Dubes UE Ungkap 4 Elemen Penting dalam Pengelolaan Air di Eropa, Termasuk Pemanfaatan Teknologi dan AI

Dubes Uni Eropa untuk Indonesia membagikan pengalaman bagaimana negara-negara Eropa melakukan tata kelola air. Berikut ini penjelasannya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 23 Mei 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2024, 19:00 WIB
Sungai Rhine di Jerman Dilanda Kekeringan Parah
Suasana Sungai Rhine dengan air yang rendah di Cologne, Jerman, Rabu (10/8/2022). Ketinggian air yang rendah mengancam industri Jerman karena semakin banyak kapal yang tidak dapat melintasi jalur air utama. Kekeringan yang parah akan memburuk di Eropa pada bulan Agustus karena musim panas yang panas dan kering terus berlanjut. (AP Photo/Martin Meissner)

Liputan6.com, Denpasar - Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia Denis Chaibi membagikan pengalaman tata kelola air di kawasan itu. Dia membeberkan empat elemen penting, termasuk pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan (AI).

Pertama, katanya, mengarusutamakan ketahanan iklim dan memperluas pemangku kepentingan.

"Seringkali, tata kelola air disimpulkan sekadar kementerian lingkungan menghadapi kementerian pertanian. Padahal, kalau demikian, (upaya penanganannya) jelas tidak akan berkembang,” kata Chaibi dalam sesi panel tingkat tinggi World Water Forum Ke-10 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Rabu (22/5/2024).

"Kita harus memperluas tata kelola dari segi pemangku kepentingan, baik secara horizontal dan vertikal."

Kedua, sambungnya, terkait dengan teknologi termasuk perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

"Perangkat keras, contohnya desalinasi. Masyarakat tidak berpikir bahwa mereka memerlukan desalinasi. Tapi sekarang, semakin banyak orang harus melakukannya," tutur Chaibi.

Chaibi juga menyebut teknologi lain yang juga bisa dimanfaatkan adalah kecerdasan buatan (Artificial Inteligence/AI).

"Hal ini akan menjadi kunci tata kelola air," ungkapnya.

Ketiga, sambung Dubes Denis Chaibi, adalah perihal pengaturan regulasi.

Menurut Chaibi, jika pemanfaatan kecerdasan buatan ingin digunakan dalam sistem pengelolaan air, kerangka aturannya juga harus diperjelas.

"Jika ingin memanfaatkan kecerdasan buatan dengan benar, hal itu perlu diatur. Kalau kita butuh investasi di sektor air, kita juga perlu regulasi," tambah dia.

Terakhir, dia turut menekankan soal pentingnya kolaborasi yang efektif antara mitra internasional.

 

 

 

World Water Forum Ke-10 Sahkan Deklarasi Menteri

Tantangan Pengelolaan Air Secara Global dalam Kick off Meeting 10th WWF
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (keenam kiri), Presiden World Water Council Loic Fauchon beserta peserta dari Dewan Gubernur World Water Council foto bersama usai pembukaan Kick off Meeting 10th World Water Forum di Jakarta, Rabu (15/2/2023). (Liputan6.com/HO)

Lewat World Water Forum ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Bali, pada 18-25 Mei 2024, Indonesia mendorong tiga poin utama terkait tata kelola air. 

Pertama, pendirian center of excellence untuk ketahanan air dan iklim guna mengembangkan kapasitas, knowledge sharing dan pemanfaatan fasilitas yang unggul.

Kedua, mengangkat dan mendorong isu pengelolaan sumber daya air secara terpadu pada pulau-pulau kecil.

Ketiga, pengusulan Hari Danau Sedunia atau World Lake Day. 

INFOGRAFIS: Gedung-Gedung Jakarta Bakal Dilarang Memakai Air Tanah (Liputan6.com / Triyasni)
INFOGRAFIS: Gedung-Gedung Jakarta Bakal Dilarang Memakai Air Tanah (Liputan6.com / Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya