Liputan6.com, Bahawalpur - 20 tahun yang lalu pada hari ini, orang-orang bersenjata bertopeng menyerbu sebuah gereja di Pakistan timur. Peristiwa itu menewaskan 18 orang termasuk anak-anak yang sedang beribadah.
Serangan itu terjadi selama kebaktian yang dihadiri oleh lebih dari 100 orang di sebuah gereja di Kota Bahawalpur. Serangan itu juga merupakan serangan terburuk terhadap orang Kristen dalam sejarah Pakistan.
Baca Juga
Identitas penyerang pada saat itu belum diketahui, tetapi laporan menunjukkan ada kekhawatiran kemungkinan pembalasan oleh ekstremis Islam setelah serangan AS di negara tetangga Afghanistan.
Advertisement
Menurut para pejabat, anggota kelompok militan Islam terlarang yang dicurigai sebagai dalangnya. Para jemaat mengatakan bahwa ketika orang-orang bersenjata melepaskan tembakan, mereka menyatakan Pakistan akan menjadi kuburan orang Kristen untuk membalas kematian di Afghanistan.
Seorang saksi mengatakan enam pria dengan tiga sepeda motor naik ke Gereja Saint Dominic dan mengeluarkan senapan serbu AK-47, menembak polisi sebelum memasuki gereja yang padat orang, seperti dikutip dari BBC, Kamis (28/10/2021).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Presiden Pakistan Kecam Aksi Tersebut
Para jemaat yang ketakutan dikatakan berebut tempat berlindung, beberapa berlindung di sebuah ruangan kecil di belakang altar, tetapi sebagian besar dipukul.
Laporan saksi mata menunjukkan orang-orang bersenjata mengunci pintu dan menembakkan peluru ke jemaat Protestan yang menggunakan gereja pada saat itu, membuat dinding berlubang.
Presiden Pakistan kala itu, Jenderal Musharraf mengecam keras serangan itu.
"Saya ingin meyakinkan semua orang bahwa kami akan melacak pelakunya dan membawa mereka ke pengadilan," katanya.
Tercatat hanya sekitar 1% orang Kristen dari 120 juta penduduk Pakistan.
Ini adalah serangan terbesar yang pernah terjadi terhadap minoritas Kristen Pakistan dan telah menyebabkan kejutan dan ketakutan di seluruh masyarakat. "Kami sudah takut dan sekarang kami benar-benar takut. Bagaimana masa depan kami?" kata salah satu jemaat.
Reporter: Cindy Damara
Advertisement