Liputan6.com, Al Quds - Timur Tengah berada di "tepi jurang" akibat perang antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas, demikian diungkapkan oleh Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.
Lebih lanjut, Lazzarini juga mengatakan bahwa kekerasan yang saat ini terjadi bisa meluas ke seluruh wilayah dan mengingatkan betapa mengerikannya situasi warga sipil di Gaza.
Baca Juga
Bahkan, ia khawatir bahwa dunia tengah kehilangan rasa kemanusiaannya.
Advertisement
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Lazzarini menyerukan untuk membangun koridor bantuan kemanusiaan dan menekankan bahwa bantuan untuk masyarakat Gaza tidak boleh terputus.
Berbicara di Yerusalem, kepala UNRWA itu juga mengutuk serangan Hamas terhadap Israel, dan menyebutnya sebagai "pembantaian yang mengerikan dan biadab" yang telah menciptakan "trauma nasional dan kolektif di Israel".
"Tetapi kejadian ini tetap tidak membenarkan perang dilakukan tanpa ada pengekangan," ujarnya, seperti dikutip BBC, Jumat (20/10/2023).
"Dan saya tidak percaya bahwa membunuh lebih banyak warga sipil adalah demi kepentingan keamanan dan perdamaian masa depan di wilayah ini."
Ketika ditanya apakah Israel menghormati hukum kemanusiaan internasional, Lazzarini mengatakan, "Dengar, kita sekarang berada dalam situasi di mana terjadi pengepungan total di Jalur Gaza."
"Kita berada dalam situasi di mana lebih dari satu juta orang diminta untuk mengungsi. Jadi ini merupakan hukuman kolektif, dan hukuman kolektif merupakan pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional."
"Kami menyerukan kepada Israel dan siapa pun yang terlibat dalam konflik ini untuk menghormati hukum kemanusiaan internasional. Tidak ada pengecualian bagi siapa pun," tegasnya lagi.
Sejak serangan Hamas terhadap Israel pada Sabtu (7/10) hingga Kamis (19/10), korban tewas di Gaza mencapai 3.478 orang dan 12.065 lainnya luka-luka. Di Tepi Barat, 69 orang tewas dan 1.300 lainnya luka-luka. Di Israel, setidaknya 1.400 orang tewas dan 3.800 lainnya luka-luka.
Setengah Warga Gaza Terpaksa Mengungsi
Bicara soal krisis kemanusiaan yang semakin meningkat di Gaza, Lazzarini mengatakan dari sebanyak 2,2 juta warga Palestina, setengah dari mereka terpaksa mengungsi. Ia menggambarkan bahwa setiap warga di Gaza mengalami kekurangan dalam segala hal.
"Tidak ada air. Anda punya empat toilet untuk 4.000 orang. Mereka tinggal di lantai," katanya.
"Jika tidak ada lagi air di Jalur Gaza, keadaan akan semakin memburuk. Dan bencana yang sudah terjadi di depan mata kita, akan menjadi lebih buruk lagi," sambung Lazzarini.
PBB sebelumnya telah memperingatkan akan adanya "bencana kemanusiaan" kecuali bantuan bisa masuk ke Gaza.
Lazzarini mengatakan bahwa sebelum serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, sekitar 500 truk setiap hari akan membawa bantuan, bahan bakar dan barang-barang lainnya ke Jalur Gaza.
Namun saat ini, katanya, tidak jelas berapa banyak bantuan yang perlu mereka kirim atau berapa jumlah bantuan yang boleh mereka terima – namun diperkirakan badan tersebut akan membutuhkan "setidaknya 100 truk (berisi bantuan) sehari" untuk warga Gaza.
Advertisement
Israel Izinkan Jalur Bantuan Lewat Mesir
Pada Rabu (18/10), Israel telah menyatakan bahwa pihaknya tidak akan menghentikan bantuan yang masuk ke Gaza dari Mesir. Namun, pasokan tidak akan diizinkan bagi kelompok Hamas.
Hal tersebut dipastikan Israel setelah pertemuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Joe Biden di Tel Aviv, ), di mana presiden Amerika Serikat itu menyerukan pelonggaran krisis kemanusiaan di Gaza.
"Israel tidak akan menghalangi bantuan kemanusiaan dari Mesir selama bantuan tersebut hanya berupa makanan, air, dan obat-obatan bagi warga sipil yang berada di Jalur Gaza bagian selatan atau mereka yang mengungsi ke sana dan selama pasokan tersebut tidak sampai ke Hamas," ungkap kantor perdana menteri Israel, seperti dilansir Reuters, Kamis (19/10).
Dalam pernyataannya, Israel mengakui mengambil keputusan ini setelah ada permintaan dari Biden. Namun, selanjutnya mereka menambahkan akan melanjutkan blokade bantuan kemanusiaan dari Israel ke Gaza selama Hamas tidak membebaskan para sandera.
Mesir: Penyeberangan Rafah Tidak Ditutup
Mesir, satu-satunya negara selain Israel yang berbagi perbatasan dengan Jalur Gaza, telah menimbun bantuan di sisi perbatasannya. Bagaimanapun, truk-truk pengangkut bantuan tidak dapat menyeberang di tengah serangan udara masif Israel.
Pada Selasa (17/10), truk-truk pembawa bantuan dilaporkan bergerak lebih dekat ke persimpangan Rafah antara Mesir dan Gaza dari Kota al-Arish di Mesir. Tetap saja, mereka tidak bisa memasuki Gaza karena belum adanya kesepakatan soal bantuan.
Sebelum kunjungan Biden ke Israel pada Rabu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Israel dan mengaku bahwa dia telah mencapai kesepakatan dengan Israel untuk mengembangkan rencana pengiriman bantuan ke Gaza. Namun, jangka waktunya tidak jelas.
Mesir telah menuturkan bahwa penyeberangan Rafah, yang merupakan jalur vital sebelum pertempuran dan kini menjadi rute penting untuk pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan, belum ditutup secara resmi. Namun, itu tidak dapat dioperasikan karena serangan udara Israel di sisi Gaza.
Advertisement