Pasca-Jatuhnya Ethiopian Airlines, AS Semakin Ditekan untuk Kandangkan Boeing 737 MAX

Amerika Serikat semakin berada di bawah tekanan global pasca-jatuhnya Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 orang.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 13 Mar 2019, 05:17 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2019, 05:17 WIB
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)

Liputan6.com, Washington DC - Boeing dan otoritas penerbangan Amerika Serikat (AS) semakin ditekan untuk kandangkan pesawat seri 737 MAX, di mana Uni Eropa dan banyak negara lain menghentikan operasional burung besi tersebut pasca-tragedi jatuhnya Ethiopian Airlines pada Minggu 10 Maret.

Regulator, maskapai penerbangan, dan pabrikan AS semakin terisolasi dalam menjaga agar pesawat itu aman. Pada hari Selasa, Boeing menegaskan kembali keyakinannya bahwa 737 MAX memiliki "kepercayaan penuh" pada keselamatannya, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Rabu (13/3/2019).

Tetapi reaksi global terhadap kecelakaan fatal Ethiopian Airlines ET 302, yang menewaskan seluruh 157 orang di dalamnya, menambah tekanan pada Boeing dan Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA) untuk bertindak.

Setidaknya 27 maskapai telah menerbangkan MAX, dan lebih dari setengah dari 350 pesawat yang beroperasi saat ini ditangguhkan sementara operasional.

Dalam sebuah pernyataan resmi, Boeing mengatakan: "Kami memahami bahwa badan pengawas dan pelanggan telah membuat keputusan yang mereka yakini paling tepat untuk pasar domestik mereka. Kami akan terus terlibat memastikan mereka memiliki informasi yang diperlukan, guna memiliki kepercayaan diri dalam mengoperasikan armada mereka."

Boeing berencana untuk memperbarui perangkat lunak MAX dan mengubah kontrol penerbangan serta panduan pelatihan.

Saat ini, tercatat hampir 40 persen dari total pemesanan 371 unit Boeing 737 MAX telah diterbangkan secara global, lapor publikasi industri Flightglobal, termasuk 97 pesawat di pasar terbesar di dunia, China.

Negeri Tirai Bambu sendiri menjadi negara pertama yang menghentikan sementara seluruh operasional Boeing 737 MAX, sehari setelah Ethiopian Airlines jatuh beberapa saat pasca-lepas landas dari Bandara Internasional Bole di Addis Ababa, Ethiopia.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Nilai Saham Boeing Anjlok

Pendaratan berbahaya pesawat Boeing
Ryanair Boeing 737-800 EI-DCL sedang mendarat di bandara Manchester saat badai Brian. (Sumber AIRLIVE)

Kekhawatiran meluas akibat jatuhnya Ethiopian Airlines membuat miliaran dolar AS hilang dari nilai pasar saham Boeing.

Saham pabrikan pesawat terbesar di dunia itu anjlok drastis pada hari Selasa, ketika banyak regulator internasional bergerak melawan 737 MAX.

Selain itu, intervensi Presiden AS Donald Trump di Twitter juga turut mempengaruhi jatuhnya nilai saham Boeing.

Trump mengetwit: "Produsen selalu berusaha untuk melangkah lebih jauh, ketika sering kali yang berusia tua dan sederhana jauh lebih baik. Dibutuhkan keputusan sepersekian detik, dan kerumitan menciptakan bahaya. Semua ini memakan biaya besar, namun sangat sedikit meraih keuntungan."

Presiden AS ke-45 itu menambahkan: "Saya tidak ingin Albert Einstein menjadi pilot saya. Saya ingin profesional penerbangan yang diizinkan untuk dengan mudah dan cepat mengendalikan pesawat!"

Setelah twit tersebut, Trump bertemu dengan kepala eksekutif Boeing, Dennis Muilenburg, dalam percakapan pertama yang diketahui di antara mereka sejak kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines.

Sementara itu, maskapai yang mengoperasikan Boeing 737 MAX 8 telah dibanjiri pertanyaan dari penumpang yang khawatir pasca-jatuhnya Ethiopian Airlines pada hari Minggu, di mana banyak yang menuntut untuk mengetahui jenis pesawat yang akan mereka naiki, dan hak mereka untuk membatalkan berdasarkan hal tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya