Penulis Novel Ayat-Ayat Setan Salman Rushdie Kehilangan Fungsi Penglihatan dan Gerak Usai Tragedi Penikaman

Salman Rushdie, penulis novel kontroversial Ayat-Ayat Setan ditikam pada Agustus lalu di New York, Amerika Serikat. Kala itu ia dilaporkan terluka parah. Efek lukanya terlihat sekarang.

diperbarui 25 Okt 2022, 20:10 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2022, 20:10 WIB
Salman Rushdie
Penulis Inggris Salman Rushdie mengambil bagian dalam acara TV "Le grand journal" di set Saluran TV Prancis+ di Paris, 16 November 2012. (KENZO TRIBOUILLARD/AFP)

, New York - Salman Rushdie, penulis novel kontroversial Ayat-Ayat Setan ditikam pada Agustus lalu di New York, Amerika Serikat. Kala itu ia dilaporkan terluka parah.

Sekitar dua bulan kemudian, manajemen Salman Rushdie mengatakan kepada sebuah surat kabar Spanyol bahwa sang penulis telah kehilangan fungsi mata dan gerakan di tangan akibat insiden penikaman tersebut. 

Salah seorang agen Salman Rushdie mengatakan kepada surat kabar Spanyol, El Pais, bahwa kliennya terluka parah pada Agustus lalu di New York, Amerika Serikat, ketika seorang pria berulang kali menikamnya di atas panggung.

"Dia kehilangan penglihatan satu matanya ... Dia memiliki tiga luka serius di lehernya. Satu tangannya lumpuh karena saraf di lengannya terputus. Dan dia memiliki sekitar 15 luka lagi di dada," kata Andrew Wylie. El Pais, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Sabtu 22 Oktober 2022 seperti dikutip dari DW Indonesia.

Wylie menggambarkan Salman Rushdie ditikam dan menderita luka dalam, seraya mengatakan "insiden itu adalah serangan brutal." Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang keberadaan sang penulis selain mengatakan dia masih dirawat di rumah sakit, tetapi menambahkan: "Dia tetap hidup ... Itu yang penting."

Rushdie diserang saat dia hendak berpidato di atas panggung di Chautauqua Institution, di pedesaan sekitar kira-kira 90 kilometer barat daya Buffalo dekat Danau Erie yang terkenal, dalam rangkaian kuliah musim panasnya.

Hidup di Bawah Fatwa

Pria berusia 75 tahun itu menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam persembunyian setelah pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khomeini mengeluarkan fatwa untuk membunuhnya pada tahun 1989, sebagai tanggapan atas novel "The Satanic Verses" (Ayat-ayat Setan).

Khomeini tampaknya menganggap sebagian karya fiksi Rushdie sebagai bentuk penghujatan. Namun, setelah bertahun-tahun mengasingkan diri dengan keamanan tinggi, Rushdie mulai bepergian dengan lebih bebas lagi dalam dua dekade terakhir.

Agennya, Wylie, mengatakan serangan itu persis seperti apa yang dia dan kliennya takutkan, "orang yang datang entah dari mana dan menyerang."

"Jadi Anda tidak bisa melindunginya karena itu benar-benar tidak terduga dan tidak logis," katanya kepada El Pais.

Serangan itu memicu kemarahan di Barat dan di antara pendukung kebebasan berbicara, tetapi justru menuai beberapa pujian dari para ekstremis di negara-negara Muslim seperti Iran dan Pakistan.

Pelaku Menanti Persidangan Atas Percobaan Pembunuhan

Ilustrasi Sidang
Ilustrasi sidang. (dok. Unsplash.com/Bill Oxford/@bill_oxford)

Pelaku penikaman yang ditangkap di TKP adalah seorang pria berusia 24 tahun dari New Jersey, diyakini keturunan Lebanon, mengaku tidak bersalah atas percobaan pembunuhan.

Namun, tersangka juga memberikan sebuah wawancara kepada surat kabar, di mana dia terkejut mendengar serangan itu tidak membunuh Rushdie. Pelaku memuji Khomeini dan mengatakan dia tidak menyukai Rushdie atau buku "The Satanic Verses", yang katanya telah dia baca beberapa halaman.

Sebelumnya, Rushdie masuk nominasi dalam Booker Prize lima kali dan memenangkannya satu kali.

Dia terus menulis bahkan sepanjang waktunya dalam persembunyian. Novelnya yang kelima belas, "Victory City", dijadwalkan terbit Februari mendatang.

Liga Muslim Dunia Kecam Penusukan Novelis Ayat-Ayat Setan Salman Rushdie

Salman Rushdie
Penulis Inggris Salman Rushdie berbicara selama Festival Heartland di Kværndrup, 2 Juni 2018. (Carsten Bundgaard/Ritzau Scanpix/AFP)

Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (Muslim World League) Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa ikut menyesalkan aksi penusukan terhadap Salman Rushdie, penulis novel kontroversial Ayat-Ayat Setan. Aksi penusukan itu dinilai sebuah kejahatan yang tidak diterima Islam.

Dalam wawancara bersama Arab News, Al-Issa menjelaskan bahwa metode kekerasan tidak diakui dalam Islam. Isu kontroversial disebut tidak oleh ditangani dengan kekerasan.

"Islam melawan kekerasan dan tidak bisa menerima metode kekerasan. Isu-isu religius dan intelektual, termasuk frasa-frasa ofensif jika dibaca sepenuhnya atau parsial, tidak boleh dihadapi dengan cara-cara kekerasan seperti ini," ujarnya kepada Arab News, dikutip Senin (22/8/2022).

Pernyataan itu diberikan Sekjen Liga Muslim Dunia usai berbincang dengan Kardinal Matteo Maria Zuppi, ketua Konferensi Episkopal Italia.

"Ada ayat-ayat dalam agama Islam yang berseberangan dengan kekerasan. Dan ayat-ayat itu eksplisit," jelas Al-Issa yang merupakan mantan menteri kehakiman di Arab Saudi.

Al-Issa dinilai merupakan figur global dari Islam Moderat. Ia pun mendukung dialog lintas-kepercayaan, serta mengingatkan bahwa Tuhan menciptakan orang secara berbeda-beda.

"Dialog adalah bahasa orang bernalar, yang bijaksana. Jika semuanya melakukannya, kita semua akan erat, dan pendekatan ini mengusir rasa takut kepada orang lain," jelasnya. "Kita semua berbagi kehidupan di dunia ini dan kita harus bicara dan memahami satu sama lain."

 

Iran Bantah Terlibat dalam Insiden Penusukan Novelis Salman Rushdie

Salman Rushdie
Penulis Inggris Salman Rushdie berbicara di hari pembukaan Forum Ekonomi Positif di Le Havre, barat laut Prancis, 13 September 2016. (CHARLY TRIBALLEAU/AFP)

Pemerintah Iran telah membantah terlibat dalam insiden serangan terhadap novelis Salman Rushdie, penulis novel Ayat-Ayat Setan. Iran menjadi sorotan sebab Ayatollah Khomeini pernah memberikan fatwa hukuman mati ke Rushdie ketika novel itu terbit sekitar 30 tahun yang lalu. 

Pelaku penusukan adalah Hadi Matar yang merupakan warga AS. Ia pun belum lahir ketika fatwa itu keluar dan usianya masih 24 tahun sehingga masuk kategori Generasi Z.  

Dilaporkan BBC, Senin (15/8), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran secara tegas membantah negaranya terlibat dalam insiden upaya pembunuhan yang terjadi di New York pada pekan lalu tersebut.

Pihak Hadi Matar dijerat pasal pembunuhan tingkat dua, yakni berniat membunuh tanpa rencana. Pelaku menganggap dirinya tidak bersalah atas pasal tersebut. 

Kondisi Salman Rushdie sudah dilaporkan membaik. Ia sudah bisa melepas ventilator dan berkomunikasi. 

Salman Rushdie memperoleh banyak dukungan dari para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Namun, novelis kelahiran Bombay ini tidak mendapat dukungan yang vokal dari pemerintahan India usai insiden terjadi.

Novel Ayat-Ayat Setan telah dicekal di India. Penerbitannya di AS juga sempat mengalami kesulitan, hingga kemudian novelnya diterbitkan oleh kumpulan rahasia para penerbit: The Consortium.

 

Infografis Penusukan Wiranto
Infografis Penusukan Wiranto (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya