Liputan6.com, Seoul - Warga Korea Selatan sedang dihadapkan pada harga kimchi—makanan pokok warga korea sehari-hari—yang melonjak tinggi akibat cuaca ekstrem.
Panas, hujan, dan banjir yang ekstrem di Korea Selatan tampaknya telah melenyapkan sebagian besar tanaman kubis di sana. Kondisi panen yang buruk membuat harga kimchi menjadi jauh lebih mahal dan semakin sulit untuk dibeli.
Baca Juga
Harga kubis yang digunakan untuk jenis kimchi yang paling umum di Korea Selatan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam waktu setahun terakhir. Harganya diperkirakan melonjak sekitar 41% hanya dalam sebulan terakhir menjadi 3.300 won per kilogram atau sekitar 35 ribu rupiah, menurut data dari Korea Agro-Fisheries & Food Trade Corp, dikutip dari RT.com, Kamis (29/9/2022).
Advertisement
Selain kubis, harga lobak putih yang biasanya digunakan untuk membuat kimchi juga melonjak lebih tinggi lagi dalam kurun waktu setahun terakhir, melonjak sebesar 146% dengan harga lebih dari 2.800 won atau lebih dari 29 ribu rupiah.
Kenaikan harga ini terjadi bersamaan dengan waktu inflasi yang tingggi menjelang musim pembuatan kimci di November, saat setiap keluarga biasanya memproduksi stok acar sayuran untuk dimakan di musim dingin.
"Setiap kali saya berbelanja, saya melihat harga sayuran naik," kata Hong Seong-jin, salah satu warga yang tinggal di Seoul, kepada Arirang News.
Dengan biaya pembuatan bahan pokok rumahan yang khas terus melonjak, kini para konsumen cenderung membeli kimchi buatan pabrik.
Harga Kimchi Naik
Selain itu, YTN News melaporkan bahwa pengiriman produk ke supermarket juga dilaporkan menurun sekitar setengah dari biasanya, dan pasokan telah "benar-benar hilang" dari toko online di Korea.
Pembuat kimchi ternama, seperti Daesang dan Cheil Jedang juga diketahui telah menaikkan harga produk mereka sebesar 10-11% dan diperkirakan kenaikan akan lebih tinggi selanjutnya.
Menanggapi hal ini, banyak konsumen yang menyebut acar kubis itu sebagai “geumchi,” yang menunjukkan bahwa harga kubis sekarang sama seperti harga emas.
Restoran-restoran menanggapi hal ini dengan mengurangi kimchi yang diberikan kepada para konsumen, karena kimchi biasanya dihidangkan sebagai lauk gratis untuk disertakan dengan makanan utama.
Salah satunya adalah seorang pemilik restoran ayam di Seoul yang mengatakan kepada YTN bahwa ia mengenakan biaya 3.000 won atau sekitar 32 ribu rupiah, jika pelanggan meminta satu porsi kecil kimchi. Karena, satu kubis kini harganya tiga kali lipat dari harga ayam mentah, ujar pemilik restoran ayam.
Advertisement
Bahan Makanan Lain Ikut Naik
Indeks harga konsumen di Korea Selatan pada Agustus anjlok ke 5,7% dari tahun sebelumnya, setelah naik ke 6,3% pada Juli lalu dan merupaka nyang tertinggi setelah 24 tahun. Kini, harga makanan telah meningkat tinggi, hingga 8% lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan ini berjalan selama dua bulan berturut-turut.
Harga beberapa makanan yang umum di Korea naik lebih cepat. Selain kimchi, misalnya ada harga ayam goreng yang naik 11,4% dari tahun sebelumnya. Diikuti dengan harga rata-rata gimbap yang kini naik 11,5% hingga harganya lebih dari 3.000 won untuk pertama kalinya, menurut Badan Konsumen Korea. Biasanya, Gimbap dijual dengan harga hanya 1.000 won atau setara dengan 10 ribu rupiah di beberapa restoran di Seoul beberapa tahun yang lalu.
Selain itu, kini semangkuk jajangmyeon—mie kacang hitam—harganya mencapai 6.300 won atau sekitar 67 ribu rupiah, dan terhitung naik 15,3% dari tahun lalu.
Cuaca buruk dan inflasi yang terjadi di Korea Selatan merupakan penyebab harga melambung tinggi di Korea.
Media China Klaim Dapat Sertifikasi Pembuatan Kimchi, Korea Selatan Protes
Berbicara masalah kimchi, beberapa tahun lalu ramai perihal media China yang mengklaim negaranya mendapatkan sertifikasi pembuatan kimchi dari International Organization for Standardization (ISO). Klaim itu memancing reaksi kuat dari Korea Selatan karena kimchi dikenal dunia sebagai kuliner mereka.
Kementerian Pertanian, Makanan, dan Urusan Pedesaan Korsel membantah klaim tersebut. Sertifikasi pembuatan kimchi disebut sudah ada sejak 2001.
aim media China yang menyebut "sertifikasi kimchi" dinilai tidak tepat, sebab yang mendapat sertifikasi adalah makanan bernama pao cai yang juga merupakan asinan sayur.
"Kita perlu paham bahwa pao cai itu berbeda dari kimchi," ujar Kementan Korsel seperti dilansir Yonhap, Selasa (1/12/2020).
Bahan pao cai juga memakai sawi seperti kimchi.
Kejadian seperti ini bukan yang pertama, media China juga sempat mengklaim "batik" yang berasal dari Indonesia. Akademisi pun mengingatkan adanya potensi klaim budaya oleh China.
Advertisement