Pakistan Kecam Serangan Drone dan Rudal Iran, Tarik Duta Besarnya dari Teheran

Pakistan mengecam serangan itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap wilayah udaranya. Serangan Iran dilaporkan menewaskan dua anak dan melukai tiga orang lainnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Jan 2024, 11:05 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2024, 11:05 WIB
Peta Iran dan Pakistan
Peta Iran dan Pakistan (Dok. Tangkapan layar Google Maps)

Liputan6.com, Islamabad - Pakistan menarik duta besarnya untuk Teheran pada Rabu (17/1/2024), sehari setelah Iran melancarkan serangan udara ke Baluchistan, Pakistan. Iran mengklaim menargetkan pangkalan kelompok separatis.

Islamabad mengecam serangan itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap wilayah udaranya. Serangan tersebut dilaporkan menewaskan dua anak dan melukai tiga orang lainnya.

Meski demikian, kedua belah pihak dinilai khawatir untuk saling memprovokasi. Iran dan Pakistan yang memiliki senjata nuklir telah lama saling mencurigai atas serangan militan terhadap satu sama lain.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Mumtaz Zahra Baloch mengumumkan bahwa Islamabad memanggil kembali duta besarnya untuk Iran karena serangan tersebut.

"Pelanggaran kedaulatan Pakistan oleh Iran yang tidak beralasan dan terang-terangan tadi malam merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan tujuan serta prinsip piagam PBB," katanya, seperti dilansir AP, Kamis (18/1).

Baloch menambahkan Pakistan meminta duta besar Iran, yang sedang berada Teheran ketika serangan itu terjadi, untuk tidak kembali.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Serangan Tidak Jadi Sorotan di Iran dan Pakistan

Ilustrasi Iran
Ilustrasi Iran (Dok. AFP)

Laporan media pemerintah Iran, yang kemudian ditarik tanpa penjelasan, mengatakan paramiliter Garda Revolusi menargetkan pangkalan milik kelompok militan Jaish al-Adl atau "Tentara Keadilan". Kelompok, yang menginginkan Baluchistan merdeka dan telah menyebar ke seluruh Afghanistan, Iran, dan Pakistan, tersebut mengakui serangan Iran dalam sebuah pernyataan yang dibagikan secara online.

Enam drone dan roket pembawa bom menghantam rumah-rumah yang diklaim para militan sebagai tempat tinggal anak-anak dan istri mereka. Jaish al-Adl mengatakan serangan itu menewaskan dua anak dan melukai dua wanita dan seorang gadis remaja.

Laporan intelijen Pakistan menyebutkan dua anak yang terbunuh masing-masing anak perempuan berusia 6 tahun dan anak laki-laki berusia 11 bulan. Tiga wanita terluka, berusia antara 28 dan 35 tahun. Laporan itu juga mengatakan tiga atau empat drone yang ditembakkan Iran menghantam sebuah masjid dan bangunan lain, termasuk sebuah rumah.

Seorang pejabat senior keamanan Pakistan mengatakan Iran tidak memberikan informasi apa pun sebelum serangan tersebut. Dia menggarisbawahi Pakistan mempunyai hak untuk memberikan tanggapan pada waktu dan tempat yang dipilih negara tersebut dan serangan semacam itu akan dilakukan secara terukur dan sejalan dengan harapan masyarakat.

"Preseden berbahaya yang dilakukan Iran mengganggu stabilitas dan mempunyai implikasi timbal balik," kata pejabat itu.

Namun, ada tanda-tanda Pakistan berusaha menahan kemarahan atas serangan tersebut. Media negara yang biasanya blak-blakan dan nasionalis meliput serangan pada Rabu itu dengan sikap menahan diri yang tidak biasa.

Pakistan tinggal tiga minggu lagi untuk mengadakan pemilu dan para politikus fokus pada kampanye dan meningkatkan momentum pemilih.

Ada liputan berita mengenai serangan udara dan dampaknya, namun masyarakat tidak turun ke jalan untuk melakukan protes. Serangan tersebut terjadi di daerah terpencil di Baluchistan dan tidak ada foto atau rekaman yang terverifikasi secara independen setelah kejadian tersebut, sehingga menyulitkan serangan udara tersebut untuk memenuhi siklus berita TV.

Sementara itu, alih-alih membahas serangan tersebut, media pemerintah Iran justru menyoroti latihan angkatan laut gabungan yang diadakan oleh Pakistan dan Iran di Teluk Persia pada Selasa. Para pejabat Pakistan mengakui latihan tersebut, tetapi mengatakan bahwa latihan tersebut dilakukan lebih awal dari serangan Iran.

Saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengakui pihaknya melakukan serangan di Pakistan. Dia membela tindakan tersebut sambil berulang kali diberitahu oleh pewawancara bahwa Pakistan mengutuk serangan tersebut.

"Mengenai Pakistan, tidak ada warga negara tetangga, saudara, dan teman kita, Pakistan, yang menjadi sasaran drone dan rudal Iran," tutur Amir-Abdollahian.

"Kami telah mendiskusikannya dengan pejabat tinggi militer, keamanan, dan politik Pakistan. Respons kami adalah melawan teroris di wilayah Pakistan."

Iran juga mengatakan pasukan Garda Revolusi membunuh seorang tersangka anggota Jaish al-Adl di Kota Rask dekat perbatasan Pakistan. Para aktivis menggambarkan melihat drone dan pesawat terbang di atas lokasi tersebut.


Pakistan Menahan Diri?

Anwar ul-haq Kakar
Anwar ul-haq Kakar menjabat sebagai perdana menteri sementara Pakistan. (Dok. AP/Bebeto Matthews)

Analis pertahanan Pakistan Syed Muhammad Ali mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan potensi pembalasan dengan hati-hati.

Respons militer tidak mungkin terjadi karena sistem pertahanan udara dan rudal negara tersebut terutama dikerahkan di sepanjang perbatasan timur untuk menanggapi potensi ancaman dari India. Pakistan yang kekurangan uang juga tidak mampu berperang dengan Iran.

Namun, kata Ali, Pakistan mungkin mempertimbangkan untuk mengambil beberapa langkah untuk menanggapi serangan semacam itu dari perbatasan baratnya dengan Afghanistan dan Iran.

Jaish al-Adl didirikan pada tahun 2012 dan para pejabat Iran yakin bahwa kelompok tersebut sebagian besar beroperasi di Pakistan. Kelompok ini mengklaim telah melakukan pengeboman dan penculikan anggota polisi perbatasan Iran di masa lalu.

Pada Desember, tersangka anggota Jaish al-Adl membunuh 11 orang dan melukai delapan lainnya dalam serangan malam hari di sebuah kantor polisi di Iran tenggara. Serangan lain baru-baru ini menewaskan petugas polisi lain di daerah tersebut.

Tahun 2019, Jaish al-Adl mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri yang menargetkan sebuah bus yang menewaskan 27 anggota paramiliter Garda Revolusi Iran.

Iran mencurigai Pakistan yang mayoritas penduduknya suni menjadi tuan rumah bagi pemberontak, kemungkinan atas perintah saingan beratnya di kawasan, Arab Saudi. Namun, Iran dan Arab Saudi telah mencapai perdamaian yang dimediasi China pada Maret 2023, sehingga meredakan ketegangan.

Pakistan, sementara itu, di masa lalu menyalahkan Iran atas serangan militan yang menargetkan pasukan keamanannya.

Iran telah berperang di daerah perbatasan melawan militan, namun serangan rudal dan pesawat tak berawak ke Pakistan belum pernah terjadi sebelumnya.

Masih belum jelas mengapa Iran melancarkan serangan itu sekarang, terutama karena menteri luar negerinya telah bertemu dengan perdana menteri sementara Pakistan Anwar ul-haq Kakar pada hari yang sama di Forum Ekonomi Dunia.

Kakar belum memberikan komentar terbuka mengenai serangan tersebut.


Iran Juga Serang Irak dan Suriah

Iran Serang Markas Mata-Mata Israel di Irak
Katanya pasukan elite itu juga menyerang ISIS di Suriah. Serangan ini tampaknya memperbesar kekhawatiran akan memburuknya kestabilan di seluruh Timur Tengah sejak perang antara Israel dan Hamas dimulai pada 7 Oktober, di mana sekutu-sekutu Iran dari Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman mulai terlibat dalam konflik. (AP Photo/Julia Zimmermann/Metrography)

Mantan perdana menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mengaku terkejut dengan pelanggaran kedaulatan oleh Iran. Menulis di X alias Twitter, Sharif mengatakan, "Dialog yang tulus dan kerja sama yang bermakna antara kedua negara diperlukan."

Setelah pengeboman ISIS bulan ini, Kementerian Intelijen Iran menuduh kedua pengebom yang terlibat dalam serangan tersebut telah melakukan perjalanan dari Afghanistan ke Iran melalui perbatasan tenggara di persimpangan Jalg – yang berarti mereka telah melakukan perjalanan melalui Baluchistan.

Provinsi Baluchistan di Pakistan, serta provinsi tetangganya, Sistan, dan Baluchestan di Iran, telah menghadapi pemberontakan skala kecil yang dilakukan oleh kelompok nasionalis Baluchistan selama lebih dari dua dekade. Awalnya mereka menginginkan bagian dari sumber daya provinsi, namun kemudian memulai pemberontakan demi kemerdekaan.

Serangan Iran terhadap Pakistan terjadi kurang dari sehari setelah serangan Iran ke Irak utara yang menewaskan beberapa warga sipil dan disebut menargetkan markas mata-mata Israel.

Irak kemudian menarik duta besarnya dari Teheran untuk berkonsultasi dan memanggil kuasa usaha Iran di Bagdad pada Selasa sebagai bentuk protes.

Iran secara terpisah juga menyerang Suriah pada hari yang sama sebagai balasan atas serangan bom bunuh diri ISIS yang menewaskan lebih dari 90 orang pada awal bulan ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya