Singapura Akan Rekomendasi Booster COVID-19 ke Anak Usia 5-11 Tahun

Anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun di Singapura direkomendasikan untuk menerima satu dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Agu 2022, 15:29 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 15:29 WIB
Bendera Singapura (unsplash)
Bendera Singapura (unsplash)

Liputan6.com, Singapura - Anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun di Singapura direkomendasikan untuk menerima satu dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty -- lima bulan setelah dosis kedua dari vaksinasi utama mereka.

Persiapan sedang dilakukan untuk mulai menginokulasi kelompok tersebut pada kuartal keempat tahun ini.

"Kemungkinan ketika ujian di sekolah dasar menjelang akhir atau berakhir," kata Kementerian Kesehatan (MOH) dalam rilis berita pada hari Rabu (24/8).

Langkah ini diambil atas rekomendasi Komite Pakar Vaksinasi COVID-19, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (24/8/2022).

MOH mengatakan bahwa dosis booster akan mempertahankan perlindungan terhadap penyakit parah dan memperkuat persiapan Singapura untuk gelombang infeksi berikutnya.

Lima pusat vaksinasi khusus akan didirikan untuk memberikan dosis booster untuk anak-anak ini, dengan rincian lebih lanjut akan diumumkan.

"Data lokal kami menunjukkan bahwa pada anak-anak, tingkat perlindungan vaksin terhadap rawat inap untuk infeksi COVID yang parah memang menurun dari waktu ke waktu, seperti halnya pada remaja dan orang dewasa," kata direktur layanan medis Depkes Kenneth Mak pada konferensi pers yang diadakan oleh gugus tugas multi-kementerian pada hari Rabu.

"Dan dalam rentang usia ini, vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty telah terbukti meningkatkan tingkat antibodi lebih dari dua kali tingkat yang dicapai setelah menyelesaikan dua dosis utama."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Efek Samping

FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Vaksin COVID-19 Pfizer Inc and BioNTech dipotret di Rumah Sakit Anak Rady, San Diego, California, Amerika Serikat, 15 Desember 2020. Vaksin COVID-19 buatan Pfizer telah mendapat otorisasi darurat di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Singapura, dan Meksiko. (ARIANA DREHSLER/AFP)

Dalam sebuah penelitian lokal tentang vaksinasi menggunakan suntikan pada anak-anak antara 5 dan 11 tahun, ada "insiden efek samping yang lebih rendah setelah vaksinasi", dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua, tambah Associate Professor Mak.

Berbicara di Parlemen pada awal Agustus, Menteri Senior Negara untuk Kesehatan Janil Puthucheary telah mengakui bahwa dosis mRNA ketiga untuk kelompok anak-anak ini “mungkin diperlukan di beberapa titik untuk menjaga tingkat perlindungan tetap tinggi”.

Pada Rabu, Depkes juga menyampaikan bahwa Health Sciences Authority baru saja memperpanjang otorisasi vaksin Spikevax COVID-19 Moderna melalui Jalur Akses Khusus Pandemi (PSAR) kepada anak-anak, termasuk anak-anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun.

"Vaksin ini akan diberikan dalam dua dosis 25 mikrogram, yang merupakan formulasi dosis yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ditawarkan pada kelompok usia yang lebih tua," kata Assoc Prof Mak.

"Studi klinis telah menunjukkan bahwa tingkat antibodi setelah dua dosis Spikevax yang diberikan terpisah 28 hari sebagai vaksinasi utama pada anak-anak ini sebanding dengan yang terlihat pada orang dewasa.

"Vaksin itu tampaknya (sama) efektif dalam mencegah COVID-19 seperti halnya vaksinasi mRNA pada kelompok usia yang lebih tua, dan kami berharap vaksin itu bermanfaat dalam melindungi anak-anak ini dari infeksi parah."

Depkes mengatakan dalam rilis beritanya bahwa keputusan tentang rekomendasi untuk vaksinasi kelompok usia ini diharapkan segera.

“Jika disetujui, kami akan mengatur waktu bersama dengan booster untuk anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun, dan mengelolanya di pusat yang sama untuk kenyamanan orang tua,” kata Depkes dalam rilis beritanya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kasus COVID-19 Surut, Singapura Siap Longgarkan Aturan Masker

Ilustrasi bendera Singapura - Portrait (Wikimedia Commons)
Ilustrasi bendera Singapura - Portrait (Wikimedia Commons)

Pemerintah Singapura siap untuk melonggarkan aturan masker. Nantinya, masker tidak wajib lagi kecuali di tempat tertentu seperti transportasi umum.

Pengumuman itu dibuat oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada video acara National Day Rally, Minggu (21/8).

"Dengan situasi kita yang stabil kita akan terus mengurangi persyaratan masker untuk mencegah orang-orang kelelahan. Kita hanya mempersyaratkan masker di transportasi publik ketika orang berada dalam kontak dekat berkepanjangan di tempat ramai dan di lokasi pelayanan kesehatan," ujar PM Lee Hsien Loong dalam keterangannya, dikutip Selasa (23/8/2022).

Di luar tempat-tempat tersebut, masker akan menjadi opsional. Masker di dalam kelas pun juga menjadi opsional, sembari bercanda PM Lee berkata anak-anak butuh melihat ekspresi untuk memahami perasaan guru atau temannya.

"Namun tolong jangan membuka maskernya sekarang ini," lanjut PM Lee dan direspons tawa audiens. "Tolong tunggu pengumuman yang detail dari MTF (Multi-Ministry Taskforce)." 

Professor Teo Yik Ying, dekan dari Saw Swee Hock School of Public Health, menjelaskan bahwa vaksinasi telah mencegah kasus Virus Corona COVID-19 yang parah. Meski demikian, ia setuju bahwa pemakaian masker masih penting dalam keadaan tertentu.

"Penting untuk mengingat bahwa meski mandat masker akan dicopot, itu tidak berarti kita mesti berhenti memakai masker," ujarnya seperti dikutip The Straits Times. Ia pun menyorot kelompok lansia dan orang-orang yang immunocompromised. Mereka disarankan terus memakai masker, tak hanya untuk COVID-19, tetapi penyakit pernafasan lain yang mengancam.

Vaksin Indovac

Tempat Wisata di Singapura Sepi
Para wisatawan mengunjungi Taman Merlion di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata utama di Singapura sepi dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut telah menentukan nama vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh BUMN, yakni Bio Farma. Namanya adalah Indovac (Indonesia Vaccine).

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap vaksin yang diproduksi mandiri di dalam negeri ini telah diberi nama oleh Jokowi satu bulan lalu. Seperti diketahui, sementara vaksin ini disebut Vaksin BUMN. 

"Kita lagi kembangkan vaksin COVID-19, sementara namanya vaksin BUMN, tapi sebulan lalu sudah dikasih nama oleh Presiden, namanya Indovac," ungkapnya dalam acara Ngopi BUMN, di Kementerian BUMN, Senin (22/8).

Perseroan menargetkan, vaksin produksi BUMN ini akan memperoleh izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada awal September 2022 mendatang.

Honesti menerangkan, vaksin Indovac ini berbasis rekombinan. Pengembangan vaksin COVID-19 sendiri merupakan hasil kerja sama dengan Baylor University College of Medicine dalam penyediaan seed (15 persen) dan dikembangkan di Bio Farma (85 persen).

"Kita sudah hampir selesai registrasi di BPOM, hasilnya sih alhamdulillah," bebernya.

Dia melanjutkan, proses uji klinis vaksin Indovac melibatkan sekitar 3 ribu relawan. Saat ini, sedang menjalani uji klinis fase III.

"Jadi, Insyaallah mudah-mudahan awal atau pertengahan September kita akan segera dapet UEA dari Badan POM. Sehingga, Indonesia nanti benar-benar mandiri produk sendiri," pungkasnya.

Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya