Liputan6.com, Jakarta - Presiden AS Joe Biden mengumumkan bantuan militer tambahan senilai US$800 juta ke Ukraina pada Rabu (13 April), memperluas cakupan sistem yang disediakan untuk memasukkan artileri berat menjelang serangan Rusia yang lebih luas yang diperkirakan akan terjadi di Ukraina timur.
Paket itu, yang menjadikan penghitungan total bantuan militer sejak pasukan Rusia menginvasi pada Februari menjadi lebih dari US$2,5 miliar, termasuk sistem artileri, peluru artileri, pengangkut personel lapis baja dan kapal pertahanan pantai tak berawak, kata Biden dalam sebuah pernyataan setelah panggilan telepon dengan Ukraina Presiden Volodymyr Zelenskyy. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (14/4/2022)
Baca Juga
Biden mengatakan dia juga telah menyetujui transfer helikopter tambahan, dengan mengatakan peralatan yang diberikan ke Ukraina "sangat penting" saat menghadapi invasi.
Advertisement
"Kita tidak bisa beristirahat sekarang. Seperti yang saya yakinkan kepada Presiden Zelenskyy, rakyat Amerika akan terus berdiri bersama rakyat Ukraina yang berani dalam perjuangan mereka untuk kebebasan," kata Biden dalam sebuah pernyataan tertulis.
Paket baru termasuk 11 helikopter Mi-17 yang telah dialokasikan untuk Afghanistan sebelum pemerintah yang didukung AS runtuh tahun lalu.Â
Ini juga mencakup 18 howitzer 155mm, bersama dengan 40.000 peluru artileri, radar kontra-artileri, 200 pengangkut personel lapis baja dan 300 drone "Switchblade" tambahan.
Ini adalah pertama kalinya howitzer diberikan ke Ukraina oleh Amerika Serikat.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan beberapa sistem, seperti howitzer dan radar, akan membutuhkan pelatihan tambahan untuk pasukan Ukraina yang tidak terbiasa menggunakan peralatan militer Amerika.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bantuan dari AS
Bantuan baru - pertama kali dilaporkan oleh Reuters pada hari Selasa - akan didanai menggunakan Otoritas Penarikan Presiden, atau PDA, di mana presiden dapat mengizinkan transfer barang dan layanan dari saham AS tanpa persetujuan kongres dalam menanggapi keadaan darurat.
John Spencer, pensiunan mayor Angkatan Darat AS dan ahli perang kota di Forum Kebijakan Madison, mengatakan dia senang melihat Amerika Serikat mengirimkan artileri dan peluru artileri.
"Anda membutuhkan senjata yang lebih besar dan lebih kuat ini ... untuk menyamai apa yang dibawa Rusia untuk mencoba merebut Ukraina timur," kata Spencer.
Ketika berita tentang bantuan keamanan terbaru keluar, para eksekutif dari pembuat senjata AS bertemu dengan pejabat Pentagon untuk membahas tantangan industri jika terjadi konflik Ukraina yang berkepanjangan.
Ini termasuk eksekutif dari BAE Systems Plc, General Dynamics Corp, Lockheed Martin Corp, Huntington Ingalls Industries, L3Harris Technologies, Boeing Co, Raytheon Technologies Corp dan Northrop Grumman Corp.
Zelenskyy telah memohon kepada para pemimpin AS dan Eropa untuk menyediakan senjata dan peralatan yang lebih berat. Ribuan orang telah tewas dan jutaan mengungsi dalam invasi selama tujuh minggu.
Rusia tidak dapat mencapai sebagian besar tujuan militernya karena Ukraina telah melakukan perlawanan yang lebih sengit dari yang diperkirakan.
Advertisement
Tindakan Rusia
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina dan menangkap apa yang dilihatnya sebagai nasionalis berbahaya, tetapi Ukraina dan Barat mengatakan Rusia memulai perang agresi yang tidak beralasan.
Pada hari Rabu, Rusia mengatakan telah menguasai pelabuhan Mariupol di tenggara Ukraina dan lebih dari 1.000 marinir Ukraina telah menyerah.
Moskow mengeluarkan pernyataan bahwa perang Rusia Ukraina berjalan dengan lancar. Mengetahui hal tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Rabu 13 April 2022 justru mencemoohnya.
Mengutip Antara, Kamis (13/4/2022), disebutkan bahwa Zelensky juga mempertanyakan bagaimana Presiden Vladimir Putin dapat menyetujui rencana yang melibatkan begitu banyak warga Rusia yang meregang nyawa.
Vladimir Putin pada Selasa 12Â April mengatakan bahwa Rusia akan mencapai semua tujuan 'luhur'-nya dan secara "berirama dan tenang" melanjutkan apa yang disebut sebagai operasi khusus.
Moskow menyebutkan informasi terbaru pada 24 Maret lalu bahwa sebanyak 1.351 tentara telah tewas sejak kampanye itu dimulai di Ukraina.
Rusia Gunakan Senjata Kimia
Rusia diduga telah menggunakan senjata kimia saat mengepung kota Mariupol, Ukraina. Dugaan tersebut muncul karena orang-orang dilaporkan mengalami gagal napas dan masalah neurologis.
Negara-negara Barat pun kini sedang menyelidiki klaim yang belum dikonfirmasi tersebut. Seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang mengatakan mereka tengah bekerja untuk mengonfirmasi laporan yang belum diverifikasi soal Rusia yang menggunakan senjata kimia dalam invasi mereka di Ukraina.
"Ada laporan-laporan bahwa pasukan Rusia kemungkinan telah menggunakan bahan kimia dalam serangan kepada warga Mariupol. Kami bekerja cepat dengan mitra-mitra untuk memverifikasi laporan," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss di akun Twitternya.
"Setiap penggunaan senjata semacam itu akan menjadi eskalasi yang tidak berperasaan dalam konflik ini dan kami akan meminta Putin dan rezimnya bertanggung jawab."
Sementara juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan bahwa AS juga tengah memantau laporan tersebut.
"Kami tidak dapat mengonfirmasi pada saat ini dan akan terus memantau situasi dengan cermat," kata Kirby.
"Laporan ini, jika benar, sangat memprihatinkan dan merefleksikan kekhawatiran yang kita miliki tentang potensi Rusia untuk menggunakan berbagai alat kerusuhan, termasuk gas air mata dicampur zat kimia di Ukraina."
Advertisement