Liputan6.com, London - Inggris kembali mengalami lonjakan kasus baru COVID-19 di mana hampir lima juta orang atau 1 dari setiap 13 orang tertular virus mematikan ini, demikian menurut data resmi.
Kabar lonjakan kasus COVID-19 ini mengemuka pada saat yang sama ketika pemerintah Inggris berhenti memberikan alat uji COVID-19 cuma-cuma pada sebagian besar warga, sebagai bagian dari kebijakan “hidup bersama COVID-19” yang digalakkan Perdana Menteri Boris Johnson.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan rencana itu, orang-orang yang tidak memiliki kondisi yang membuat mereka rentan terhadap COVID-19 harus membayar untuk uji medis COVID-19 guna mengetahui apakah mereka tertular atau tidak.
Lonjakan kasus baru ini dinilai akibat sub-varian BA.2 omicron, yang juga meningkatkan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit dan jumlah orang yang meninggal. Namun demikian para pejabat memperkirakan jumlah kasus ini akan menurun bulan ini dan bulan Mei mendatang.
Pakar di Universitas East Anglia Paul Hunter mengatakan pada The Guardian, “setiap infeksi yang merebak dengan cepat, akan dengan cepat pula mencapai puncaknya; tetapi di sisi lain dengan cepat akan menurun.”
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kajian dari Pakar
Menurut laporan Associated Press, seorang pakar biologi di Universitas Oxford James Naismith mengatakan sebagian besar orang di Inggris akan tertular virus ini pada musim panas nanti. “Dengan (menjadi) tertular, kita benar-benar hidup dengan virus ini,” ujarnya.
John Hopkins Coronavirus Resource Center hari Minggu melaporkan bahwa sudah ada lebih dari 490 juta kasus COVID-19 di seluruh dunia dan lebih dari enam juta kematian. Hampir 11 juta vaksin juga telah disuntikkan pada warga di berbagai belahan dunia.
Advertisement