Politikus Israel Ingin Bagi Dua Wilayah Al Aqsa, Warga Palestina Dikabarkan Minta Tolong Indonesia

Rencana politikus Israel terkait wilayah Masjid Al Aqsa ditentang keras oleh Palestina. Warga berencana meminta bantuan komunitas internasional termasuk Indonesia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 14 Jun 2023, 15:01 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2023, 15:01 WIB
Suasana Hari Raya Idul Fitri 1443 H di Berbagai Negara
Umat ​​Muslim berfoto di depan masjid Kubah Batu setelah sholat Idul Fitri, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan, di kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem Lama pada 2 Mei 2022. (AFP/Ahmad Gharabli)

Liputan6.com, Yerusalem - Politikus Israel mengajukan proposal untuk membagi dua wilayah Masjid Al Aqsa. Satu bagian untuk Muslim, bagian lainnya untuk Yahudi.

Proposal itu disampaikan oleh Amit Halevi dari partai Likud.

Dilaporkan Arab News, Rabu (14/6/2023), Halevi ingin agar area pekarangan Dome of the Rock hingga batas utara Masjid Al Aqsa agar diberikan untuk Yahudi.

Pihak Palestina khawatir bahwa proposal tersebut hanya permulaan saja untuk proyek yang besar dan berbahaya, sehingga dapat mengubah konflik politik Palestina-Israel menjadi perang agama yang menyebarkan kekerasan di wilayah Palestina.

Warga Palestina, seperti dikabarkan sejumlah media, disebutkan meminta komunitas internasional untuk membantu menentang proposal politikus Israel itu. Empat negara yang disorot Palestina adalah Turkiye, Malaysia, Indonesia, dan Mesir.

Pemerintah Yordania yang bertanggung jawab atas kepengurusan tempat suci Islam dan Kristen di wilayah Al Aqsa juga menyampaikan protes.

Ahmed Al-Ruwaidi, penasihat kepresidenan di urusan Yerusalem, menyebut rencana itu adalah upaya Israel untuk mengendalikan Yerusalem dan mencaplok Yerusalem Timur.

Politik Netanyahu

Selain itu Al-Ruwaidi berkata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memakai isu Masjid Al Aqsa untuk kepentingan politik. Al-Ruwaidi mengingatkan bahwa jika ada perang agama, maka semua orang akan merasakan dampak negatifnya.

Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh telah memberikan peringatan kepada otoritas Israel terkait penyampaian proposal tersebut oleh Halevi.

Pihak Palestina menyebut rencana pembagian wilayah Masjid Al Aqsa akan mengubah identitas Islaminya dan hanya membatasinya kepada ruang ibadah Al Qibli. Hal ini disebut mirip dengan program di Masjid Ibrahimi di Hebron ketika pihak Yahudi mendapat 75 persen ruang, sementara Muslim mendapat 25 persen saja.

Pemimpin Katolik Yerusalem: Umat Kristen Berada dalam Bahaya di Bawah Pemerintahan Israel Netanyahu

Idul Fitri di Negara-negara Timur Tengah
Warga Palestina menghadiri perayaan hari raya Idul Fitri di Masjid Dome of the Rock di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Jumat, 21 April 2023. Hari raya tersebut menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan, saat umat Islam yang taat berpuasa dari matahari terbit sampai terbenam. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Sebelumnya dilaporkan, kepala gereja Katolik Roma di Yerusalem Pierbattista Pizzaballa memperingatkan bahwa pemerintahan sayap kanan Israel pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memperburuk kehidupan umat Kristen di tempat kelahiran agama Kristen.

Pizzaballa mengatakan bahwa serangan terhadap komunitas Kristen berusia 2.000 tahun di kawasan itu telah meningkat.

"Frekuensi serangan, agresi, telah menjadi sesuatu yang baru," kata Pizzaballa kepada seperti dilansir The Guardian, Jumat (14/4/2023). "Orang-orang (pelaku) ini merasa dilindungi… bahwa suasana budaya dan politik sekarang dapat membenarkan atau menoleransi tindakan terhadap umat Kristen."

Kekhawatiran Pizzaballa disebut menunjukkan lemahnya komitmen Israel terhadap kebebasan beribadah, yang diabadikan dalam deklarasi yang menandai pendiriannya 75 tahun lalu. Bagaimanapun, pemerintah Israel mengklaim bahwa pihaknya memprioritaskan kebebasan beragama dan hubungan dengan gereja-gereja, yang memiliki hubungan kuat dengan luar negeri.

"Komitmen Israel terhadap kebebasan beragama penting bagi kami selamanya," kata Tania Berg-Rafaeli, direktur departemen agama dunia di Kementerian Luar Negeri Israel. "Ini berlaku untuk semua agama dan semua minoritas yang memiliki akses bebas ke tempat-tempat suci."

Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina pasca serangan polisi Israel ke Kompleks Masjid Al-Aqsa pekan lalu, memicu aksi saling membalas serangan dari dan ke Jalur Gaza dan Lebanon.

Minoritas Kristen

FOTO: Peringatan Kamis Putih di Gereja Makam Kudus Kota Tua Yerusalem
Para imam mengelilingi Makam Kudus pada misa Kamis Putih yang dipimpin oleh Patriark Latin di Kota Tua Yerusalem, Kamis (1/4/2021). Kamis Putih adalah hari Kamis sebelum Paskah dimana umat Kristen memiliki tradisi memperingati Perjamuan Malam terakhir yang dipimpin Yesus. (AP Photo/Maya Alleruzzo)

Permusuhan terhadap minoritas Kristen disebut bukan hal baru di Kota Tua Yerusalem yang padat, yang dianeksasi Israel pada tahun 1967.

Namun, langkah Netanyahu menempatkan sejumlah pemimpin pemukim Yahudi pada peran kunci di kabinetnya seperti Bezalel Smotrich sebagai menteri keuangan dan Itamar Ben-Gvir sebagai menteri keamanan nasional, dinilai telah memperburuk situasi.

Pengaruh keduanya disebut telah menguatkan pijakan para pemukim Yahudi yang berusaha untuk memperkuat kendali atas Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki, memicu kekhawatiran dari para pemimpin gereja. Salah satu yang dikabarkan mengancam kehadiran Kristen di Yerusalem adalah rencana Israel untuk membuat taman nasional di Bukit Zaitun.

Palestina sendiri menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

"Elemen sayap kanan keluar untuk Yahudisasi Kota Tua dan tanah lainnya dan kami merasa tidak ada yang menahan mereka sekarang," kata Pastor Don Binder, seorang pendeta di Katedral Anglikan St George di Yerusalem.

Terdapat sekitar 15.000 orang Kristen di Yerusalem saat ini, di mana mayoritas dari mereka adalah orang Palestina.

Menurut Yusef Daher dari Jerusalem Inter-Church Centre, sebuah kelompok yang mengoordinasikan antar denominasi, tahun 2023 akan menjadi tahun terburuk bagi umat Kristen dalam satu dekade.

"Serangan fisik dan pelecehan terhadap pastor sering tidak dilaporkan," ungkap Jerusalem Inter-Church Centre, yang telah mendokumentasikan setidaknya tujuh kasus serius vandalisme properti gereja dari Januari hingga pertengahan Maret.

Jumlah itu meningkat tajam dari enam kasus anti-Kristen yang tercatat sepanjang tahun 2022.

Para pemimpin gereja menyalahkan ekstremis Israel atas sebagian besar serangan. Mereka takut eskalasi lebih lanjut.

"Eskalasi ini akan membawa lebih banyak kekerasan," kata Pizzaballa. "Itu akan menciptakan situasi yang akan sangat sulit untuk diperbaiki."

Pada Maret 2023, dua orang Israel masuk ke basilika di samping Taman Getsemani, tempat Bunda Maria konon dimakamkan. Mereka menerkam seorang pendeta dengan batang logam sebelum ditangkap.

Februari 2023, seorang Yahudi Amerika Serikat menarik gambar Kristus setinggi 10 kaki dan membantingnya ke lantai, memukul wajahnya dengan palu belasan kali di Gereja Pencambukan di Via Dolorosa.

"Tidak ada berhala di kota suci Yerusalem!" teriak pria itu.

Infografis Kekuatan Militer Israel (Liputan6.com/M. Iqbal ARS)
Infografis Kekuatan Militer Israel (Liputan6.com/M. Iqbal ARS)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya