Pejabat Korsel: Korut Lakukan Uji Coba Rudal Jarak Pendek

Uji coba rudal jarak pendek yang dilakukan Korea Utara berjarak 70 sampai 200 kilometer di timur laut.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Mei 2019, 10:36 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2019, 10:36 WIB
Ilustrasi Rudal THAAD (AFP Photo)
Ilustrasi Rudal THAAD (AFP Photo)

Liputan6.com, Seoul - Korea Utara dilaporkan kembali menembakkan sejumlah rudal proyektil jarak pendek pada Sabtu 4 Mei 2019 pagi, di pantai timur negaranya. Laporan tersebut disampaikan oleh seorang pejabat Korea Selatan yang turut memantau aktivitas terkait.

Dikutip dari laman CNN, Sabtu (4/5/2019), rudal proyektil jarak pendek itu ditembakkan hingga jarak 70 hingga 200 kilometer, sebelum akhirnya jatuh ke laut.

Kini pihak Korea Selatan dan Amerika Serikat masih menganalisis peluncuran rudal tersebut. Menurut keterangannya, rudal diluncurkan pada pukul 09.06 waktu setempat.

"Saat ini, militer kami telah mengintensifkan pengawasan dan kewaspadaan apabila ada peluncuran rudal tambahan," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.

Peluncuran rudal ini terjadi beberapa minggu setelah Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan uji tembak senjata berpemandu taktis.

Dalam laporan Kantor Berita Korut (KCNA), pemimpin Kim Jong Un memuji uji coba itu sebagai "peristiwa bersejarah yang hebat dalam memperkuat kemampuan tempur tentara.”

Program rudal Korea Utara membuat langkah besar pada tahun 2017, di mana Pyongyang mengatakan telah berhasil menguji-coba tiga rudal balistik antarbenua.

Para ahli mengatakan Hwasong-15, yang diluncurkan pada akhir November, kemungkinan dapat tiba dan menghancurkan sebagian besar wilayah Amerika Serikat.

Proyektil yang ditembakkan pada hari ini tampaknya jauh lebih kecil. Namun kewaspadaan dari pihak Korea Selatan terus ditingkatkan.

Sebelumnya, dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea tergantung dari sikap Amerika Serikat.

Dikutip dari laman EuroNews, pernyataan Kim Jong-un ini dipandang sebagai upaya menjaga tekanan pada AS terkait sanksi yang Korut terima.

Kim juga mengatakan, dirinya akan menunggu "sampai akhir tahun ini" agar Amerika Serikat berubah pikiran.

Kesepakatan Masih Gantung

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Vladivostok, Kamis 25 April 2019 (Alexander Zemlianichenko / AP PHOTO)
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Vladivostok, Kamis 25 April 2019 (Alexander Zemlianichenko / AP PHOTO)

Situasi di Semenanjung Korea masih gantung, setelah tidak ditemukan kesepakatan dalam KTT kedua antara Kim Jong-un dan Donald Trump di Hanoi, Vietnam beberapa waktu lalu.

Pada Kamis kemarin, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertatap muka untuk pertama kalinya dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi yang sangat diantisipasi di Vladivostok.

Berbicara kepada media setelah bertemu dengan Vladimir Putin untuk tatap muka pertamanya, pemimpin Korea Utara itu mengatakan dia mengharapkan untuk memiliki "pertemuan bermanfaat" dengan Presiden Rusia.

Sementara Putin merasa yakin bahwa kunjungan Kim Jong-un akan membantu "hubungan bilateral dan akan membantu untuk memahami cara-cara yang dapat membantu menyelesaikan situasi di Semenanjung Korea, apa yang dapat dilakukan bersama, serta apa yang dapat dilakukan Rusia untuk mendukung proses positif yang ada sekarang."

Putin juga mengatakan, "Kami menyambut upaya Anda (Kim Jong-un) mengembangkan dialog Antar-Korea dan upaya Anda untuk menormalkan hubungan AS-Korea Utara.

Dan tentu saja, dalam hal agenda bilateral, kita perlu mencapai banyak hal untuk mengembangkan hubungan perdagangan dan ekonomi dan hubungan kemanusiaan."

Pemimpin Negara ke-6 yang Ditemui Kim Jong-un

Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Alexei Nikolsky)
Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Alexei Nikolsky)

Vladimir Putin adalah pemimpin dunia keenam yang telah bertemu Kim Jong-un sejak ia memimpin Korea Utara pada 2011. Semua pertemuan ini telah terjadi sejak 2018, ketika rezim Kim muncul dari bayang-bayang dan mulai melakukan tebar pesona diplomatik.

Kim telah bertemu Presiden China Xi Jinping dalam empat perjalanan ke Tiongkok - tiga ke Beijing dan satu ke Dalian. Perjalanan Kim pada Maret 2018 ke ibukota China adalah perjalanan luar negeri pertamanya sejak naik ke tampuk kekuasaan.

Dia kemudian mengunjungi Dalian pada Mei dan kembali ke Beijing pada Juni tak lama setelah pertemuan puncaknya di Singapura dengan Trump. Kim juga mengunjungi Beijing pada Januari 2019.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah bertemu Kim tiga kali, semuanya pada 2018 - dua kali di zona demiliterisasi yang membagi kedua Korea dan satu kali di Pyongyang.

Kim juga mengadakan dua KTT dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, satu di Singapura pada Juni 2018 dan satu lagi di ibukota Vietnam, Hanoi pada Februari 2019.

Pada kedua kunjungan itu dia juga bertemu dengan para pemimpin negara tuan rumah, Presiden Singapura Lee Hsien Long dan Presiden Vietnam Nguyen Phu Trong.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya