Rusia Balas Kritik AS Tentang Penempatan Senjata Nuklir Dekat Ukraina, Sebut Washington Munafik

Rusia, pada Sabtu 27 Mei 2023, menepis kritik dari Presiden AS Joe Biden atas rencana Moskow untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus.

oleh Hariz Barak diperbarui 28 Mei 2023, 14:11 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2023, 11:00 WIB
Uji coba rudal AS, Minuteman III (AP)
Uji coba rudal AS, Minuteman III (AP)

Liputan6.com, Moskow - Rusia, pada Sabtu 27 Mei 2023, menepis kritik dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden atas rencana Moskow untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus. Rusia mengatakan Washington D.C sejak beberapa dekade telah mengerahkan senjata nuklir semacam itu di Eropa.

Sebelumnya pada Kamis 25 Mei, Rusia tengah mendorong penyebaran pertama senjata nuklir taktis di luar perbatasannya sejak jatuhnya Uni Soviet tahun 1991.

Tujuannya: Belarus yang bertetangga dengan Rusia dan berbagi perbatasan dengan Ukraina. Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengatakan senjata tersebut sudah bergerak dari Rusia ke negaranya.

Biden merespons pada Jumat 26 Mei bahwa dia memiliki reaksi "sangat negatif" terhadap laporan bahwa Rusia telah bergerak maju dengan rencana untuk menyebarkan senjata nuklir taktis di Belarus. Kementerian Luar Negeri AS mengecam rencana penyebaran nuklir Rusia.

Menanggapi pernyataan Amerika, Kedutaan Rusia di Washington DC mengatakan, "Adalah hak berdaulat Rusia dan Belarus untuk memastikan keamanan mereka dengan cara yang kami anggap perlu di tengah perang hibrida skala besar yang dilancarkan oleh Washington terhadap kami."

"Tindakan yang kami lakukan sepenuhnya konsisten dengan kewajiban hukum internasional kami."

Kedutaan Besar Rusia menyebut kecaman AS atas rencana pengerahan Moskow itu munafik, dengan mengatakan bahwa "sebelum menyalahkan orang lain, Washington perlu melakukan introspeksi," demikian seperti dikutip dari Alarabiya (28/5/2023).

Amerika Serikat mengatakan dunia menghadapi bahaya nuklir paling parah sejak Krisis Rudal Kuba 1962 karena pernyataan Presiden Vladimir Putin selama konflik Ukraina, tetapi Moskow mengatakan posisinya telah disalahtafsirkan.

Putin, yang menyebut perang Ukraina sebagai pertempuran untuk kelangsungan hidup Rusia melawan Barat yang agresif, telah berulang kali memperingatkan bahwa Rusia, yang memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun, akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan diri.

Senjata nuklir taktis digunakan untuk keuntungan taktis di medan perang. Tanpa menafikan dampak parah senjata nuklir, rudal taktis dianggap memiliki skala kerusakan kecil dibanding bom nuklir strategis.


Rusia: AS Sudah Lebih Dulu Sebar Nuklir di Eropa

Presiden Rusia Vladimir Putin Peringatkan Tak Ragu Pakai Senjata Nuklir Lawan Ukraina
Dalam video yang diambil oleh televisi Rusia RU-RTR melalui televisi AP pada 1 Maret 2018, simulasi komputer menunjukkan manuver kendaraan hipersonik Avangard untuk melewati pertahanan rudal dalam perjalanan ke sasaran. "Mereka yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga dapat berbelok ke arah mereka," kata Vladimir Putin. Dia menambahkan: "Ini bukan gertakan." (RU-RTR Russian Television via AP, File)

Rusia menyebut bahwa Amerika Serikat telah menyebar persenjataan nuklirnya di Eropa sejak berdekade silam.

"Bersama dengan sekutu NATO-nya, AS berpartisipasi dalam pengaturan pembagian nuklir dan melatih skenario penggunaan senjata nuklir terhadap Rusia."

Amerika Serikat telah mengerahkan senjata nuklir di Eropa Barat sejak Presiden AS Dwight D Eisenhower mengesahkan penempatan mereka dalam Perang Dingin sebagai tanggapan terhadap ancaman yang dirasakan dari Uni Soviet.

Senjata nuklir AS pertama di Eropa dikerahkan di Inggris pada tahun 1954.

Banyak detail tentang penempatan senjata nuklir AS saat ini dirahasiakan, meskipun Federasi Ilmuwan Amerika mengatakan bahwa AS memiliki 100 senjata nuklir taktis B61 yang dikerahkan di Eropa - di Italia, Jerman, Turki, Belgia, dan Belanda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya