Liputan6.com, Damaskus - Arab Saudi dan Suriah memutuskan untuk memulihkan layanan konsuler dan penerbangan antara kedua negara setelah lebih dari satu dekade.
Hal tersebut diungkapkan melalui pernyataan bersama yang dikeluarkan pada Kamis (14/4/2023), menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad ke Arab Saudi. Itu merupakan kunjungan perdana sejak Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Sanaa pada tahun 2012.
Baca Juga
Dalam perang Suriah, Arab Saudi mendukung kelompok pemberontak yang bertujuan menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Kerusakan hubungan kedua negara memuncak dengan dikeluarkannya Suriah dari Liga Arab.
Advertisement
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ketika Assad mengonsolidasikan kendali atas sebagian besar wilayah negaranya, negara tetangga mulai mengambil langkah untuk kembali merangkul dan menormalisasi hubungan dengan Suriah.
Proses pemulihan hubungan semakin cepat sejak gempa Turki 6 Februari 2023 yang juga berdampak mematikan bagi Suriah dan membaiknya kembali hubungan Arab Saudi dan Iran yang dimediasi China.
Â
Menlu Suriah Kunjungi Arab Saudi
Diplomat tertinggi Suriah mendarat di Jeddah pada Rabu (12/4/2023), menandai bahwa isolasi regional atas Suriah nyaris berakhir.
Kedatangan Mekdad untuk memenuhi undangan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud. Kunjungan bersejarah ini juga terjadi beberapa pekan setelah Mekdad bertemu dengan para menlu Mesir dan Yordania.
Dalam pernyataan bersama menlu Suriah dan Arab Saudi, kedua belah pihak menyatakan sepakat tentang perlunya penyelesaian politik yang komprehensif dari krisis Suriah hingga berkontribusi pada kembalinya Suriah ke pangkuan Arab.
Arab Saudi sendiri akan menjadi tuan rumah Liga Arab berikutnya pada Mei. Meski demikian, sejumlah negara terutama Qatar disebut menentang kembalinya Suriah ke organisasi tersebut.
"Pembahasan soal kembalinya Suriah ke Liga Arab adalah spekulasi karena alasan yang melandasi pengusirannya masih ada," ungkap Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdurahman Al Thani pada Kamis seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (14/4).
Sheikh Mohammed bin Abdurahman Al Thani menegaskan bahwa Qatar menginginkan solusi politik atas krisis Suriah sebagai syarat normalisasi hubungan.
"Perang telah berhenti, tetapi rakyat Suriah masih terlantar," kata Sheikh Mohammed bin Abdurahman Al Thani. "Kami tidak ingin memaksakan solusi pada rakyat Suriah dan harus ada solusi politik. Kami tidak mengambil langkah apapun tanpa solusi politik dan setiap negara memiliki keputusan dan hak kedaulatannya sendiri."
Para menteri dan pejabat tinggi dari enam negara Dewan Kerja Sama Teluk, yakni Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ditambah Mesir, Irak dan Yordania dijadwalkan berkumpul atas permintaan Arab Saudi pada Jumat.
Advertisement