Sri Lanka Gelar Kremasi Massal Akibat Lonjakan Kasus COVID-19

Sri Lanka mengadakan kremasi massal akibat banyaknya pasien COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 11 Agu 2021, 06:24 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2021, 05:52 WIB
AstraZeneca Langka, Sri Lanka Campur 2 Merek Vaksin Covid-19 untuk Warganya
Warga Sri Lanka mendaftarkan diri untuk menerima dosis vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech di Kolombo, Rabu (7/7/2021). Otoritas kesehatan Sri Lanka terpaksa menggunakan Pfizer sebagai dosis kedua karena kelangkaan pasokan vaksin COVID-19 AstraZeneca (Ishara S. KODIKARA/AFP)

Liputan6.com, Kolombo - Sri Lanka telah memulai kremasi massal untuk membersihkan banyaknya jenazah yang meninggal akibat COVID-19 ketika kasus melonjak di seluruh pulau, kata para pejabat Senin (9/8).

Infeksi virus corona harian di negara itu meningkat dua kali lipat dalam sebulan menjadi lebih dari 2.500 dengan hampir 100 kematian, hingga memberikan beban besar pada rumah sakit. Demikian seperti mengutip Channel News Asia, Selasa (10/8/2021). 

Pada Minggu malam, Kota Kolombo memulai kremasi massal untuk 15 jenazah di Pemakaman Umum Kolombo setelah rumah sakit utama pulau itu mengatakan tidak memiliki ruang freezer lagi.

Itu adalah kremasi massal pertama sejak Desember lalu, ketika pemerintah menolak keberatan dengan alasan agama dan mengkremasi 15 anggota minoritas Muslim, termasuk seorang bayi berusia 20 hari.

Setelah terjadi protes lokal dan internasional, pemerintah kemudian mengizinkan umat Islam untuk dimakamkan di sudut terpencil di timur pulau itu, sesuai dengan tradisi Islam.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Banyaknya Jenazah

Potret Lockdown Akhir Pekan di Sri Lanka
Seorang perempuan duduk di sepanjang jalan yang sepi setelah pemerintah memberlakukan pembatasan perjalanan dan lockdown akhir pekan di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu (22/5/2021). Sri Lanka pada Jumat, 21 Mei mencatat 3.547 kasus harian corona Covid-19. (Ishara S. KODIKARA/AFP)

Serikat Inspektur Kesehatan Masyarakat (PHI) mengatakan jenazag pasien Covid-19 menumpuk di rumah sakit selama akhir pekan karena krematorium yang bekerja sepanjang waktu tidak dapat mengatasi peningkatan kematian yang cepat.

"Pada tingkat ini, kami mungkin harus membangun krematorium baru," kata ketua serikat pekerja PHI Upul Rohana kepada wartawan di Kolombo.

Di rumah sakit Kolombo Utara, ada 20 jenazah yang disimpan tanpa pendingin sementara jumlah di rumah sakit Panadura di selatan ibu kota lebih dari 50.

Di kamar mayat Rumah Sakit Nasional Kolombo, 66 lemari es diisi dan jenazah pun menumpuk di atas troli dan meja, kata sumber rumah sakit.

Selama pandemi, negara telah membuang jenazah dan tidak melepaskannya ke keluarga.

Rohana mengatakan lonjakan infeksi juga berarti pelacakan kontak pasien tidak lagi praktis.

Pembatasan virus corona diperketat pada hari Jumat ketika laporan muncul tentang pasien COVID-19 yang meninggal saat menunggu masuk ke rumah sakit yang penuh sesak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya