Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim global adalah masalah serius yang akan dihadapi dan mempengaruhi semua orang di dunia. Hal ini juga merupakan kewajiban setiap orang dan setiap negara untuk melakukan perbaikan dalam tindakan mereka.
Kendati demikian, karena faktor politik internasional, Taiwan tidak dapat menjadi bagian dalam kontrak United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Tetapi Taiwan memiliki kemauan dan kemampuan nyata untuk memerangi perubahan iklim dengan negara lain di dalam kerangka UNFCCC.
Baca Juga
Menteri Perlindungan Lingkungan Taiwan Chang Tzi-chin, secara khusus menulis artikel tentang topik ini, memperkenalkan upaya Taiwan dalam memerangi perubahan iklim, dan menyerukan menyerukan negara-negara lain untuk mendukung partisipasi Taiwan dalam UNFCCC, dan untuk menyertakan Taiwan ke dalam mekanisme pengurangan karbon global, negosiasi dan perjanjian Paris untuk perubahan iklim serta aktivitas terkait lainnya.
Advertisement
Representative Taipei Economic and Trade Office (TETO) John Chen juga menyatakan bahwa Konferensi UNFCCC ke-25 (COP 25) akan diadakan di Spanyol pada bulan Desember tahun ini. Karena faktor politik internasional, Taiwan hanya dapat menghadiri pertemuan tersebut sebagai pengamat Organisasi Non Pemerintah (LSM).
Bagi Taiwan dan dunia, ini adalah kerugian besar untuk melawan perubahan iklim.
"Jangan membatasi pandangan mereka pada pertimbangan politik, dan mendukung partisipasi Taiwan untuk berkontribusi secara profesional, pragmatis di UNFCCC, untuk bersama-sama memerangi perubahan iklim," imbau John Chen terhadap Indonesia dan negara-negara lain dalam keterangan tertulisnya yang dimuat Minggu (1/12/2019).
Sementara itu, Menteri Perlindungan Lingkungan Taiwan Chang Tzi-chin, mengatakan bahwa negaranya telah mengesahkan "Undang-Undang Pengelolaan dan Pengurangan Gas Rumah Kaca", menyelesaikan "Jaringan Aksi Nasional untuk Perubahan Iklim", "Skema Upaya Pengurangan Gas Rumah Kaca", dan merumuskan "Rencana Aksi Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca" dan lainnya.
Pada tahun 2025, Taiwan diperkirakan akan mencapai tujuan 20 GW untuk pembangkit listrik tenaga surya dan 6,9 GW untuk pembangkit listrik tenaga angin. Negeri Formosa ini juga telah memperkuat insentif keuangannya untuk mendukung pengembangan industri teknologi energi hijau dan secara aktif mempromosikan "Rencana Pelaksanaan Finansial Hijau".
Menteri Chang menyebutkan, satelit FORMOSAT-3 yang diluncurkan oleh Taiwan pada tahun 2006, telah mengumpulkan lebih dari 10 juta data meteorologi sejauh ini, menyediakan penelitian ilmiah gratis kepada para sarjana dari berbagai negara.
Satelit FORMOSAT-7 yang diluncurkan tahun ini, akan lebih efektif meningkatkan keakuratan prakiraan cuaca ekstrem, dan memberikan kontribusi positif bagi prakiraan cuaca global serta perubahan iklim.
Menteri Chang juga mengatakan bahwa Taiwan telah merumuskan "Rencana Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Nasional" untuk membangun sistim ketahanan dalam menanggapi perubahan iklim dari delapan aspek seperti bencana, infrasruktur kelangsungan hidup, sumber daya air, keamanan pertanahan, pesisir pantai, energi dan industri, pertanian, dan kesehatan.
Ini Tak Adil
Menteri Chang mengatakan, sangat tidak adil bagi Taiwan untuk dikeluarkan dari organisasi internasional karena prasangka politik dari China.
"Tidak hanya bertentangan dengan semangat UNFCCC yang menyerukan semua negara untuk bekerja sama secara luas dalam perubahan iklim global, juga mengabaikan Perjanjian Paris yang menekankan "Keadilan Iklim" dan menyerukan pentingnya tindakan iklim oleh negara-negara, bahkan juga bertentangan dengan tujuan Piagam PBB," ujarnya.
Menurutnya, hal itu juga melemahkan struktur internasional dan membahayakan dunia. Dalam menghadapi masyarakat internasional, Taiwan adalah teman yang tulus yang bertanggung jawab dan mau berkontribusi. Taiwan berusaha untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Taiwan benar-benar layak untuk dimasukkan dalam sistem perubahan iklim global.
Sementara menurut Representative Taipei Economic and Trade Office (TETO) John Chen, sesuai dengan semangat UNFCCC, Taiwan secara aktif membantu negara-negara berkembang dalam rencana mitigasi dan adaptasi jangka panjang untuk memerangi perubahan iklim, serta menunjukkan tekad Taiwan untuk berkontribusi kepada dunia.
"Misalnya, Taiwan membantu Belize dan Honduras dalam pengurangan bencana dan peringatan pencegahan bencana, membantu Kepulauan Marshall mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 992 ton setiap tahun," ujar John Chen.
Taiwan sangat terpengaruh oleh perubahan iklim, dan telah mengembangkan banyak teknologi yang sesuai, dan bersedia untuk berbagi dengan negara lain. Namun, oleh karena faktor politik internasional, Taiwan hanya dapat menghadiri pertemuan tersebut sebagai pengamat LSM, dan tidak dapat menyerahkan Nationally Determined Contribution (NDC) Taiwan kepada Sekretariat UNFCCC.
Seperti negara lainnya, Taiwan seharusnya memiliki peluang yang sama untuk bergabung dengan mekanisme pengurangan karbon global, menegosiasikan kegiatan terkait dengan Perjanjian Paris, dan bekerja sama untuk memberikan kontribusi usaha maksimal bagi lingkungan dan generasi mendatang.
John Chen sekali lagi mengimbau negara-negara lain, bahwa perubahan cuaca telah terjadi, dan telah mempengaruhi negara lain. Semoga negara-negara lain tidak mengesampingkan Taiwan hanya karena masalah politik, Taiwan bersedia bekerja sama dengan anggota masyarakat internasional untuk menjaga dan melindungi dunia.
Advertisement