Liputan6.com, Melbourne - Kasus COVID-19 tak henti-hentinya jadi biangkeladi di banyak permasalahan. Bukan cuma menghantam sistem kesehatan dan ekonomi, pandemi COVID-19 nyatanya juga menyulut emosi.
Sejumlah negara di belahan dunia bahkan diwarnai demonstrasi akibat pembatasan aktivitas selama pandemi COVID-19.
Sebuah keputusan dari pemerintah yang menimbulkan pro dan kontra. Di Australia misalnya, kepolisian di Melbourne menahan 235 orang dan 32 di Sydney, Sabtu 18Â September 2021, saat demonstrasi tanpa izin berlangsung untuk menentang pemberlakuan penguncian atau lockdown COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah polisi terluka dalam bentrokan dengan para pengunjuk rasa. Kepolisian Victoria melaporkan bahwa enam polisi membutuhkan perawatan rumah sakit kala itu.
Sejumlah personel tersungkur ke jalan dan terinjak-injak, kata kepolisian dan menurut gambar yang ditayangkan televisi.
Italia
Skema serupa, yang disebut kartu kesehatan atau "green pass", telah memicu demonstrasi di seluruh Italia pada Juli 2021. Orang-orang di Roma, Napoli dan Turin melantunkan "kebebasan" dan "runtuhlah kediktatoran" atas rencana untuk apa yang disebut "green pass".
Sertifikat diperlukan mulai Agustus 2021 untuk makan di restoran dan mengunjungi bioskop di antara kegiatan dalam ruangan lainnya.
Banyak orang berkumpul tanpa mengenakan masker menuntut pembatasan tersebut.
Prancis
Di tengah pandemi COVID-19, gelombang demo melawan aturan paspor kesehatan (pass sanitaire) kembali terjadi di Prancis. Pada Sabtu 4 September 2021, demonstran diperkirakan berjumlah 130 ribu sampai 170 ribu orang.
Prediksi jumlah itu menurun dari demo sebelumnya ketika peserta pernah lebih dari 200 ribu. Paspor kesehatan itu ditolak karena bisa membatasi pergerakan warga yang belum mendapat vaksin COVID-19.
Berdasarkan laporan BMF TV, aparat menanti lebih dari 200 unjuk rasa di seluruh Prancis. Untuk di wilayah ibu kota Paris, jumlah pendemo diperkirakan 17 ribu hingga 27 ribu orang.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belanda
Kerusuhan telah terjadi di Belanda pada 21Â November 2021 terhadap aturan lockdown baru di tengah meningkatnya kasus COVID-19 di Eropa.
Orang-orang melemparkan kembang api ke polisi dan membakar sepeda di Den Haag, pada malam setelah protes di Rotterdam berubah menjadi kekerasan dan polisi melepaskan tembakan.
Direktur regionalnya Dr Hans Kluge mengatakan kepada BBC bahwa kecuali tindakan diperketat di seluruh Eropa, setengah juta lebih banyak kematian dapat dicatat pada musim semi berikutnya.
"COVID-19 sekali lagi menjadi penyebab kematian nomor satu di wilayah kami," katanya kepada BBC, seraya menambahkan "kami tahu apa yang perlu dilakukan" untuk memerangi virus - seperti mendapatkan vaksinasi, memakai masker, dan menggunakan pass COVID.
Banyak pemerintah di seluruh benua memberlakukan pembatasan baru dalam upaya untuk mengatasi peningkatan infeksi. Sejumlah negara baru-baru ini melaporkan jumlah kasus harian tertinggi.
Advertisement
Kuba
Puluhan orang ditangkap di Kuba setelah ribuan warga bergabung dengan protes terbesar selama beberapa dekade melawan pemerintah komunis di negara tersebut.
Pada Selasa 13Â Juli 2021, warga Kuba marah akibat runtuhnya ekonomi, kekurangan makanan dan obat-obatan, kenaikan harga bahan pokok hingga penanganan pemerintah terhadap COVID-19.
Salah satu pengunjuk rasa bernama Alejandro, mengatakan kepada BBC, "Tidak ada makanan, tidak ada obat-obatan, tidak ada kebebasan. Mereka tidak membiarkan kita hidup."
Para pengunjuk rasa meneriakkan "kebebasan" dan "jatuhkan kediktatoran" dalam demonstrasi di Kuba, termasuk ibu kota Havana.
Â
Austria
Austria kembali menerapkan lockdown penuh pada November 2021 ketika protes terhadap pembatasan baru yang bertujuan untuk mengekang infeksi Covid-19 menyebar ke seluruh Eropa.
Warga Austria diminta untuk bekerja dari rumah dan toko-toko yang tidak penting ditutup.
Pembatasan baru telah memicu protes di seluruh Eropa. Orang-orang bentrok dengan polisi di Belanda dan Belgia.
Tingkat infeksi telah meningkat tajam di benua Eropa sehingga memicu peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Advertisement