Liputan6.com, Gaza - Krisis kesehatan di Gaza, Palestina, pasca perang Israel Vs Hamas semakin parah.
Selain sulitnya bantuan kemanusiaan dan krisis air, pengungsi di wilayah tersebut harus hidup berdampingan dengan limbah, kawanan lalat dan nyamuk, serta tumpukan sampah tinggi di jalanan.
Baca Juga
Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?
Hamas Kasih Syarat Ke Donald Trump untuk Gencatan Senjata Gaza, Perang Israel Vs Hamas Bakal Berakhir?
Infografis Putra Mahkota Arab Saudi Tuding Israel Lakukan Genosida di Gaza dan Pernyataan Pelapor Khusus PBB
Saat suhu semakin panas, ratusan ribu orang di Gaza menghadapi krisis sanitasi.
Advertisement
Ismail Zayda, pengungsi di Kota Gaza di utara, mengatakan kepada CNN bahwa pasokan air telah terputus selama sembilan bulan.
"Pemerintah kota tidak bekerja, dan sampah dalam jumlah besar berserakan di depan pintu rumah kami dan di jalan," katanya, seperti dilansir CNN, Rabu (19/6/2024).
"Kami melihat serangga terbang dalam jumlah besar untuk pertama kalinya… Sejujurnya, kami memiliki serangga yang pertama kali kami lihat dan kami tidak tahu namanya, dan mereka menyengat tubuh kami dan tubuh anak-anak kami."
Pengeboman Israel yang tiada henti terhadap Gaza – yang dilancarkan setelah serangan tanggal 7 Oktober – kini memasuki bulan kedelapan dan telah memicu krisis kemanusiaan yang semakin parah.
Kelompok hak asasi manusia telah berulang kali menyuarakan kekhawatiran atas kondisi kehidupan buruk warga Palestina, seiring dengan kampanye militer Israel yang telah menghancurkan lingkungan sekitar, merusak infrastruktur kesehatan dan menghabiskan persediaan makanan, air dan bahan bakar.
Penyebaran Penyakit dan Krisis Sanitasi
Dalam penilaian minggu ini, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), menyatakan bahwa di Deir al Balah di Gaza tengah, tempat ribuan pengungsi berlindung, banyak keluarga mengatakan bahwa tempat penampungan tersebut penuh sesak.
Mereka telah melaporkan berbagai masalah kesehatan, seperti hepatitis A, penyakit kulit, dan penyakit pernafasan dan mengatakan bahwa akses terhadap air juga sangat rendah.
Di satu lokasi pengungsian, jumlah rata-rata air yang tersedia per hari kurang dari satu liter per orang, jauh di bawah persyaratan minimum yang diakui secara internasional untuk bertahan hidup yaitu tiga liter per hari, menurut OCHA.
Pasokan air yang aman sangat penting tidak hanya untuk minum dan memasak, namun juga untuk mencegah penyebaran penyakit.
OCHA melaporkan minggu ini bahwa lebih dari dua pertiga fasilitas dan infrastruktur air dan sanitasi di Gaza telah hancur atau rusak akibat konflik tersebut. Pihaknya menambahkan banyak fasilitas lain yang tidak dapat digunakan karena berbagai tantangan termasuk "ketidakamanan, hambatan akses, dan kurangnya listrik dan bahan bakar untuk mengoperasikan generator."
Rata-rata suhu tinggi di Gaza pada minggu mendatang diperkirakan berada pada angka 30 derajat celsius, dan cuaca yang lebih hangat kemungkinan akan memperburuk krisis sanitasi yang sudah ada.
Advertisement
Jadi Sarang Serangga
Zayda, warga Kota Gaza, menceritakan bagaimana kolam renang yang tidak berfungsi lagi di rumahnya telah menjadi magnet bagi serangga.
"Pada siang hari, lalat datang, dan pada malam hari, nyamuk menyebar… Kami menyalakan api pada malam hari dan membakar sampah hingga serangga terbang tersebut menghilang," tuturnya.
Zayda menghabiskan sebagian besar waktunya dengan memakai masker, sebagian karena beberapa kendaraan menggunakan minyak goreng yang dibakar sebagai pengganti solar, sehingga membuat sulit bernapas.
"Jalanan penuh dengan limbah yang mengalir melalui jalan-jalan, sampah dan puing-puing akibat pengeboman," katanya.
Pengolahan limbah di tengah kerusakan infrastruktur dan kekurangan bahan bakar telah menjadi masalah abadi di Gaza.
Menurut OCHA, pengiriman sejumlah pasokan bahan bakar telah membantu mengurangi tingkat akumulasi air limbah di wilayah Sheikh Radwan di Kota Gaza, namun "kurangnya aliran bahan bakar menciptakan risiko limbah meluap ke wilayah sekitarnya."
Belum Ada Tanda Ujung Konflik
Hingga kini, konflik kedua pihak yang bertikai belum menunjukkan tanda penyelesaian.
Rencana gencatan senjata yang didukung Amerika disetujui oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) minggu ini. Namun tidak ada pihak yang menerimanya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menyatakan bahwa ia akan melanjutkannya sampai Hamas dihancurkan dan sandera yang tersisa dibebaskan.
Advertisement