yang mempertahankan panas internal Mars, dan sejumlah besar garam yang terlarut di dalam air.

Bagaimanapun, temuan ini meningkatkan harapan para ilmuwan untuk bisa menemukan kehidupan di Mars.

2. Penciptaan Objek Terdingin di Angkasa Luar

NASA
Citra satelit dimanfaatkan untuk membantu Indonesia selama beberapa minggu dan bulan mendatang pascabencana. Di sini, petir dapat dilihat di dekat pulau Kalimantan pada tahun 2014, dari atas Stasiun Angkasa Luar Internasional. (REDI WISEMAN / NASA)

Sifat benda yang umumnya diketahui oleh manusia adalah padat, cair, dan gas. Namun beberapa orang mungkin juga tahu salah satu sifat lain benda, yaitu plasma. Tetapi tahukah Anda bahwa ada materi yang bersifat Bose-Einstein condensate atau BEC?

BEC terjadi ketika atom-atom didinginkan ke suhu yang sangat rendah, yang menyebabkan mereka berhenti bergerak dan mulai membentuk kelompok, seolah-olah mereka adalah "atom super" tunggal.

Keadaan eksotis ini pertama kali dirumuskan secara teoritis pada awal Abad ke-20, tetapi sebelum tahun 1995 para ilmuwan dapat menciptakannya kembali secara artifisial di laboratorium.

Karena karakteristik fisik unik dari BES, para ilmuwan dapat menggunakannya untuk mempelajari efek kuantum dalam skala besar. Namun, di Bumi, BEC harus ditangguhkan dengan laser atau magnet. Jika tidak, atom-atom ini akan membubarkan diri dan mengubah sifat mereka.

Lalu pada Juli 2018, para ilmuwan di International Space Station (ISS) mendinginkan atom rubidium sampai molekul ini mencapai sifat asli BEC. Karena tidak adanya gravitasi di antariksa, maka para ahli lebih mudah memanipulasi hal semacam itu di ruang hampa, bahkan untuk waktu yang lebih lama.

Untuk melakukan percobaan tersebut, NASA mengirim mesin bernama Cold Atom Lab ke ISS. Perangkat ini, yang ukurannya setara dengan kulkas kecil satu pintu, mengandung BEC di dalamnya dan dapat dikendalikan langsung dari Bumi.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa materi eksotis ini juga telah menjadi objek terdingin di angkasa luar, meskipun bukan yang paling dingin di alam semesta.

3. Planet Pertama yang Ditemukan di Galaksi Lain

Ilustrasi planet-planet yang ditemukan oleh Teleskop Kepler
Ilustrasi planet-planet yang ditemukan oleh Teleskop Kepler (NASA Ames/W. Stenzel)

Hingga sekarang, astronom NASA mengatakan bahwa mereka telah menemukan hampir 4.000 planet di luar tata surya ini. Meski begitu, semua exoplanet ini berada di dalam batas galaksi Bimasakti.

Awal tahun 2018, ahli perbintangan di University of Oklahoma mendeteksi untuk pertama kalinya dalam sejarah, adanya sekelompok exoplanet di galaksi yang jaraknya jauh sekali dari Bimasakti.

Untuk mencapai temuan ini, para ilmuwan menggunakan metode yang melibatkan fenomena fisik, lazim disebut sebagai "gravrolational microlensing." Ini terjadi ketika benda langit yang memiliki massa besar, seperti lubang hitam (black hole) dan galaksi, punya kapasitas untuk membelokkan cahaya di sekitar mereka.

Dalam hal ini, sebuah galaksi yang terletak 3,8 miliar tahun cahaya dari Bumi, memperbesar cahayanya sebesar empat quasar (benda langit yang memancarkan gelombang radio), bertempat tepat di belakang strukturnya.

Dengan demikian, "cahaya dasar" dari quasar memungkinkan para astronom untuk mengamati benda-benda gelap seperti planet lain di dalam galaksi asing itu.

Para peneliti mampu mendeteksi sekitar 2.000 planet, mulai dari seukuran massa Bulan hingga Jupiter. Meski demikian, tidak ada bukti nyata tentang keberadaan exoplanet di luar galaksi Bimasakti.

Eduardo Guerras, seorang peneliti antariksa, mengatakan, "Bahkan teleskop tercanggih yang kerap kita bayangkan seperti di film-film fiksi ilmiah, tidak akan mampu langsung melihat planet seperti ini."

Itulah sebabnya teknik microlensing (fenomena astronomi karena efek lensa gravitasi dan digunakan untuk mendeteksi benda-benda yang berkisar dari massa sebuah planet dengan massa bintang, terlepas dari cahaya yang mereka pancarkan) menjadi sumber daya yang tak ternilai bagi banyak astronom di seluruh dunia.

4. Selangkah Lagi untuk Menghidupkan Wisata Angkasa Luar

Ilustrasi roket
Ilustrasi (iStock)

Dengan adanya SpaceX dan pesaing utamanya, Blue Origin, perusahaan penerbangan angkasa luar Virgin Galactic membentuk destinasi wisata khusus menuju ruang hampa.

Namun, sejak didirikan pada tahun 2004, perusahaan swasta tersebut memiliki banyak permasalahan untuk segera diatasi, antara lain banyaknya penundaan penerbanngan (delay) dan kecelakaan fatal pada tahun 2014.

Namun pada 13 Desember 2018, Virgin Galactic berhasil menyelesaikan penerbangan perdananya ke antariksa menggunakan pesawat ruang angkasa VSS Unity. Ini merupakan pesawat ruang angkasa berawak pertama yang diluncurkan dari tanah Amerika, sejak penerbangan terakhir pesawat ulang-alik NASA pada 2011.

VSS Unity --pesawat yang bisa terbang ke angkasa, kembali ke Bumi, dan mendarat seperti pesawat terbang pada umumnya-- dibawa oleh pesawat lain bernama WhiteKnightTwo ke ketinggian 13 kilometer.

Dari sana, VSS Unity akan berpisah, menyalakan mesinnya sendiri, dan terbang ke ketinggian 82,7 kilometer di atas permukaan laut (mdpl) dengan kecepatan Mach 2,9.

Pada titik itu, VSS Unity akan melampaui batas atmosfer Bumi sejauh 80 kilometer, yang dianggap NASA sebagai awal dari angkasa luar.

Namun, sejumlah pihak berpendapat bahwa VSS Unity belum mencapai ruang angkasa bila tidak melebihi Garis Karman pada ketinggian 100 kilometer, yang secara internasional ditetapkan sebagai ujung ruang hampa.

5. Asal Usul Super-Neutrino Ditemukan

Peristiwa tunggal pemusnah manusia (3)
Ilustrasi susunan atom. (Sumber Pixabay)

Neutrino adalah partikel subatomik yang terbentuk di hampir seluruh alam semesta, melalui proses fusi nuklir. Karena massa yang dapat diabaikan dan muatannya netral, neutrino dapat melintasi hampir semua hal tanpa terpengaruh sama sekali.

Fakta mengerikannya ialah diperkirakan triliunan neutrino masuk ke tubuh seseorang setiap detik. Sampai beberapa waktu lalu, para ilmuwan tahu bahwa neutrino dapat berasal dari tempat-tempat seperti Matahari, supernova, atau atmosfer Bumi.

Namun, pada September 2017, para astronom di sebuah observatorium bernama IceCube, mendeteksi neutrino berenergi tinggi yang bertabrakan dengan es Antartika.

Partikel ini tidak berasal dari tempat-tempat yang diketahui, karena jenis neutrino ini diperkirakan jutaan kali lebih energi daripada neutrino normal.

Apabila kita hanya berbicara tentang seberapa sering neutrino normal 'bergentayangan' di sekitar kita, maka jawabannya yaitu hanya 10 super-neutrino yang baru terdeteksi setiap tahun.

Kemudian, para astronom meminta untuk mengarahkan sejumlah teleskop di seluruh dunia ke bagian tertentu dari langit, tempat yang dipercaya menjadi sumber datangnya super-neutrino.

Dua teleskop NASA mengamati bahwa ada blazar --sejenis galaksi dengan lubang hitam besar di tengahnya-- memancarkan energi dalam dosis besar.

Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan pada Juli 2018, para peneliti yang membuat penemuan itu mengkonfirmasi bahwa sumber super-neutrino adalah galaksi blazar yang berjarak empat miliar tahun cahaya dari Bumi.

Temuan ini tidak hanya menetapkan sumber partikel pertama yang diketahui, tetapi juga membantu para ilmuwan lebih memahami sinar kosmik, yang diciptakan bersama dengan neutrino.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya