Sajian Opor Ayam hingga Tauco Udang Semarakkan Lebaran WNI di Norwegia

Cuaca yang dingin dan hujan gerimis tidak menyurutkan antusiasme warga Indonesia di Wisma Duta Besar juga dinikmati umat Islam dari negara lain yang ada di Norwegia.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jun 2019, 11:32 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2019, 11:32 WIB
Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri (iStock)
Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri (iStockphoto)

Liputan6.com, Oslo - Pada Rabu 5 Juni 2019, masyarakat Indonesia di Kota Oslo merayakan Idul Fitri 2019 dengan melakukan salat Id dan halal bihalal di Wisma Duta Besar RI untuk Norwegia dan Islandia. Bertindak sebagai imam dan khatib adalah Abdullah Suyuti, WNI yang sudah lama menetap di Norwegia.

Seperti diberitakan Antara yang dikutip Jumat (7/6/2019), Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Oslo Nina Evayanti mengatakan, suasana bertambah semarak dengan adanya sajian Lebaran khas Indonesia. Seperti opor ayam, lontong sayur, rendang, sayur tauco udang, es buah, dan es blewah, serta cemilan lainnya yang disajikan untuk mengobati kerinduan akan suasana Idul Fitri di Tanah Air.

Cuaca yang dingin dan hujan gerimis tidak menyurutkan antusiasme warga Indonesia yang datang ke Wisma Duta Besar sejak pukul 08.30. Tak hanya masyarakat Indonesia, perayaan Idul Fitri 1440 Hijriah di Wisma Duta Besar juga dinikmati umat Islam dari negara lain yang ada di Norwegia.

Mempererat Silaturahmi

Kedutaan besar Republik Indonesia untuk Norwegia dan Islandia menyatakan Lebaran sebagai sarana pererat tali silaturahmi umat Islam dari sejumlah negara, termasuk warga Indonesia yang tinggal di Kota Oslo, Norwegia.

Dubes Todung Mulya Lubis, sebagaimana disampaikan Nina Evayanti hari Kamis, berharap warga negara Indonesia memanfaatkan Idul Fitri untuk mempererat kembali jalinan silaturahmi, baik antarwarga Indonesia di Norwegia maupun kerabat yang berada di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri, kata Mulya Lubis, dengan perbedaan jarak dan waktu antara Indonesia dan Norwegia serta kesibukan dan kurangnya waktu bersilaturahmi dapat merenggangkan jalinan persahabatan antarwarga Indonesia.

Momen Idul Fitri, lanjut dia, harus dapat dimanfaatkan saling memaafkan dan kembali merajut tali silaturahmi di antara seluruh masyarakat Indonesia, baik yang berada di Norwegia maupun dengan yang berada di Indonesia.

Idul Fitri di Belanda yang Sarat Rasa Nusantara

Hari Raya Idul Fitri (iStock)
Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri (iStockphoto)

Sementara itu, tak kurang dari 2.000 orang menghadiri acara halal bihalal dalam rangka Idul Fitri 2019 di Wisma Duta, di Wassenaar, Belanda yang digelar pada Selasa 4 Juni 2019 waktu setempat.

Tidak hanya kaum Muslim Indonesia di Belanda yang hadir dalam kegiatan tersebut, melainkan juga warga non-Muslim, pelajar, mahasiswa, diaspora Indonesia, friends of Indonesia, pers dan warga Belanda.

Sekretaris Pertama Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Den Haag, Noira Solani dalam keterangannya hari Kamis, mengatakan berbeda sehari dengan di Indonesia, 1 Syawal 1440 Hijriah di Belanda jatuh pada Selasa, sesuai keputusan para alim ulama dan tokoh-tokoh umat Islam di Den Haag.

Di Belanda, seperti dikutip dari Antara, Kamis 6 Juni 2019, orang menamakan Idul Fitri dengan sebutan Suikerfeest, yang arti harfiahnya adalah pesta gula. Alasannya karena pada hari itu banyak dihidangkan makanan manis.

Sebutan itu muncul dari komunitas Maroko dan Turki di Belanda. Kalau Suikerfeest di Belanda dirayakan dengan menyuguhkan makanan manis, maka Idul Fitri di Wisma Duta dirayakan dengan suguhan khas Lebaran Tanah Air, yakni lontong opor.

Rela Menempuh 200 Kilometer

Warga Indonesia yang terdiri dari diaspora dan pelajar Indonesia datang dari berbagai kota di Belanda seperti Amsterdam, Den Haag, Groningen, Leiden, Rotterdam, Utrecht, dan Wageningen.

"Saya dari Groningen, datang ke sini karena ingin berlebaran bersama teman-teman," kata Shania Aurielle, mahasiswi Indonesia yang kuliah di Universitas Groningen. Ia rela naik kereta api menempuh jarak lebih dari 200 km, untuk mengobati rasa kangen suasana Idul Fitri di kampung halaman.

Sementara itu, Daan Goppel menggenjot becaknya dari Amsterdam ke Den Haag, dilanjutkan dari Den Haag ke Wassenaar, untuk turut merayakan Idul Fitri bersama warga Indonesia.

"Dari kecil saya memang tertarik pada Indonesia," kata pemenang lomba pidato berbahasa Indonesia 2017, yang pernah kursus Bahasa Indonesia selama dua bulan di Universitas Indonesia, Jakarta.

Sementara itu, Tran Ngoc Linh Phuong, warga Vietnam yang kuliah di The Hague University of Applied Sciences, datang ke acara halal bihalal ini ingin merasakan budaya Indonesia. Begitu juga Kililou Agrien, warga Rotterdam asal Togo, Afrika, yang sudah dua kali ikut merayakan Idul Fitri di Wisma Duta.

Selengkapnya di sini...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya