Liputan6.com, Jakarta - Vaksin hidung (nasal) dinilai sebagai senjata yang menjanjikan melawan COVID-19. AstraZeneca mengembangkan jenis vaksin ini.
Para pakar masih optimistis pada vaksin Virus Corona COVID-19 tersebut meski trial vaksin tersebut sejauh ini masih mengecewakan.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan laporan France24, Rabu (19/10/2022), vaksin itu bisa membangun imunitas di mucous membrane yang menyambungkan hidung dan mulut. Ini bisa memblokir ancaman infeksi pada manusia, serta mencegah penularan dari pasien COVID-19 ke orang lain.
Pada September 2022, China menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin tanpa suntikan, yakni semacam vaksin hidup dengan alat nebulizer. Pada bulan yang sama, India memberikan lampu hijau pada vaksin tetes hidung.
AstraZeneca pun berusaha menyusul dan telah menyelesaikan fase tahap satu dari semprotan nasal. Namun, vaksin itu hanya memunculkan antibodi mukosa pada sedikit partisipan ketimbang vaksin COVID-19 tradisional. Hasil studi itu muncul di jurnal eBioMedicine.
"Semprotan nasal tidak berfungsi dengan baik di studi ini seperti yang tadinya ita harapkan," ujar kepala investigator trial ini, Sandy Douglas dari Universitas Oxford.
Douglas menyorot bahwa hasil penelitiannya berbeda dengan penelitian di China yang menyiratkan hasil yang bagus dengan cara mengirim kandungan vaksin ke paru-paru dengan alat nebuliser yang lebih kompleks.
Wanita itu menduga vaksin hidung milik AstraZeneca hancur di perut, sehingga mesti diarahkan ke paru-paru juga.
"Satu kemungkinannya adalah mayoritas vaksin semprot nasal ini malah tertelan dan hancur di perut, pengiriman ke paru-paru bisa menghindarkan hal tersebut.
Connor Bamford, ahli virologi dari Queen's University Belfast, meminta peneliti jangan menyerah. Pasalnya, masih ada kemungkinan vaksin ini efektif di masa depan.
Pakar imun dari European Hospital Georges Pampidou di Paris, Eric Tartour, turut mengakui bahwa hasil studi AstraZeneca mengecewakan, tetapi ia menyebut hasil tersebut tidak memudarkan harapan untuk vaksin nasal.
Stok Vaksin COVID-19 Daerah Kosong
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah mengatur mobilisasi vaksin COVID-19 yang didistribusikan ke daerah. Upaya yang juga disebut relokasi vaksin ini dilakukan guna mengatasi daerah yang sudah kehabisan stok vaksin sekarang.
Juru Bicara Kemenkes Republik Indonesia Mohammad Syahril mengatakan, proses relokasi vaksin COVID-19 dari daerah dengan laju penyuntikkan rendah ke daerah dengan laju penyuntikan tinggi. Dari sisi mobilitas vaksin juga sesuai permintaan Dinas Kesehatan setempat.
Selain itu, mobilisasi logistik vaksin COVID-19 dari daerah yang masih banyak memiliki stok dikoordinir oleh Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes.
"Kami sedang mengatur proses mobilisasi vaksin menuju daerah yang membutuhkan berdasarkan permintaan dari dinas kesehatan setempat," jelas Syahril saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Selasa (18/10).
"Mekanisme relokasi vaksin dilakukan melalui pertimbangan laju vaksinasi di daerah berdasarkan permintaan masyarakat. Ada daerah yang cepat menghabiskan vaksin karena banyaknya masyarakat yang ingin divaksin, tetapi ada juga yang tidak."
"Kemenkes juga menempuh upaya pengadaan vaksin booster melalui skala prioritas pembelian vaksin produksi dalam negeri pada tahun ini."
Pemenuhan stok vaksin COVID-19 termasuk booster, Kemenkes juga bersiap melakukan pembelian dari vaksin buatan dalam negeri. Di antaranya, vaksin IndoVac besutan PT Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat (AS) yang saat ini masih tahap produksi.
"Kemenkes juga menempuh upaya pengadaan vaksin booster melalui skala prioritas pembelian vaksin produksi dalam negeri pada tahun ini," imbuh Syahril.
Advertisement
Sisa 1,2 Juta Dosis Vaksin
Stok vaksin COVID-19 nasional tinggal 1,2 juta dosis, menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia per 17 Oktober 2022. Jumlah tersebut terbilang tidak banyak yang berujung pada kelangkaan vaksin di berbagai daerah.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, pihaknya sedang berupaya mengoptimalkan relokasi vaksin.
"Kita sedang relokasi vakksin ke daerah yang laju vaksinasinya cepat. Seperti Banten, bisa digeser (relokasi vaksin) ke Jakarta, lalu Sulawesi Selatan bisa kita geser juga (ke daerah lain)," jelas Nadia di sela-sela acara 'Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia 2022' di Hotel Westin Jakarta pada Senin, 17 Oktober 2022.
"Kita punya di pusat stok 200.000, tapi kan enggak banyak. Kalau memang urgent (darurat) untuk kepentingan ya kita distribusi. Sebenarnya, kalau ditotal itu di daerah ada 1 juta dosis ditambah di pusat 200.000, maka jadi 1,2 juta dosis vaksin."
Meski begitu, jumlah 1 juta dosis vaksin COVID-19 di daerah sudah tersebar di mana-mana. Upaya relokasi vaksin ikut terhambat.
"Yang vaksin daerah ini kan sudah tersebar di mana-mana. Ada yang sudah sampai di kabupaten. Jadi untuk menariknya (relokasi vaksin) susah sehingga kabupaten yang harus menariknya sendiri ke kota yang lebih banyak laju penyuntikannya," terang Nadia.
Kemenkes Siapkan IndoVac
Sudah lebih dari dua minggu stok vaksin COVID-19 di berbagai fasilitas kesehatan (faskes) dan sentra vaksinasi daerah seperti Bekasi, Bandar Lampung, Papua, dan Palangka Raya kosong. Bahkan ada juga daerah yang mengalami kekosongan stok vaksin dalam sebulan sampai dua bulan terakhir ini.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Mohammad Syahril mengatakan, pihaknya sedang mempersiapkan pengadaan vaksin COVID-19, terutama vaksin IndoVac. Vaksin COVID-19 produksi dalam negeri ini masih dalam tahap produksi.
"Saat ini, vaksin yang dibutuhkan adalah vaksin dengan indikasi booster. Diperkirakan vaksin produksi dalam negeri tersebut (IndoVac) sudah siap untuk digunakan sebagai vaksin booster pada minggu ketiga bulan Oktober ini," kata Syahril saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Selasa (18/10).
Vaksin IndoVac yang dikembangkan PT Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat (AS) telah memeroleh izin darurat penggunaan (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Izin EUA, khususnya sebagai vaksinasi primer (dosis 1 dan 2) terbit pada 24 September 2022.
Untuk penggunaan vaksin IndoVac sebagai dosis ketiga atau booster juga masih menunggu uji klinik lanjutan. Uji klinik ini ditujukan demi memeroleh izin EUA booster.
"Diharapkan (IndoVac) dapat digunakan mulai minggu ketiga atau keempat, atau akhir bulan Oktober ini untuk vaksin dari milik Bio Farma selaku produsen vaksin IndoVac," jelas Syahril.
Advertisement