Liputan6.com, Singapura - Paus Fransiskus mengakhiri kunjungannya ke Singapura pada hari Jumat (13/9/2024) dengan memuji tradisi kerukunan antar agama di sana. Pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia sekaligus kepala negara Vatikan itu menutup perjalanannya ke empat negara di Asia dengan pesan toleransi yang sama seperti yang disampaikannya di awal.
Pada hari terakhir kunjungannya, Paus Fransiskus memimpin pertemuan kaum muda dari beberapa agama yang ada di Singapura, di mana masjid, kuil Buddha, dan gereja berdiri berdampingan di antara gedung pencakar langit ikonik negara kota tersebut.
Baca Juga
Paus Fransiskus sempat melenceng dari topik pidatonya dan mendesak para pemuda mengambil risiko, bahkan jika itu berarti membuat kesalahan. Selanjutnya dia kembali ke topik yang sedang dibahas untuk menyampaikan pokok bahasan utama, yakni tentang perlunya orang-orang dari agama yang berbeda terlibat dalam dialog yang konstruktif daripada bersikeras pada kebenaran keyakinan mereka masing-masing.
Advertisement
"Semua agama adalah jalan untuk sampai kepada Tuhan," kata Paus Fransiskus, seperti dilansir AP, Sabtu (14/9).
"Mereka (agama) seperti bahasa yang berbeda untuk sampai ke sana. Namun, Tuhan adalah satu bagi semua orang."
Pertemuan dengan kaum muda adalah acara terakhir Paus Fransiskus di Singapura sebelum dia menaiki pesawat Singapore Airlines A35-900 untuk menempuh penerbangan selama 12 jam 35 menit kembali ke Roma.
Seruan Paus Fransiskus untuk Singapura
Paus Fransiskus berada di Singapura untuk menyemangati umat Katolik, yang jumlahnya sekitar 3,5 persen dari populasi yang jumlahnya hampir 6 juta orang, sambil menyoroti tradisi hidup berdampingan antaragama di Singapura. Menurut sensus tahun 2020, umat Buddha berjumlah sekitar 31 persen dari populasi, Kristen 19 persen, dan muslim 15 persen, sementara sekitar seperlima dari populasi tidak memiliki kepercayaan agama apa pun.
Fransiskus, yang merupakan paus pertama asal Amerika Latin menyampaikan pesan yang sangat positif di salah satu negara terkaya di dunia, memuji pembangunan ekonomi Singapura dan hanya menyampaikan satu seruan publik, yaitu agar memperlakukan pekerja imigrannya dengan bermartabat dan upah yang adil.
Dalam sambutan publiknya, Paus Fransiskus menghindari isu-isu kontroversial seperti penggunaan hukuman mati di Singapura, yang telah dinyatakannya tidak dapat diterima dalam semua keadaan. Paus Fransiskus telah menyuarakan penentangan gereja terhadap hukuman mati saat mengunjungi negara-negara yang menerapkan hukuman tersebut, termasuk Bahrain.
Perjalanan apostolik Paus Fransiskus selama 11 hari, membawanya ke Indonesia, Papua Nugini, dan Timor Timur sebelum Singapura. Perjalanan sejauh 32.814 kilometer melalui udara ini menjadi perjalanan terpanjang dan terjauh selama masa kepausannya.
Selain itu, ini juga salah satu perjalanan kepausan terpanjang yang pernah ada dalam hal lama perjalanan dan jarak yang ditempuh. Beberapa perjalanan yang lebih panjang ditempuh oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1980-an.
Advertisement