Liputan6.com, Canberra - Darwin, ibu kota Wilayah Utara Australia, disebut-sebut sebagai jantung atas upaya memperdalam hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Negeri Kanguru. Fokus investasi besar-besaran dari kedua negara.
Kota itu merupakan rumah bagi sejumlah pangkalan militer, yang dinilai penting jika sewaktu-waktu terjadi bentrokan dengan China.
Baca Juga
Australia sendiri semula menyatakan bahwa pihaknya tidak harus memilih antara AS atau China. Namun, pendirian itu dilaporkan berubah menyusul memburuknya hubungan AS dan China, klaim China diikuti sikapnya yang semakin agresif terkait Laut China Selatan dan juga Taiwan.
Advertisement
Belakangan, Australia mengatakan bahwa pihaknya menyadari peran pentingnya dalam menjamin keamanan dan stabilitas di kawasan. Mereka terlibat komitmen baru dengan sekutu dan merombak anggaran pertahanannya besar-besaran.
"Jika dilihat dari peta, kepentingan strategis Darwin terlihat jelas," ujar analis pertahanan Michael Shoebridge, seperti dilansir BBC, Rabu (24/10/2023).
Pemerintah Australia telah mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan ratusan tentara lagi ke Darwin dan sejumlah kota-kota utara lainnya. Mereka pun berjanji bahwa sebagian besar anggaran pertahanan barunya akan digunakan untuk memperkuat wilayah tersebut.
Meski secara historis AS berfokus pada Guam, Hawaii, atau Okinawa, faktanya AS sekarang juga mengucurkan dana ke Australia.
Mereka sudah beroperasi sepanjang tahun di pangkalan mata-mata Pine Gap di luar Alice Springs di Australia tengah dan sejak tahun 2011 telah mengirimkan rotasi tahunan Marinir AS – tahun ini sekitar 2.500 di antaranya – ke Wilayah Utara Australia.
Dalam beberapa tahun terakhir, AS menjanjikan sekitar USD 2 miliar untuk peningkatan pangkalan dan fasilitas baru. Di Darwin, hal tersebut mencakup pusat perencanaan dan operasi misi serta 11 tangki penyimpanan bahan bakar jet. Beberapa jam ke selatan - di Pangkalan Udara Tindal - tempat penyimpanan pesawat pengebom berkemampuan nuklir dan bunker amunisi besar akan dibangun.
Australia dan AS juga telah menandatangani perjanjian pertahanan bilateral dan kerja sama militer lebih lanjut, yang diperkirakan menjadi agenda utama selama kunjungan Perdana Menteri Anthony Albanese ke Washington pekan ini.
Para ahli mengatakan bahwa pembangunan militer di Top End (ujung atas Wilayah Utara Australia) – yang dilakukan oleh Australia dan AS – bertujuan menyebarkan sumber daya dan risiko di seluruh kawasan untuk memperumit strategi perang apapun yang dilakukan China. Namun, tujuan utamanya sendiri adalah mencegah perang.
"Jelas bahwa diplomasi dan semua forum serta pertemuan yang ada di kawasan ini tidak mencegah agresi dan intimidasi China," ungkap Shoebridge.
"Jadi, untuk mencegah konflik, diperlukan kekuatan yang cukup ... sehingga Beijing memahami bahwa akibat dari konflik akan terlalu besar … (dan) tidak ada strategi pertahanan kolektif yang masuk akal di kawasan kita tanpa keterlibatan AS."
Kekhawatiran Warga Lokal Darwin
Warga lokal Darwin disebut cemas bahwa kehadiran militer AS di Darwin dapat membuat Australia terlibat perang yang tidak seharusnya terjadi.
"Anda mengundang konflik," kata Bille McGinley, yang merupakan bagian dari kelompok aktivis Top End Peace Alliance.
"Kami merasa seperti dikorbankan."
McGinley mengaku sangat mengkhawatirkan masa depan Darwin. Alih-alih menjegal China, dia justru takut peningkatan kehadiran militer akan memicu eskalasi.
"Jika Anda memosisikan diri sebagai seorang yang netral dan damai, datang ke sini merupakan kejahatan perang," ujar McGinley.
Ada juga kekhawatiran soal lainnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, seorang marinir AS didakwa melakukan pemerkosaan dan sebuah helikopter American Osprey jatuh dan meledak di dekat sebuah sekolah. Dampak dari perluasan pangkalan militer – dan potensi serangan apa pun – terhadap warisan budaya Aborigin dan keindahan alam yang terkenal di Wilayah Utara Australia juga tidak kalah signifikan.
"Karena begitu sedikit orang yang tinggal di Wilayah Utara Australia maka hal ini dianggap dapat diabakan," kata Diana Rickard, yang menjalankan Top End Peace Alliance. "Wilayah ini selalu dianggap sebagai lahan terlantar … hingga kini masih demikian."
Advertisement
Aset Nasional yang Signifikan
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles pernah mengatakan bahwa Darwin adalah "aset" nasional yang "signifikan", sesuatu yang merupakan "kabar baik bagi perekonomian Wilayah Utara Australia".
Sementara para ahli tidak menutup kemungkinan bahwa Darwin akan menjadi target.
Ahli strategi pertahanan Becca Wasser menghabiskan waktu bertahun-tahun memikirkan apa yang mungkin terjadi jika konflik meletus di wilayah tersebut. Dalam sebagian besar skenario yang dijalankannya, China berupaya melakukan serangan rudal terhadap Australia.
Australia telah bergabung dalam hampir setiap operasi koalisi yang dilakukan AS dalam beberapa tahun terakhir, sebut Wasser, namun hal tersebut tidak menjamin Australia akan memilih untuk bergabung dalam perang di masa depan.
"Keputusan untuk menyumbangkan kekuatan dalam konflik apa pun adalah keputusan politik dan merupakan keputusan Australia sendiri. Ini bukan sesuatu yang bisa ditentukan oleh AS," kata dia.
Darwin telah lama dikenal sebagai kota militer, di mana melihat seseorang mengenakan seragam militer lebih umum dibanding mereka yang mengenakan jas.Dan bising dari deru pesawat hanyalah salah satu soundtrack kehidupan di sini.
Keluarga dari anggota militer merupakan bagian besar dari populasi – belum termasuk ribuan tentara internasional yang datang setiap tahun untuk latihan perang dan pelatihan. Ke depan, dinilai jelas bahwa jejak militer di Top End akan terus bertambah.