Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Donald Trump melangsungkan pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Gedung Putih. Kedatangannya pada Kamis 11 April 2019 memusatkan perhatian pada tujuan kedua negara atas isu denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (12/3/2019), Trump baru saja melangsungkan pertemuan kedua dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un Februari lalu, yang berakhir tanpa perjanjian apapun karena Korea Utara tetap menuntut pencabutan sanksi-sanksi ekonomi. Sementara delegasi Amerika mendesak Korea Utara untuk menyudahi program nuklirnya.
Baca Juga
Moon telah menjadi tokoh utama langkah-langkah lain dengan Amerika untuk mencapai denuklirisasi di kawasan itu, dengan mengurangi sebagian sanksi sebagai cara membujuk Korea Utara agar mau berunding dan mulai mengambil kebijakan yang mendukung ke arah itu.
Advertisement
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertolak ke Washington pada Rabu10 April, untuk bertemu dengan Presiden Amerika Donald Trump. Moon sebelumnya mengatakan ia berharap lawatannya ke Amerika akan menghidupkan kembali pembicaraan yang macet dengan Korea Utara.
Pembicaraan itu terhenti setelah Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un gagal mencapai kesepakatan dalam pertemuan puncak mereka Februari lalu di Hanoi.
Memiliki Dua Tujuan
Harry Kazianis, direktur Kajian Korea di Center of the National Interest, mengatakan bahwa lawatan Moon ke Washington memiliki dua tujuan. Pertama, kata Kazianis, Moon "ingin memastikan pembicaraan antara Pyongyang dan Washington berlanjut."
Ia mengatakan hal minimum yang perlu dicapai Moon dalam lawatan itu adalah membuat kedua pihak tetap berdialog" dan memuluskan prosesnya.
Kazianis berpendapat presiden Korea Selatan akan benar-benar berusaha dan berbuat untuk melihat apakah kedua pihak dapat menyelesaikan perbedaan pendapat.
Hal tersebut dianggap mungkin saja terjadi. Sewaktu berbicara pekan lalu dalam acara televisi CBS This Morning, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengatakan saluran-saluran diplomatik tetap dibuka dan ada percakapan terus menerus setelah pertemuan Hanoi mengenai cara untuk melangkah maju.
Selain itu, Pompeo mengatakan ia "yakin" akan ada pertemuan puncak ke-tiga antara kedua pemimpin, kemungkinan dalam beberapa bulan mendatang. Namun demikian, Pompeo tidak memberikan rinciannya.
Advertisement
Pertemuan Kim Jong-un dan Moon Jae-in
Sebelumnya, Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan pada Senin 17 September 2018 bahwa ia bermaksud mendorong "perdamaian permanen yang tak dapat diubah" dengan Korea Utara, selama "pembicaraan dari hati ke hati" dengan Kim Jong-un di KTT sebelumnya.
"Apa yang ingin saya capai adalah perdamaian," kata Presiden Moon.
Kedua negara telah mengisyaratkan dukungan terhadap penandatanganan perjanjian damai secara permanen, untuk mengakhiri Perang Korea segera. Namun hal itu terhalang oleh sikap AS yang menuding adanya indikasi perlucutan senjata nuklir Pyongyang belum dijalankan sepenuhnya.
Meski begitu, ada harapan bahwa pembicaraan antara Korea Utara dan AS akan kembali berlanjut dalam pertemuan kedua antara Donald Trump dan Kim Jong-un, yang kemungkinan besar akan digelar di Gedung Putih.
Washington menegaskan bahwa kedua negara sedang bekerja menuju pertemuan lanjutan setelah menerima surat dari Kim Jong-un pada awal bulan ini, meskipun tidak ada rincian yang telah diselesaikan.