Jumlah Pasien ICU Akibat COVID-19 di Jerman Meningkat 40%, Rumah Sakit Kewalahan

Banyaknya pasien yang dirawat di ICU akibat terinfeksi Virus Corona COVID-19 meningkat hingga 40%, membuat pihak rumah sakit pun kewalahan.

diperbarui 07 Des 2020, 16:03 WIB
Diterbitkan 07 Des 2020, 15:38 WIB
Kelab Malam di Berlin Jadi Pusat Pengujian Covid-19
Seorang perempuan melakukan tes usap (swab test) COVID-19 di luar kelab malam KitKatClub yang legendaris di Berlin, Jerman, Jumat (4/12/2020). Ditutup selama delapan bulan terakhir karena pembatasan virus corona, kelab malam itu diubah menjadi pusat pengujian Covid-19. (Tobias SCHWARZ/AFP)

Jakarta - Meningkatnya jumlah pasien akibat Virus Corona COVID-19 yang dirawat di unit ICU di Jerman membuat pihak rumah sakit kini kewalahan. 

Jerman yang saat ini tengah berupaya menangani gelombang kedua pandemi Virus Corona, kapasitas beberapa rumah sakit di sana dilaporkan telah mencapai batas maksimalnya. Hal ini disampaikan Kepala Federasi Rumah Sakit Jerman (DKG), Gerald Gass.

Mengutip laman DW, Senin (7/12/2020), Gass mengatakan saat ini terdapat 40% lebih banyak pasien COVID-19 dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dibandingkan gelombang pertama saat musim semi lalu.

DKG juga melaporkan sekitar 16.000 pasien COVID-19 dirawat di bangsal perawatan non-kritis.

Laporan ini muncul hanya beberapa hari setelah Kanselir Angela Merkel memperingatkan bahwa Jerman akan tetap dalam lockdown parsial hingga Januari untuk membendung lonjakan besar kasus COVID-19.

Gass mengatakan bahwa rumah sakit yang lebih kecil dan yang berada di daerah pedesaan hampir tidak memiliki kapasitas tersisa dan terpaksa menolak pasien non COVID-19. Bahkan di beberapa negara bagian Jerman, seperti Saxony, jumlah pasien di ICU lima kali lebih tinggi daripada di bulan April.

Gass membantah bahwa petinggi rumah sakit membesar-besarkan krisis untuk memaksa pemerintah Jerman memberikan lebih banyak bantuan keuangan.

"Kami jelas menolak tuduhan peringatan bahaya yang dibesar-besarkan," kata Ketua DKG.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

RS Mulai Tolak Pasien IGD

Kelab Malam di Berlin Jadi Pusat Pengujian Covid-19
Antrean orang-orang untuk melakukan tes usap (swab test) COVID-19 di luar kelab malam KitKatClub yang legendaris di Berlin, Jerman, Jumat (4/12/2020). Ditutup selama delapan bulan terakhir karena pembatasan virus corona, kelab malam itu diubah menjadi pusat pengujian Covid-19. (Tobias SCHWARZ/AFP)

Akhir pekan lalu, salah satu rumah sakit terbesar di Jerman, Vivantes Neukölln yang ada di Berlin, mengatakan tidak akan lagi menerima pasien instalasi gawat darurat.

Menurut laporan surat kabar Tagesspiegel, 85% dari 1.200 tempat tidur rumah sakit saat ini telah terisi.

Pihak rumah sakit mengatakan sumber daya mereka semakin terkuras oleh pasien COVID-19 yang tengah dalam kondisi kritis.

Petinggi-petinggi rumah sakit Jerman lainnya juga telah memperingatkan tentang kurangnya tim medis dalam mengatasi lonjakan pasien COVID-19 yang sakit parah.

Gernot Marx, Kepala Klinik untuk Pengobatan Perawatan Intensif Operasi di Klinik Universitas di Aachen mengatakan kepada Welt am Sonntag bahwa "faktor penghalang bukanlah kurangnya tempat tidur ICU, tetapi kurangnya staf yang memenuhi syarat."

Thomas Werner, seorang ahli klinis dari Berlin Medical Association, mengatakan kepada Tagesspiegel bahwa sekitar 15% perawat harus absen karena mereka sendiri turut sakit atau harus menjalani karantina.

Pada Minggu (06/12), Institut Robert Koch (RKI) Jerman mengumumkan penambahan 17.767 kasus baru virus corona dan 255 kematian. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya