Liputan6.com, Seoul - Kasur untuk pasien Virus Corona (COVID-19) di Korea Selatan sudah semakin sedikit. Di daerah Metropolitan Seoul, kasur hanya tersisa 16 saja.
Hal itu mengkhawatirkan sebab kasus di daerah Seoul sedang menanjak dalam beberapa pekan terakhir. Secara nasional, kasur untuk pasien COVID-19 hanya tersedia 55 saja. Kasur-kasur tersebut dibutuhkan untuk merawat pasien yang kritis.
Advertisement
Baca Juga
Dilaporkan Yonhap, Selasa (1/9/2020), hari ini Korea Selatan melaporkan 235 kasus. Ini adalah hari kesembilan belas kasus di negara itu mencapai tiga digit. Kasus tertinggi berasal dari Seoul dengan total 93 orang.
Saat ini, Seoul sedang mengalami PSBB yang berlangsung hingga pekan depan. Kebijakan online learning, pembatasan jam buka tempat makan, serta Work From Home kembali diterapkan.
Tak ada lagi kasur untuk pasien kritis di Gwangju, Daejeon, Provinsi Gangwon, dan Provinsi Jolla Utara dan Selatan.
Pasien krisis COVID-19 di Korea Selatan naik hingga 104 orang. Jika penyebaran tak ditekan, angka itu dikhawatirkan mencapai 130 pada Kamis mendatang.
Mayoritas pasien kritis itu adalah lansia. Selain itu, 63 persen di antara 104 pasien itu memilik penyakit penyerta.
Otoritas kesehatan Korea Selatan berkata ini merupakan pertama kalinya pasien kritis menembus 100 orang. Dibutuhkan waku seminggu hingga 10 hari sampai kondisi pasien menjadi krisis.
Sejak bulan lalu, pemerintah Korsel berupaya menambah kapasitas kasus di rumah sakit untuk pasien COVID-19. Targetnya akan ada 40 kasur tambahan bagi pasien COVID-19 pada pertengahan bulan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Warga Taat Jalani PSBB
Pekan ini, Seoul dan sekitarnya resmi mengadakan semacam pembatasan sosial skala besar (PSBB). Sekolah-sekolah sudah tutup dan layanan bisnis dibatasi.
Yonhap melaporkan daerah Seoul terpantau tenang pada Senin ini karena PSBB ketat yang dijalankan. Operasional restoran, toko roti, dan tempat jualan kopi juga dibatasi.
PSBB ini berlaku di daerah Seoul, Incheon, dan Provinsi Gyeonggi. Kebijakan berlaku selama delapan hari karena kasus COVID-19 di Seoul sedang menanjak.
Jalan-jalan di daerah Hongdae, Jongno, dan Gangnam yang biasanya ramai juga menjadi sepi karena kebijakan ini. Seorang pengelola restoran di Hongdae berkata pelanggan menurun drastis.
"Ini bahkan bukan setengahnya. Angka pelanggan adalah sepersepuluh jumlah biasa. Hanya ada empat kelompok yang datang selama makan siang. Ini adalah saat terburuk yang saya lihat selama 13 tahun mengelola restoran," ungkap seorang bernama Kim yang berusia 60 tahun.
Bar dan restoran di daerah Gangnam juga menjadi sepi. Pelanggan memilih pulang menjelang pukul 21.00 malam.
Dalam skema PSBB di Seoul, tempat usaha seperti restoran dan bakery hanya boleh beroperasi sampai pukul 21.00 malam. Setelahnya pembeli hanya bisa memakai jasa takeaway, sehingga restoran menjadi sibuk oleh pengiriman.
Advertisement
Ogah Menerima Pelanggan pada Pukul 20.00
Ada pengelola restoran yang ogah menerima pelanggan pada pukul 20.00 karena mepet. Ia mengaku tak mau ribut dengan pelanggan.
Saya tidak menerima pelanggan makan di tempat setelah pukul 20.00 malam karena saya tak mau ribut dengan mereka (terkait waktu)," ujar seorang pemilik restoran seafood di Incheon.
Ada pula pemilik restoran yang akhirnya eksklusif memakai jasa pengiriman akibat COVID-19.
Korea Selatan memiliki tiga level sistem social distancing. Level tiga adalah yang tertinggi.
Saat ini Seoul masuk Level 2 dan melarang perkumpulan 50 orang dalam ruangan dan 100 orang di luar ruangan. Kantor-kantor diminta agar menerapkan Work From Home.
Situasi di Seoul juga dijuluki Level "2,5." Korea Selatan berharap hasil PSBB ini bisa terlihat pada pekan depan.