Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pria bersenjata menyerbu sebuah sekolah di Kamerun pada Sabtu, 24 Oktober dan melepaskan tembakan tanpa pandang bulu, menewaskan sedikitnya enam anak dan melukai sekitar delapan lainnya di wilayah pemberontak separatis beroperasi.
Dikutip dari laman The Guardian, Senin (26/10/2020) tiba dengan sepeda motor dan pakaian sipil, para penyerang menyerang sekolah sekitar tengah hari di kota Kumba di Wilayah Barat Daya, Kamerun.
Beberapa anak terluka saat melompat dari jendela lantai dua untuk menyelamatkan diri.
Advertisement
Baca Juga
Tidak jelas apakah serangan itu terkait dengan perjuangan berkelanjutan antara tentara dan kelompok yang berusaha membentuk negara bagian yang ingin memisahkan diri.
Tapi itu adalah titik terendah baru yang suram di wilayah tersebut yang sejak 2017 telah menyaksikan ratusan orang meninggal dan ribuan mengungsi karena konflik, dengan banyak anak tidak dapat bersekolah.
"Mereka menemukan anak-anak di kelas dan mereka menembaki mereka," kata sub-prefek kota Ali Anougou kepada Reuters.
Isabel Dione lari ke sekolah untuk mencari putrinya yang berusia 12 tahun ketika dia mendengar tentang penembakan itu.
Dia menemukannya di lantai kelas, mengeluarkan darah dari perut. "Dia tidak berdaya dan dia berteriak, Bu, tolong bantu saya, dan saya katakan padanya hanya Tuhanmu yang bisa menyelamatkanmu sekarang," kata Dione.
Gadis itu dibawa ke rumah sakit Kamerun tempat dia menjalani perawatan karena luka tembak.
Saksikan Video Berikut Ini:
Pernyataan Pemerintah
Video yang beredar di media sosial yang difilmkan oleh jurnalis lokal menunjukkan orang dewasa bergegas berlari dari sekolah dengan anak-anak dalam pelukan mereka.
Satu foto yang diverifikasi oleh Reuters menunjukkan bagian dalam ruang kelas, di mana setumpuk darah kering telah menggumpal di lantai dekat beberapa sandal jepit yang berserakan.
Pejabat lokal Ahhim Abanaw Obase mengkonfirmasi enam kematian anak-anak berusia antara 12 dan 14 tahun, dan menambahkan bahwa delapan lainnya telah dibawa ke rumah sakit.
Anougou dan pejabat lainnya menyalahkan serangan itu pada para separatis, tetapi tidak memberikan bukti.
Advertisement