Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) mengatakan pada hari Rabu (23/10/2024) bahwa 3.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke Rusia dan berlatih di beberapa lokasi.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyebutnya sebagai "langkah selanjutnya" setelah Korea Utara menyediakan senjata bagi Rusia dan mengatakan Korea Utara dapat menghadapi konsekuensi karena membantu Rusia secara langsung. Pernyataannya adalah konfirmasi publik pertama AS tentang pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia.
Advertisement
Baca Juga
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menyebutkan AS yakin bahwa sedikitnya 3.000 tentara Korea Utara melakukan perjalanan dengan kapal ke Vladivostok pada awal hingga pertengahan Oktober.
Advertisement
"Para prajurit ini kemudian melanjutkan perjalanan ke sejumlah lokasi pelatihan militer Rusia di Rusia timur, tempat mereka saat ini menjalani pelatihan," tutur Kirby, seperti dilansir kantor berita AP, Kamis (24/10).
"Kami belum tahu apakah para prajurit ini akan ikut bertempur bersama militer Rusia, namun ini tentu saja merupakan kemungkinan yang sangat mengkhawatirkan."
Kirby mengatakan mereka dapat pergi ke Rusia barat dan kemudian terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina, namun dia dan Austin menggarisbawahi AS terus menilai situasi.
"Apa yang sebenarnya dilakukan pasukan Korea Utara di Rusia masih harus dilihat," kata Austin.
Dia menambahkan, "Jika mereka adalah pihak yang berperang bersama, niat mereka adalah untuk berpartisipasi dalam perang ini atas nama Rusia, itu adalah masalah yang sangat, sangat serius, dan itu akan berdampak tidak hanya di Eropa, namun juga pada berbagai hal di Indo-Pasifik."
Sementara itu, Kirby memperingatkan, "Saya dapat memberi tahu Anda satu hal, jika mereka benar-benar dikerahkan untuk berperang melawan Ukraina, mereka adalah sasaran yang sah."
Dia menyatakan, "Pertanyaan utamanya adalah apa yang akan diperoleh pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dari ini?"
Peningkatan Kerja Sama Korea Utara-Rusia
Rusia dan Korea Utara telah meningkatkan kerja sama mereka secara tajam dalam dua tahun terakhir. Pada bulan Juni, mereka menandatangani kesepakatan pertahanan besar yang mengharuskan kedua negara untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk memberikan bantuan militer segera jika salah satu diserang.
Pejabat Korea Selatan khawatir bahwa Rusia mungkin memberi Korea Utara hadiah dengan memberinya teknologi senjata canggih yang dapat meningkatkan program nuklir dan rudalnya yang menargetkan Korea Selatan.
Korea Selatan mengatakan pada hari Selasa (22/10) bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk memasok senjata ke Ukraina sebagai tanggapan atas pengiriman pasukan Korea Utara.
Intelijen Korea Selatan pertama kali mempublikasikan laporan bahwa Angkatan Laut Rusia membawa 1.500 pasukan perang khusus Korea Utara ke Rusia bulan ini, sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pemerintahnya memiliki intelijen 10.000 tentara Korea Utara sedang dipersiapkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia.
Pada hari Rabu, anggota parlemen Korea Selatan Park Sunwon menuturkan bahwa Direktur Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) Cho Tae-yong memberi tahu anggota parlemen 1.500 tentara Korea Utara lainnya telah memasuki Rusia.
"Cho memberi tahu anggota parlemen bahwa lembaganya menilai Korea Utara bermaksud untuk mengerahkan total 10.000 tentara ke Rusia pada bulan Desember," ujar Park.
Mengutip Cho, Park mengatakan bahwa 3.000 tentara Korea Utara yang dikirim ke Rusia telah dibagi di antara beberapa pangkalan militer. Cho juga memberi tahu anggota parlemen bahwa NIS yakin mereka belum dikerahkan dalam pertempuran.
Anggota parlemen Korea Selatan lainnya, Lee Seong Kweun mengungkapkan NIS menemukan bahwa militer Rusia sedang mengajari tentara Korea Utara cara menggunakan peralatan militer seperti drone.
Masih mengutip kepala NIS, Lee menuturkan instruktur Rusia memiliki pendapat yang tinggi tentang moral dan kekuatan fisik tentara Korea Utara, namun meyakini mereka pada akhirnya akan menderita banyak korban karena kurang memahami peperangan modern. Rusia, menurut NIS, sedang merekrut sejumlah besar penerjemah.
NIS telah mendeteksi tanda-tanda bahwa Korea Utara sedang memindahkan anggota keluarga tentara yang dipilih untuk dikirim ke Rusia ke lokasi khusus untuk mengisolasi mereka. Kepala NIS mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Korea Utara belum mengungkapkan pengiriman pasukannya kepada rakyatnya sendiri.
Korea Utara memiliki 1,2 juta tentara, salah satu tentara tetap terbesar di dunia, namun belum pernah bertempur dalam konflik skala besar sejak Perang Korea 1950-1953. Para ahli mempertanyakan seberapa besar pasukan Korea Utara akan membantu Rusia, mengingat kurangnya pengalaman pertempuran.
Para ahli menyebutkan Korea Utara menginginkan dukungan ekonomi Rusia dan bantuannya untuk memodernisasi sistem persenjataan konvensional Korea Utara yang sudah ketinggalan zaman serta transfer teknologi persenjataan berteknologi tinggi.
Advertisement