3 Negara Ini Diterpa Kasus Penjualan Vaksin COVID-19 Palsu

Keberadaan vaksin COVID-19 saat ini membuat beberapa oknum di beberapa negara menjual vaksin palsu.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2021, 20:40 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2021, 20:40 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Vaksinasi adalah cara yang sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi orang dari penyakit berbahaya.

Dengan menggunakan pertahanan alami tubuh, vaksin membangun ketahanan terhadap infeksi tertentu dan membuat sistem kekebalan yang lebih kuat.

Dalam masa pandemi virus corona COVID-19 saat ini, vaksin sangat diperlukan untuk setiap manusia, namun ternyata ada beredar vaksin palsu di beberapa negara.

Mengutip dari BBC, Rabu (24/2/2021), China telah menangkap pemimpin penipuan vaksin bernilai jutaan dolar yang menyatakan larutan garam dan air mineral sebagai vaksin Covid-19.

Pria yang diidentifikasi sebagai Kong, telah meneliti desain kemasan vaksin asli sebelum membuat lebih dari 58.000 ramuannya sendiri.

Sejumlah vaksin diselundupkan ke luar negeri, tetapi tidak diketahui ke mana mereka dikirim.

Kong termasuk di antara 70 orang yang ditangkap karena kejahatan serupa, penangkapan tersebut melibatkan lebih dari 20 kasus, dan terjadi ketika Beijing berjanji untuk menindak vaksin palsu.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Vaksin Palsu di Brasil Berhasil Ditangkap

Gambar Ilustrasi Vaksin Virus Corona
Sumber: Freepik

Brazil's National Health Surveillance Agency (ANVISA) mengecam memiliki laporan penjualan vaksin Covid-19 palsu di kota Niteroi, negara bagian Rio de Janeiro.

Menurut portal berita G1, dokumen tersebut menyebutkan perusahaan yang menegosiasikan imunizer palsu seolah-olah itu adalah vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford, Inggris dan laboratorium Anglo-Swedia AstraZeneca.

ANVISA menerima keluhan tentang dugaan pemasaran tidak teratur vaksin Covid-19 melalui saluran resminya, yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford telah disediakan oleh perusahaan yang berlokasi di Nitero/RJ, sebuah agensi.

Pengaduan diajukan pada 25 September dan evaluasi dilakukan dan secara resmi dikirim ke Direktorat Jenderal Polisi Federal pada hari yang sama.

Badan pengawas menegaskan bahwa masih belum ada obat Covid-19 yang resmi untuk dipasarkan di Brasil.

Ini merinci ada beberapa obat potensial melawan patogen di negara tersebut, tetapi secara eksklusif untuk digunakan dalam studi klinis. 'Tidak ada izin untuk pemasaran dan distribusi vaksin ini,' tegasnya.

Masih dalam tahap pengujian dan tanpa persetujuan untuk penjualan nasional, yang dikembangkan oleh AstraZeneca, bekerja sama dengan Universitas Oxford, dianggap oleh Pemerintah sebagai salah satu taruhan utama melawan Covid-19.

Meksiko Juga Terdapat Kasus Vaksin Palsu

Ilustrasi Vaksin Virus Corona COVID-19. (File foto: AFP / John Cairns)
Ilustrasi Vaksin Virus Corona COVID-19. (File foto: AFP / John Cairns)

Kepala Dewan Keamanan Swasta Nasional Meksiko, Raul Sapien Santos, memperingatkan bahwa organisasi kriminal sudah mengiklankan kampanye vaksinasi palsu online dan vaksin palsu.

Sapien Santos mengatakan kepada kantor berita bahwa Dewan telah mendeteksi lebih dari 400 situs palsu yang mengiklankan vaksin COVID-19.

Ia mengatakan bahwa domain palsu tersebut juga menawarkan peralatan medis untuk penjualan, seperti masker, rapid test dan oksigen.

Interpol mengeluarkan peringatan global untuk penegakan hukum pada Desember lalu yang memperingatkan potensi pemalsuan, pencurian, dan iklan ilegal COVID-19 dan vaksin flu.

"Jaringan kriminal juga akan menargetkan anggota masyarakat yang tidak menaruh curiga melalui situs palsu dan pengobatan palsu, yang dapat menimbulkan risiko signifikan bagi kesehatan mereka, bahkan nyawa mereka," kata Sekretaris Jenderal Interpol, Jürgen Stock.

Interpol juga melaporkan peningkatan penipuan terkait COVID.

Tahun lalu, Unit Keamanan Sibernya mengungkapkan bahwa, dari 3.000 situs web yang terkait dengan apotek daring yang diduga menjual obat-obatan terlarang dan perangkat medis, sekitar 1.700 berisi ancaman siber.

 

Reporter: Veronica Gita

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya