Greta Thunberg Jadi Person of the Year Majalah TIME Termuda dalam Sejarah

Majalah TIME menjadikan tokoh muda yang aktif dalam memerangi perubahan iklim yaitu Greta Thunberg. Ia pun juga menjadi yang termuda dalam sejarah.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 12 Des 2019, 12:23 WIB
Diterbitkan 12 Des 2019, 12:23 WIB
Greta Thunberg, tokoh aktivis iklim muda yang terpilih jadi 'Person of the Year' di majalah TIME.
Greta Thunberg, tokoh aktivis iklim muda yang terpilih jadi 'Person of the Year' di majalah TIME. (Source: Time via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Aktivis iklim remaja Swedia Greta Thunberg dinobatkan Majalah Time sebagai "Person of the Year" 2019.

Pemimpin redaksi Edward Felsenthal mengumumkan hal itu saat tampil di acara "Today" di saluran televisi NBC, Rabu 11 Desember.

"Ia menjadi suara paling keras dalam isu paling besar yang dihadapi planet bumi tahun ini," kata Felsenthal mengenai remaja yang dianggap memimpin gerakan dunia dalam usaha mengatasi perubahan iklim itu.

Greta Thunberg sendiri merasa terkejut dengan terpilihnya ia menjadi sosok "Person of the Year" pada 2019. 

Dilansir dari AP, Kamis (12/12/2019), remaja asal Swedia berusia 16 tahun itu telah menjadi wajah generasi baru aktivis lingkungan. Ia mampu menarik perhatian banyak orang dengan penampilannya di protes dan konferensi selama satu setengah tahun terakhir.

Sejumlah orang telah menyambut baik aksinya, termasuk pidatonya yang menantang para pemimpin dunia untuk melakukan lebih banyak untuk menghentikan pemanasan global. Tak selalu mendapat respon positif, Greta pun kerap mendapat kritik karena suaranya yang terkadang agresif. 

"Saya tidak pernah membayangkan suatu hal seperti ini terjadi," ujar Greta ketika dihubungi melalui telepon.

"Tentunya saya sangat bersyukur dan sangat terhormat. Ini seharusnya milik semua orang dalam gerakan Fridays for Future karena apa yang telah kita lakukan, kita lakukan bersama," tutup Thunberg.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Aksi Greta Thunberg

Greta Thunberg
Greta Thunberg, aktivis perubahan iklim yang diunggulkan memenangkan Nobel Perdamaian 2019. (dok.Instagram @gretathunberg/https://www.instagram.com/p/BudqieIhK9e/Henry

Thunberg merupakan orang termuda yang meraih penghargaan itu, setelah dengan cepatnya berhasil menempatkan diri sebagai salah satu aktivis perubahan iklim paling terkemuka di dunia. Demikian dikutip dari VOA Indonesia.

Aksi Jumat Protes yang dilakukannya di luar parlemen Swedia pada jam sekolah sewaktu berusia 15 tahun memicu gerakan dunia dalam memerangi perubahan iklim.

Gerakan itu, yang kini dikenal sebagai Friday for Future mendorong jutaan orang di sekitar 150 negara untuk mengambil tindakan yang mengatasnamakan planet bumi.

Felsenthal mengemukakan, Thunberg, yang kini berusia 16 tahun, memberi inspirasi pada generasi sebayanya untuk berpartipasi melakukan berbagai perubahan di dunia. Paling tidak ini tercermin dalam demonstrasi-demonstrasi yang terjadi di Hong Kong, Chili, Sudan dan Lebanon. 

Pada Konferensi Iklim PBB di New York pada bulan September, dia mengecam para politikus karena mengandalkan kaum muda untuk jawaban atas perubahan iklim. Dalam sebuah pidato yang sekarang terkenal, dia berkata: "Anda telah mencuri impian dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong Anda. Saya akan mengawasimu."

Pesan remaja itu, bagaimanapun, belum diterima dengan baik oleh semua orang, terutama suara-suara konservatif yang menonjol.

Thunberg mengatakan dia berharap pesan itu didorong olehnya dan para aktivis lainnya - bahwa pemerintah perlu secara drastis meningkatkan upaya mereka untuk memerangi perubahan iklim - akhirnya berhasil. "Efek Greta" telah dikaitkan dengan peningkatan dukungan bagi pihak lingkungan di Eropa.

Namun dia bersikeras bahwa media juga harus memperhatikan aktivis lain, khususnya masyarakat adat, yang katanya "paling terpukul oleh krisis iklim dan lingkungan.'

Kekhawatirannya terhadap pembunuhan warga asli Brasil di Amazon menarik teguran keras dari presiden negara Amerika Latin, seperti dikutip dari BBC.

"Greta mengatakan bahwa orang-orang India mati karena mereka membela Amazon," kata Bolsonaro kepada wartawan. "Sangat mengesankan bahwa pers memberikan ruang kepada seorang bocah seperti itu," katanya, menggunakan kata Portugis untuk anak nakal, "pirralha".

Dia sebelumnya berselisih dengan Presiden AS Donald Trump, yang telah mempertanyakan ilmu iklim dan membatalkan banyak hukum iklim AS. Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin pernah memanggilnya "remaja yang baik hati tetapi kurang informasi".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya