Balita di Korea Selatan Tewas Diduga Akibat Penyiksaan, Dipaksa Makan Saus Pedas dan Minum Soju

Jaksa mengungkap bahwa anak tersebut dipaksa makan saus pedas dan minum soju sebelum ditemukan tewas dalam kondisi malnutrisi parah.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Feb 2025, 19:10 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2025, 19:10 WIB
Ilustrasi soju Korea (unsplash)
Ilustrasi soju Korea (unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Seoul - Seorang balita berusia dua tahun di Korea Selatan diduga meninggal akibat kekerasan orang tua, termasuk dipaksa makan saus pedas dan minum soju. Fakta ini terungkap dalam sidang pertama kasus tersebut di Pengadilan Distrik Daejeon pada 6 Februari 2025.

Dikutip laman Straits Times, Senin (10/2/2025), jaksa menuduh kedua orang tua korban melakukan kekerasan fisik dan pengabaian, yang berujung pada kematian anak mereka di akhir 2024. Sang ayah, yang berusia 30-an, telah ditahan, sementara ibu korban, yang juga berusia 30-an, tidak dikenakan penahanan fisik.

Menurut jaksa, anak tersebut lahir prematur dan memerlukan selang makanan setelah keluar dari rumah sakit. Namun, orang tuanya menghentikan penggunaan alat bantu makan itu dan memaksa anaknya mengonsumsi makanan bayi secara langsung.

Selain itu, korban sering mengalami kekerasan fisik, seperti ditendang dan dipukul, yang menyebabkan memar di tubuhnya serta patah tulang tengkorak.

Pada 15 Desember 2024, sehari sebelum korban ditemukan tewas, jaksa menuduh orang tuanya memberi balita tersebut buldak sauce, saus pedas khas Korea yang dikenal memiliki tingkat kepedasan ekstrem.

Ketika anak itu mulai menunjukkan tanda-tanda tidak sehat, mereka justru memaksanya meminum soju, minuman keras tradisional Korea, sebagai "obat."

Ditemukan dalam Kondisi Malnutrisi

Pekan Sadar Malnutrisi 2024 sebagai Kolaborasi untuk Atasi dan Cegah Malnutrisi Sejak Dini (pexels.com)
Ilustrasi bayi yang sedang makan bersama orang tuanya (pexels.com).... Selengkapnya

Keesokan harinya, orang tua korban akhirnya menghubungi layanan darurat setelah menyadari kondisi anak mereka memburuk dan tidak bisa lagi mereka tangani.

Saat diperiksa, balita tersebut telah meninggal dunia dengan berat badan hanya 6,9 kg, jauh di bawah standar untuk anak seusianya. Hal ini menunjukkan bahwa korban mengalami malnutrisi parah.

Jaksa menyatakan bahwa orang tua korban menunda melaporkan kematian anak mereka karena takut tindakan kekerasan mereka terungkap.

Pasangan ini diketahui memiliki tiga anak lainnya, yang saat ini telah ditempatkan di bawah pengasuhan kakek-nenek mereka sebagai tindakan darurat. Investigasi sejauh ini tidak menemukan tanda-tanda kekerasan terhadap anak-anak lainnya.

 

Infografis KDRT Data Kekerasan
Data Kekerasan di Indonesia pada Tahun 2019-2023. (Abdillah/Liputan6.com)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya