Update Laut China Selatan: ASEAN dan China Sepakat Percepat Negosiasi Kode Etik

Komitmen percepatan itu diwujudkan dengan menyepakati pedoman yang diadopsi dalam pertemuan para menlu ASEAN dengan Direktur Urusan Luar Negeri Komite Pusat Partai Komunis China Wang Yi di Jakarta pada Kamis (13/7/2023).

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Jul 2023, 18:35 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2023, 18:35 WIB
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam pertemuan dengan para menlu ASEAN dalam ASEAN Post Ministerial Conference with China di Jakarta, Kamis (13/7/2023). (Dok: Kemlu RI)
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam pertemuan dengan para menlu ASEAN dalam ASEAN Post Ministerial Conference with China di Jakarta, Kamis (13/7/2023). (Dok: Kemlu RI)

Liputan6.com, Jakarta - ASEAN dan China menyepakati pedoman untuk mempercepat perundingan Kode Etik (Code of Conduct) di Laut China Selatan. Pedoman tersebut diadopsi dalam pertemuan para menlu ASEAN dengan Direktur Urusan Luar Negeri Komite Pusat Partai Komunis China Wang Yi di Jakarta pada Kamis (13/7/2023).

Pertemuan dipimpin bersama-sama oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi dan Wang Yi.

Dalam sambutannya, Menlu Retno menyatakan bahwa China adalah mitra penting ASEAN dalam menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo Pasifik selama lebih dari tiga dekade.

Tahun ini hubungan keduanya menorehkan sejarah penting, yaitu penyelesaian panduan untuk mempercepat perundingan negosiasi CoC yang efektif dan substantif, penyelesaian pembacaan kedua atas draf tunggal perundingan CoC, serta peringatan 20 tahun aksesi China atas Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC).

"Capaian ini harus terus membangun momentum positif untuk mempererat kemitraan yang memajukan paradigma inklusivitas dan keterbukaan, menghormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982, dan mendorong kebiasaan dialog dan kolaborasi," ujar Menlu Retno seperti dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI.

Kedua pihak, sebut Menlu Retno, sepatutnya bekerja keras untuk memperkokoh kemitraan. China harus menjadi mitra tepercaya ASEAN dalam merawat arsitektur kawasan yang terbuka dan inklusif.

"Hanya dengan begitu kita bisa mencapai kerja sama yang win-win demi terciptanya perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama di Indo Pasifik," kata Menlu Retno.

Menlu Retno pun meminta dukungan China terhadap implementasi konkret ASEAN Outlook on the Indo Pacific (AOIP), termasuk rencana penyelenggaraan ASEAN Indo Pacific Forum (AIPF) pada September 2023.

Sebagai ketua, Menlu Retno membacakan pernyataan bersama ASEAN. Hal-hal yang diangkat dalam pernyataan bersama tersebut antara lain pentingnya kepatuhan terhadap TAC, adopsi panduan percepatan perundingan CoC, dukungan terhadap implementasi AOIP, kerja sama ekonomi, penguatan resiliensi kesehatan, dan people-to-people contact.

Secara ekonomi, China adalah mitra dagang terbesar ASEAN. Begitu juga sebaliknya. Perdagangan keduanya mencapai USD 975 miliar. Pada tahun 2021, China menjadi sumber investasi asing terbesar keempat bagi ASEAN dengan nilai USD 13,8 miliar.

China Dukung Sentralitas ASEAN dalam Pembangunan Kawasan

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI China Wang Yi di pertemuan dengan para menlu ASEAN dalam ASEAN Post Ministerial Conference with China di Jakarta, Kamis (13/7/2023). (Dok: Kemlu RI)
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI China Wang Yi di pertemuan dengan para menlu ASEAN dalam ASEAN Post Ministerial Conference with China di Jakarta, Kamis (13/7/2023). (Dok: Kemlu RI)

Sementara itu, China menyampaikan dukungan terhadap TAC dan sentralitas ASEAN dalam pembangunan arsitektur kawasan yang inklusif.

China sendiri mengangkat sejumlah area kerja sama prioritas, seperti pertanian, pengembangan kendaran listrik, ekonomi biru, dan people-to-people contacts.

Pertemuan hari ini mendorong peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN-China, termasuk penyelesaian negosiasi Free Trade Areement (FTA) 3.0 untuk memperkuat hubungan dagang dan rantai pasok kawasan. Tatap muka ASEAN-China turut menekankan pentingnya revitalisasi konektivitas pasca pandemi, termasuk realisasi komitmen China dalam pembangunan infrastruktur kawasan.

Selain itu, pertemuan mendorong kerja sama penanganan perubahan iklim, termasuk untuk memastikan ketahanan pangan kawasan serta pengembangan energi baru dan terbarukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya