Korban Tewas Gempa Maroko Meningkat Jadi 2.862 orang, Lebih dari 2.500 Lainnya Terluka

Tim dari Doctors Without Borders yang berada di lokasi mengatakan bahwa daerah di Pegunungan High Atlas, yang menjadi pusat gempa Maroko, adalah yang paling membutuhkan bantuan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Sep 2023, 08:20 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2023, 08:20 WIB
Update Gempa Maroko
Seorang anak bereaksi setelah memeriksa kerusakan akibat gempa bumi di kotanya Amizmiz, dekat Marrakesh, Maroko, Minggu (10/9/2023). TV pemerintah mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa Maroko meningkat menjadi 2.122 orang dan 2.421 lainnya terluka. (AP Photo/Mosa'ab Elshamy)

Liputan6.com, Rabat - Kementerian Dalam Negeri Maroko per Senin (11/9/2023) mengumumkan bahwa total korban tewas akibat gempa Maroko magnitudo 6,8 yang mengguncang pada Jumat (8/9), meningkat jadi 2.862 orang. Adapun korban luka mencapai lebih dari 2.500 orang.

Di Tafeghaghte, sebuah desa pegunungan, baut mayat membusuk dilaporkan tercium menyengat. Pasalnya, jasad korban tewas hanya dikuburkan di kuburan sementara yang dangkal.

Tumbuhan berduri dan batu menutupi kuburan sementara itu, salah satunya untuk mengusir anjing.

Misi pencarian dan penyelamat di Tafeghaghte disebut telah berakhir. Hanya terdapat 100 rumah di dusun ini, namun lebih dari 90 orang tewas. Jasad terakhir ditemukan pada Senin pagi.

Buldoser yang dikirim pemerintah untuk mencari puing-puing kini hanya mencari barang-barang yang bisa diselamatkan.

Di dekat kuburan sementara, warga setempat membangun perkemahan di hutan pohon zaitun. Di sana seorang perempuan bernama Batoul (68), menyajikan teh dan roti kepada pengunjung dan tetangga, meskipun tujuh anggota keluarganya tewas akibat gempa.

"Saya tidak merasakan apa-apa," kata Batoul, seperti dilansir NBC News, Selasa (12/9). "Semuanya mati."

Daerah di Pegunungan High Atlas Paling Membutuhkan Bantuan

Update Gempa Maroko
Sampai saat ini, korban selamat akibat gempa Maroko terus berjuang untuk mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung. Sementara operasi pencarian orang hilang terus berlanjut di desa-desa terpencil. (AP Photo/Mosa'ab Elshamy)

Tim dari Doctors Without Borders yang berada di lokasi mengatakan bahwa daerah di Pegunungan High Atlas, yang menjadi pusat gempa Maroko, adalah yang paling membutuhkan bantuan.

"Mereka jugalah yang paling sulit dijangkau karena jalan-jalan juga terdampak gempa," kata kelompok tersebut.

Seperti halnya di banyak desa di wilayah ini, masyarakat termiskinlah yang dilaporkan paling menderita.

Batoul berbagi tenda dengan saudara laki-lakinya dan satu putranya. Putranya yang lain, Abdul Karim (43), datang membawa perbekalan seperti pakaian, selimat, dan sabun dari dekat Marrakesh, yang berjarak 90 menit berkendara.

"Desa ini memiliki sekitar 100 rumah dan sudah seperti sebuah keluarga. Sekarang tidak ada apa-apa," kata Abdul Karim.

"Kami menunggu pemerintah datang dan membantu. Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan."

Sejauh ini dilaporkan hanya ada sedikit tanda-tanda bantuan pemerintah di Tafeghaghte, sebuah persoalan yang dikabarkan juga dialami seluruh wilayah yang terdampak.

Maroko Terima Bantuan dari 4 Negara

Pencarian Korban Gempa Maroko di Antara Puing Bangunan
Petugas penyelamat mencari korban selamat di rumah yang runtuh pasca gempa bumi Maroko di Moulay Brahim, provinsi Al Haouz, Sabtu (9/9/2023). (FADEL SENNA / AFP)

Meski menerima tawaran bantuan dari beberapa negara, The Associated Press melaporkan bahwa Maroko saat ini hanya menerima bantuan dari empat negara, yaitu Spanyol, Qatar, Inggris, dan Uni Emirat Arab.

"Pihak berwenang Maroko telah secara hati-hati menilai kebutuhan di lapangan, mengingat kurangnya koordinasi dalam kasus-kasus seperti itu akan menjadi kontraproduktif," kata Kementerian Dalam Negeri Maroko.

Kelompok masyarakat sipil telah mengirimkan tenda dan menyediakan makanan. Pekerja bantuan internasional dari Inggris dan Spanyol kini menyiapkan upaya bantuan di lembah terdekat, yang tidak jauh dari Tafeghaghte.

Warga berharap bantuan yang lebih besar akan datang.

"Kami tidak meminta banyak," kata Abdul Karim. "Kami hanya meminta pemerintah untuk membangun kembali rumah kami."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya