Hubungan Arab Saudi dan Iran Mencair, Raja Salman Undang Presiden Ebrahim Raisi ke Riyadh

Presiden Ebrahim Raisi menyambut undangan Raja Salman dan menekankan kesiapan Iran untuk memperluas kerja sama antar kedua negara.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Mar 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2023, 10:30 WIB
Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammad Al Aiban, diplomat paling senior China Wang Yi, dan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani dalam kesepakatan damai di Beijing, Jumat (10/3/2023).
Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammad Al Aiban, diplomat paling senior China Wang Yi, dan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani dalam kesepakatan damai di Beijing, Jumat (10/3/2023). (Dok. Twitter/SPA)

Liputan6.com, Teheran - Iran menyatakan bahwa Arab Saudi mengundang Presiden Ebrahim Raisi untuk melakukan kunjungan kenegaraan. Kabar itu disampaikan seorang pejabat senior Iran, Mohammad Jamshidi.

"Dalam sepucuk surat kepada Presiden Raisi, Raja Salman bin Abdulaziz menyambut baik kesepakatan antara dua negara, mengundangnya ke Riyadh & menyerukan kerja sama ekonomi/regional yang kuat. Raisi menyambut baik undangan tersebut & menegaskan kesiapan Iran memperluas kerja sama," twit Jamshidi.

Pengumuman tersebut datang setelah lebih dari seminggu kedua negara sepakat memulihkan hubungan diplomatik.

Sejauh ini, Arab Saudi belum mengonfirmasi undangan yang diklaim Jamshidi.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan bahwa kedua negara juga telah sepakat untuk menggelar pertemuan level menteri luar negeri. Terkait hal itu, tiga kemungkinan lokasi telah diusulkan. Demikian seperti dilansir BBC, Senin (20/3/2023).

Namun, Amir-Abdollahian tidak menyebutkan lokasi yang dimaksud dan kapan pertemuan itu akan berlangsung.


Momentum yang Serius

Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Presiden Iran Ebrahim Raisi. (Dok. AFP)

Peningkatan baru-baru ini dalam hubungan bilateral Arab Saudi-Iran, yang terjadi secara tak terduga setelah berhari-hari pembicaraan yang ditengahi oleh China, dinilai membangun momentum yang serius.

Keduanya tidak hanya mengumumkan akan membuka kembali kedutaan dalam waktu dua bulan, namun juga membangun hubungan perdagangan dan keamanan yang sempat terputus.

Perkembangan ini disambut dengan hati-hati oleh banyak orang, termasuk Amerika Serikat dan PBB, setelah upaya rekonsiliasi sebelumnya tidak berhasil.

Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada Januari 2016 setelah demonstran menyerbu kedutaannya di Teheran. Penyebabnya adalah Riyadh mengeksekusi ulama syiah terkemuka Sheikh Nimr al-Nimr, usai dinyatakan bersalah atas pelanggaran terkait teror.

Sejak saat itu, ketegangan antara negara sunni dan syiah itu kerap meninggi. Masing-masing menganggap satu sama lain sebagai kekuatan yang mengancam dan mengincar dominasi regional.

Arab Saudi dan Iran berada di pihak yang berseberangan dalam beberapa konflik regional, termasuk perang saudara di Suriah dan Yaman.


Setelah Arab Saudi, Iran Mengincar Pemulihan Hubungan dengan Sejumlah Negara

Ilustrasi Bahrain
Bahrain merupakan sekutu dekat Arab Saudi yang mengikuti langkah Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran pada tahun 2016. (Dok. AFP)

Lebih lanjut, Menlu Amir-Abdollahian mengatakan bahwa Iran berharap pemulihan hubungan dengan Bahrain, sekutu dekat Arab Saudi yang mengikuti langkah Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran pada tahun 2016.

"Kami berharap beberapa hambatan antara Iran dan Bahrain akan dihilangkan dan kami akan mengambil langkah dasar untuk membuka kembali kedutaan," ujar Amir-Abdollahian.

Bahrain belum menanggapi pernyataan tersebut. Namun, negara itu menyambut baik kesepakatan Iran-Arab Saudi untuk memulihkan hubungan diplomatik.

Iran dikabarkan pula telah menyatakan keinginannya untuk melanjutkan atau meningkatkan hubungan dengan rival regional Arab lainnya, termasuk Yordania dan Uni Emirat Arab.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya